Langkah deni langkah, menghantarkan oemuda yang di yakini Hyunjin kini menuju ke sebuah oemukiman warga. Pemukiman dimana ia di lahirkan tanpa di inginkan, yang mana kerap menjadi tempat yang sangat mengerikan dikala ia tidak sengaja mendapat kesalahan.
Menghabiskan waktu 15 menit agar sampai di rumah neneknya yang bagaikan neraka saat ia sampai karena tak luput berbagai hinaan dan amarah nene bibinya juga selalu di berikan pada Hyunjin.
Selama ini dia selalu menerima apa yang di perlakukan oleh kedua orang itu, karena hanya mereka yang dimilikinya setelah kepergian kakek untuk selamanya.
Hingga tiba saatnya dia di depan rumah, netranya langsung terbelalak kaget melihat pakaian miliknya berserakan di teras rumah.
Hyunjin segera memunguti baju yang tercecer disana sini, ini bukan baju jemuran yang tergantung di luar rumah. Baju baju yang ia pungut adalah pakaian dari lemarinya, bahkan masih tercium wangi segar siap pakai.
Namun, mengapa bisa berada di teras rumah? Acak acakan bahkan dirinya terbuka mulutnya saat melihat figura kecil miliknya bergambarkan ia dan mendiang kakeknya.
Hatinya kembali sakit, apa yang sedang terjadi lagi padanya di hari ini? Dia segera mengambil gambar tersebut, terasa pedih saat kaca dari figura itu remuk sebagian.
"Kakek.." lirihnya begitu perih, lalu sesaat setelah memanggil kakeknya sembari mengusap gambar wajah tersebut pintu di buka dari dalam, menampilkan neneknya yang memandang penuh benci.
"Nenek kenapa baju Hyu
"Gak usah lagi kamu tinggal disini, pergiii kamu anak haram!"
Ucapan terpotong, dengan hatinya yang begitu sakit mendengar pengusiran sang nenek.
"Tapi kenapa nek, Hyunjin gak punya siapa-siapa lagi selain nenek sama bibi."
"KAMU BUKAN CUCU AKU, GAK SUDI PUNYA CUCU HARAM KAYAK KAMU!"
"Nek...
"Aku tuh udah muak liat wajah kamu, mendingan kamu pergi toh suami aku aja udah gak ada. Gak akan ada lagi yang belain kamu tinggal disini, mau sekalipun kamu jadi pembatu gak dibayarpun di rumah ini aku tetep enggak sudi kamu ada disini!"
Lelehan air mata semakin deras, perkataan neneknya menusuk hati sampai rasanya ia ingin mati saja daripada menahan sakit ucapan dari sang nenek.
"Beresin baju baju kamu itu, cepet pergi dari sini. Kamu tuh aib anak haram!"
Lagi-lagi Hyunjin tak mampu untuk berbicara, tidak punya pilihan lain lagi dengan segera mengambil pakaian yang lain dengan tas yang di lempar asal keluar rumah.
Sedih? Sangat, sangat sangat sedih bagai di tusuk ribuan jarum mengenai perasaan. Belum lagi, pergerakan Hyunjin begitu di saksikan oleh neneknya yang sesekali mendengus kesal tertuju kepada si pemuda malang itu.
"Nek, boleh Hyunjin masuk dulu? Cuma mau ambil beberapa barang yang di kasih kakek dulu, aku mohon!" Pintanya dengan sangat saat baju yang tercecer dimana-mana sudah selesai di masukan kedalam tas besar miliknya.
"Hah! Yaudah cepetan gak usah lama-lama, lagian aku gak mau ada barang kamu disini."
Hyunjin menyeka air matanya, lantas sedikit tersenyum disaat hatinya sedang tidak baik-baik saja. Setidaknya, beberapa kenangan sang kakek akan ia bawa pergi meninggalkan rumah yang menjadi saksi pertumbuhannya selama 19 thn kurang lebih.
"Makasih."
Hyunjin tidak ingin mengulur ulur waktu disaat neneknya sudah kelewat sebal melihat kearah dirinya dengan segera melesat masuk kedalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Umbuk Asmaraloka
FanfictionCerita ini, hanya kisah seorang remaja yang putus asa dengan kehidupannya sendiri. Telah di tinggalkan orang terkasih serta di tendang dari rumah yang telah menjadi saksi bagaimana ia tumbuh dalam kesengsaraan.