terlambat. kini rael telah berada di dalam mobil yang sama dengan bara.
mati-matian ia menahan diri agar tidak bereaksi karena jujur, bara terlihat 1000x lebih menarik ketika sedang menyetir. wajah bisa saja datar, tapi hati? oh tentu tidak bisa bohong
jika kalian berpikir rael langsung mengiyakan ajakan bara, maka jawabannya adalah salah besar.
cukup memalukan sebetulnya. bara bersikukuh mengantar rael ke depan gedung, beralibi bahwa di gedung tersebut sudah benar-benar tidak ada orang alih-alih menemani wina di studio.
taxi online yang dipesan tidak kunjung memberikan tanda-tanda menerima, dan tangannya yang tanpa sengaja menjatuhkan maket yang dengan susah payah dibuat lantaran terkejut dengan suara alarmnya sendiri.
catat, itu semua terjadi di hadapan bara. sungguh rael mengutuk dirinya sendiri karena bersikap gugup dan ceroboh. ia hanya bisa berdoa semoga saja bara tidak menyadari kegugupannya tadi.
rael memilih menyembunyikan wajahnya di balik rambut dan diam membisu sepanjang perjalanan, takut apabila bergerak sedikit saja kekacauan lain akan terjadi.
suasana di perjalanan malam itu cukup hening, hanya lagu dari music player yang mengisi kesunyian. seperti sebuah kebetulan, lagu yang terputar terasa sangat mengisahkan suara hati rael saat ini.
that should be me, holding you hand
that should be me, making you laugh
that should be me, this is so sad
that should be me, that should be meyep, sukses membuat rael merasa kasihan terhadap dirinya sendiri. lagi-lagi ia tersenyum getir di balik rambutnya. ia berada tepat di samping bara, tetapi tidak bisa melakukan apa-apa.
gambaran-gambaran tertawa bersama, bertukar lelucon, melontarkan obrolan random, ternyata hanya terjadi di kepalanya saja.
rael menggelengkan kepalanya untuk menydarkan diri. mungkin dirinya terlalu lelah, tak heran pikiriannya melantur kesana-kemari.
namun sepertinya gelagatnya disadari oleh bara. ketika mendapati si gadis menutup telinga, tangannya langsung bergerak untuk mematikan music player.
"eh, kenapa dimatiin?"
"gue kira lo gasuka lagunya, sampe tutup telinga begitu."
"ih ngga, gue suka banget. pikiran gue aja yang lagi berisik, maaf."
bara menganggukkan kepala tanda mengerti. menyalakan lagi lagu di music player sebelum kembali fokus ke kemudinya.
"bara, maaf ya lo jadi repot nganter gue jam segini. harusnya di studio aja tadi nemenin wina."
"trus lo mau jalan kaki? atau mau nungguin taksi sampe pagi?"
ah, rael lupa. bara memang sejatinya tidak suka basa-basi. harusnya pertanyaan to the point yang dilontarkan tidak membuat rael bergeming, tapi ternyata hatinya mencelos.
sangat berbeda dengan bara yang dilihatnya berbincang dan bertukar tawa dengan wina.
ayo sadar, memang dirinya siapa? teman saja bukan. rael terus berusaha menyadarkan diri agar tidak terlalu ambil hati.
"ya ngga gitu, kan jadi kasian pacar lo sendirian. bukannya tadi lo bilang di gedung udah gaada orang?"
"ck, bukan pacar." jawab bara cepat.
entah mengapa rael merasa lega mendengar kata itu keluar dari ucapan bara secara langsung. seperti akhirnya spekulasi-spekulasi di pikirannya mendapat jawaban.
"maaf, temen maksudnya." ujar rael dengan tersenyum.
"lo perempuan, ga baik pulang jam segini sendirian. kalo di jalan ada apa-apa siapa yang mau nolongin? wina ada pacarnya nyusul."
"dan berhenti bilang maaf, lo ga salah." sontak hati rael seperti berisi kembang api.
bare necessities memang. tetapi bagi rael? wah sepertinya ia akan benar-benar terjaga sepanjang malam.
walaupun intonasi bara terlampau datar, tapi ia bisa merasakan bahwa ucapan bara tulus ingin membantunya.
"iya, makasih." ucap si pemudi dengan menahan senyum. pasti pipinya sudah semerah kepiting rebus sekarang. untung saja jalan dalam keadaan gelap, jadi wajahnya yang memerah tidak akan terlihat oleh bara.
siapa yang mengira hari yang ia kira sial berubah menjadi spesial? karena untuk pertama kali selama ia menaruh hati, akhirnya ia bisa berbincang dan sedekat ini dengan bara.
KAMU SEDANG MEMBACA
youth | ft. beomryu
Fanfictiondisaat diam adalah pilihan terbaik. + moody update, lowercase. noastalgics, 2022