ii : tadi malam

364 44 7
                                    

Kini Sanya ingat segalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini Sanya ingat segalanya.

Tadi malam, ia mabuk berat. Ia terus menyesap anggur yang tersedia bergelas-gelas, efek kesepian ditinggalkan kawan-kawannya pacaran di teras.

Yang ia ingat, setelah anggur yang kesekian belas, tubuh Sanya menyeretnya untuk ikut menari dengan puluhan manusia asing di lantai dansa. Walaupun Sanya kenal beberapa, tetapi pesta ulang tahun direktur divisi Sanya malam itu dihadiri lebih dari lima grup dari satu divisi dengan jumlah orang yang tak bisa dihitung dengan jari. 

Dilupakannya rencana awal untuk hunting makanan bersama dengan Jihan dan Nayla, akibat kedua cewek tidak setia kawan itu justru asik dengan cowok mereka masing-masing. Sejujurnya Sanya tak begitu kecewa, karena jika Sanya berada di posisi mereka berdua, ia mungkin juga akan melakukan hal yang sama. Memilih untuk bersenang-senang di pesta bersama dengan prianya ketimbang menjadi tukang menimbun makanan seperti yang kerap ia lakukan zaman kuliah dulu saat diundang ke resepsi seorang kenalan. 

Sanya tidak ingat dengan siapa ia berdansa. Ia hanya berlenggok mengikuti irama, membiarkan tubuhnya ke sana kemari sesuka hati. Hingga rupa yang dikenalnya muncul tiba-tiba di tengah lautan manusia asing, sengaja menyela sekumpulan pria di sekitar Sanya.

"Hey," cowok itu nenyapa, menumbuhkan binar di mata Sanya. Cowok itu tampak sama mabuknya, namun masih dapat menjaga keseimbangan tubuhnya dengan baik walaupun kedua tangan berada di saku celana.

"Wildanu?" Sanya menyapa balik. "Kita sekantor, demi apa?" tanya Sanya serius sambil menegak kembali sisa anggur di tangan.

Wildanu terkekeh dengan senyuman tipis terpampang di wajahnya. "Gue juga baru nyadar."

Sanya dan Wildanu berakhir mengobrol sambil sesekali menggerakkan tubuh mengikuti yang lainnya. Cowok itu merampas gelas anggur Sanya ketika si cewek hendak menyesapnya, menghabiskan isinya dan meletakkan gelas itu begitu saja di bar terdekat.

Sanya tak begitu ambil pusing, lagi pula sedari tadi ia menegak hanya untuk mengisi waktu luang. Begitu Wildanu kembali mendekat, keduanya berdiri lebih lekat. Sanya balas merangkul leher cowok itu ketika pinggangnya diraih agar tak menabrak pria lain di belakang.

Obrolan mereka mengalir begitu mudahnya, hingga pengakuan Sanya terselip di antara lontaran kata saling balas dan musik yang memekakkan telinga. "Gue dulu waktu jaman SMP suka banget sama lo, tau!" Mata Sanya terbelalak kaget menyadari apa yang baru saja ia katakan. Sambil berharap Wildanu mengabaikan ucapannya dan membahas hal lain, cewek itu mengatupkan kedua bibirnya rapat. 

"Masa?" alis Wildanu justru naik satu, tampak tertarik. Sanya yang tadinya percaya diri mengobrol bertatapan dengan Wildanu mulai menciut dan mengalihkan pandangannya. Cowok itu malah mengeratkan rangkulannya sambil memiringkan wajah ke arah manapun Sanya menoleh, tak membiarkan Sanya menatap hal lain selain kedua netranya.

"Ehm," Sanya berdehem kikuk. "Iya, tapi itu dulu. Eh, Lo malah nolak gue!"

Kali ini Wildanu tersenyum miring tidak percaya, "masa?"

[ww/sn] remah pelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang