Lilyn baru saja pergi dan itu menjadi kepedihan tersendiri untuk Lita. Air mata Lita berlinang, layaknya air mata Lilyn yang Lita pergoki berjatuhan membasahi pipi, di tengah kenyataan gadis itu yang meninggalkannya sembari berlari. Lilyn tak mau berhenti dan malah pergi walau Lita memintanya untuk tidak pergi. Di lorong depan tangga darurat, semua itu terjadi. Lita terdiam membeku di tengah riuh suara langkah cepat dari kepergian Lilyn.
"Ayo. Semuanya sudah menunggu. Kita harus bersiap."
Dari belakang, suara Arkana terdengar dingin sekaligus menusuk. Iya, suara pemuda itu seolah sudah langsung menghunjam punggung Lita dan sukses mengenai jantungnya.
Balik badan secara kasar hingga membuatnya menatap sekaligus menghadap Arkana, Lita berkata, "Bagaimana mungkin kamu setega ini kepadaku! Apa buktinya jika kamu memang tunanganku! Bukan ... kamu pasti hanya sedang ingin mempermainkanku lagi." Lita menggeleng pedih di tengah air matanya yang berlinang. Ia mundur dan sengaja menjaga jarak dari Arkana tanpa peduli, keluarga mereka sudah begitu bahagia atas rencana pernikahan mereka. Namun sungguh, Lita masih tidak percaya dan memang tidak bisa menerima kenyataan jika pemuda yang selama lima tahun terakhir telah membuat duninya menjadi jungkir balik, justru tunangan misteriusnya!
Bukan perkara perasaan Lita kepada Arkana begitupun sebaliknya. Yang Lita permasalahkan adalah, perasaan Lilyn adiknya kepada Arkana. Lilyn bahkan sudah sangat berharap dilamar sekaligus dinikahi oleh Arkana. Sialnya, baru saja, telepon masuk di ponsel Lita dan itu dari tunangan misteriusnya, terjadi setelah Arkana mencoba menelepon seseorang menggunakan ponselnya. Ponsel yang jujur baru Lita lihat karena itu bukan ponsel yang biasa Arkana pakai.
Perlahan tapi pasti, Arkana melangkah menghampiri Lita. Gadis itu tersenyum kecut kemudian menggeleng. Lita jelas masih meragukan pembuktian darinya.
"Apa lagi yang membuat kamu ragu sementara orang tua sekaligus keluarga kita sudah tahu sejak awal? Lita, laki-laki yang om Fean hubungi untuk segera melamar kamu agar kamu terhindar dari serangan Justin dan Anya, itu aku. Lima tahun lalu, aku mengikatmu karena aku ...." Arkana tak mampu melanjutkan ucapannya dan malah kebingungan sendiri.
"Kana, selama ini aku sudah menganggap kamu sebagai adikku. Bagaimanapun sikap dan perlakuan kamu ke aku, aku tetap menyayangimu sebagai adikku karena bagiku, kamu dan keluargamu bukan orang lain. Apalagi kamu tahu, Lilyn sangat menyayangi kamu!" suara Lita tertahan di tenggorokan. Ia berucap lirih dan menatap Arkana penuh kepedihan di tengah air matanya yang berlinang.
Lita memilih pergi dengan sebelah bahu yang menabrak sebelah bahu Arkana. Di detik itu juga, sebelah tangan Arkana yang bebas mencekal sebelah pergelangan tangan Lita.
"Keluarga kita khususnya orang tua kita sudah sangat menanti pernikahan kita. Jangan membuat mereka bersedih apalagi kecewa karena pernikahan kita merupakan kebahagiaan sekaligus impian mereka!" ucap Arkana.
"Kamu pikir, aku akan mengorbankan hidupku yang hanya sekali untuk kebahagiaan mereka yang benar-benar konyol?! Aku akan jujur kemudian mundur karena aku tidak menginginkan pernikahan ini!" balas Lita tak hanya mengancam karena ia sungguh serius.
"Aku pastikan, pernikahan ini akan tetap terjadi!" tegas Arkana yakin.
"Jangan lakukan ini kepadaku! Jika kamu memang punya dendam pribadi kepadaku, cukup balas dengan hal sekaligus cara lain tanpa harus menikahi aku. Nikahi saja adikku karena dia benar-benar mencintaimu!" Lita tidak tahu apa yang sebenarnya Arkana rencanakan hingga pemuda itu begitu ingin menikahinya. Bahkan kini, Arkana nekat memanggulnya dengan paksa, hingga ia kewalahan harus bagaimana untuk menghentikannya.
"Arkana, Arkana aku mohon jangan begini. Kamu punya masalah pelik, kepepet banget, atau malah kamu gay? Makanya kamu sengaja menikahi aku karena kamu yakin aku mampu menjaga rahasia kamu?!" Lita berucap cepat nyaris tak berjeda. Sialnya, Arkana tak menggubrisnya. Bahkan meski ia berulang kali memukul punggung Arkana, ia sampai menoyor kepala Arkana, termasuk menjewernya.
Jujur, aku memang cinta banget ke Lita, tapi buat bilang itu, ... rasanya susah banget bahkan mustahil! Batin Arkana.
"Ya Tuhan ... ini anak kesurupan atau malah memang kelainan? Bisa-bisanya dia akan menikahiku!" Lita terus meracau tidak jelas, dan baru saja, Arkana menurunkannya, memaksanya masuk ke dalam salah satu kamar hotel yang ada di sana.
Di sana sudah ada perias yang sempat mengurus Lita ketika gadis itu ada rumah, sebelum akhirnya malah melarikan diri.
"Pastikan dia terlihat sangat cantik agar dia tidak membuat keluarga besar kami malu!" titah Arkana terdengar keji bahkan di telinga Arkana sendiri.
"Mulutmu yah, kalau ngomong. Sembarangan banget!" omel Lita sambil meremas mulut Arkana menggunakan tangan kanannya. Berbeda dari biasanya, kali ini ia melakukannya sekuat tenaga saking kesalnya.
Arkana kesakitan dan menggunakan kedua tangannya untuk memegangi bekas amukan Lita di sana. Sedangkan kedua perias Lita, ia dapati menjadi tegang sekaligus mengkhawatirkannya. Mereka seolah menyayangkan ulah Lita yang begitu kasar kepada Arkana.
"Sudah, saya tidak apa-apa. Lita memang suka begini, tapi kalau sudah di tempat sepi dan hanya ada kami, buasnya benar-benar bikin aku jadi korban rudapaksa!" ucap Arkana. Ia sengaja kabur karena Lita sudah sampai melepas kedua sepatunya. Akan tetapi, Lita tetap berusaha menyerangnya dengan melemparkan kedua sepatu berheels runcing tersebut, yang mana dua-duanya mengenai punggung kepala Arkana silih berganti.
Menikah dengan Arkana? Sumpah, aku beneran enggak pernah berpikir, hal gila ini akan terjadi kepadaku! Batin Lita yang benar-benar emosional.
Sumpah ini, belum apa-apa sudah diserang terus. Tadi bibir, sekarang kepala! Batin Arkana sengaja menutup pintu kamar hotel keberadaan Lita. Ia menepi sekaligus bersembunyi di pinggir pintunya. Ia dapati, kedua heels Lita yang terkapar di hadapannya. Kedua sepatu yang juga telah menghantam punggung kepalanya. Padahal segalak-galaknya papah, paling banter hanya sampai jewer. Lha ini, sepatu pun terbang! Batin Arkana yang kemudian berjongkok dan mengambil kedua sepatu Lita.
Ketika Lita akhirnya keluar dengan rias yang sudah kembali membuat kecantikannya tampak sempurna, ia dikejutkan oleh keberadaan Arkana yang berdiri persis di depan tengah-tengah pintu. Pria itu seolah sengaja terjaga sekaligus menunggunya di sana. Arkana sudah memakai setelan jas putih dengan sekuntum mawar putih yang terselip di saku jas bagian dadanya. Demi apa pun, kali ini Arkana yang biasa tampil tampan sekaligus rapi, terlihat jauh berkali lipat lebih tampan dari biasanya. Bahkan saking tampannya, pria bertubuh tegap dan juga tinggi itu tampak terlihat seperti patung yang memiliki pahatan sekaligus ketampanan sempurna. Lita mengakuinya, betapa Arkana sangat tampan bahkan mungkin memiliki fisik sebagai suami idaman.
Setelah sempat mengamati Arkana melalui lirikan sinisnya, Lita sengaja mengakhiri tatapannya karena Arkana sudah langsung tersenyum mengejek kepadanya. Tidak pernah menunjukkan jika dirinya mencintai Lita, Arkana justru mengikatnya dalam pernikahan yang segala persiapannya dilakukan serba rahasia. Entah rencana apa yang sengaja Arkana siapkan, tetapi Lita sudah siap melawan. Kalaupun dugaannya jika Arkana memiliki kelainan bahkan malah gay, Lita tidak akan menghabiskan waktunya dengan menangis, kesedihan, apalagi kesengsaraan. Justru, Lita yang telanjur kesal, sengaja akan balas dendam.
Setelah mendadak jongkok, Arkana mengeluarkan kedua sepatu Lita yang sudah ia pungut, dari balik punggungnya. Ia memasangkan kedua sepatu tersebut ke kaki Lita yang memang tidak memakai alas.
"Tunggu pembalasanku!" lirih Lita sambil menatap tajam Arkana. Andai tatapan bisa menimbulkan efek layaknya sebuah film animasi, tentu dari kedua matanya sudah mengeluarkan petir dan langsung menyambar kedua mata Arkana.
Arkana tersenyum dan menatap Lita dengan tatapan tak percaya. "Belum apa-apa sudah membahas malam pertama. Baiklah, kita akan menghabiskannya dengan beronde-ronde."
Balasan santai Arkana yang dipenuhi senyuman membuat Lita kalah telak. Semua anggota keluarga mereka yang ternyata ada di sekitar sana, langsung tertawa.
Stres banget ih si Kana. Maunya apa, sih? Ihhh! Makin pengin nguwel-uwel, terus masukin ke botol! Batin Lita benar-benar geregetan pada tingkah Arkana yang sampai bersandiwara dan memperlakukannya penuh keromantisan. Arkana mengulurkan tangan kanannya dan siap menggenggamnya, seolah-olah, pemuda itu sangat mencintainya.
Semua mata di sana menunggu tanggapan sekalipun balasan Lita pada Arkana. Mereka semua tampak gemas, baper, dan benar-benar bahagia. Seperti yang Arkana katakan, pernikahan mereka sungguh ibarat impian keluarga besar. Ketika akhirnya Arkana meraih tangan kiri Lita yang tak kunjung melakukannya, kemudian menaruhnya di atas telapak tangan kanan Arkana pun, kenyataan tersebut menjadi sumber kebahagiaan mereka. Hingga akhirnya ijab kabul benar-benar terjadi. Arkana melakukannya dengan sangat tegas, lantang, benar-benar lancar. Arkana terkesan sudah menyiapkan persiapan yang begitu matang.
Dengan kata lain, bersama air mata kebahagiaan yang akhirnya tumpah setelah kata SAH terucap tegas menguasai ruangan out door di lantai atas dengan pemandangan yang begitu indah, Lita dan Arkana juga resmi menjadi pasangan suami istri. Uniknya, justru Lita yang menuntun Arkana untuk mencium punggung tangannya hanya karena Lita merasa dirinya lebih tua dari Arkana, terlepas dari Lita yang memang tetap menganggap Arkana sebagai adiknya. Tentu saja kenyataan tersebut menjadi bahan candaan keluarga besar mereka.
"Aku suamimu," ucap Arkana mengingatkan.
Lita kebingungan mengamati sekitar. Kebahagiaan semakin terasa kental, mereka semua tertawa sampai terpingkal-pingkal bahkan menangis karena prosesi pernikahannya dan Arkana.
"Kamu memang suamiku, tapi sepertinya tetap aku yang akan jadi kepala keluarga apalagi aku lebih tua," keluh Lita yang kemudian terpaksa mencium punggung tangan Arkana.
Semuanya bersorak bahagia sambil bertepuk tangan, terlebih ketika akhirnya Arkana mengunci kening Lita dengan ciuman dalam yang juga berlangsung sangat lama. Semua itu terjadi karena ulah Arkana sukses membuat Lita membeku, hingga Lita tak menghentikan ulah Arkana. Dicium Arkana dan itu di hadapan semua anggota keluarga besar mereka, ... jujur, Lita masih tidak percaya. Lebih tidak percayanya lagi karena kini, ia sudah menikah dan berstatus istri orang. Ia menikah dengan musuhnya sendiri, pemuda yang usianya dua tahun lebih muda darinya, dan juga merupakan adik dari sahabat baiknya.
Ya Tuhan, aku harap ini hanya mimpi! mohon Lita dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Musuh, Tapi Menikah (Suami Mesumku)
RomanceKetika Lita berpikir, menghindari Arkana yang usianya dua tahun lebih muda darinya, dan merupakan musuh bebuyutan yang juga berbakat membuatnya kesal sekaligus membuat dunia gadis cantik itu jungkir balik, menjadi satu-satunya cara agar Lita baik-ba...