9

791 115 2
                                    

Renjun, jaemin dan yejun saat ini tengah bermain bersama ditaman belakang rumah itu.

"Papa lihat? Bukankah bagus?" Ucap yejun memperlihatkan hasil coretannya.

"Hmm, sangat bagus." Ucap jaemin tersenyum.

"Memangnya yejun menggambar apa?" Ucap renjun tersenyum.

"Papa, Mama, yejun." Ucap yejun senang sekali dan kedua orang dewasa itu hanya tertawa menanggapi anak kecil itu.

"Maaf tuan muda, yang mulia, tuan muda Doyoung, dan tuan muda winwin telah menunggu di ruang tengah untuk melihat tuan muda yejun.

"Baiklah, kau bisa pergi duluan." Ucap renjun tersenyum.

"Pangeran? Apa kau ingin ikut menyapa saudaraku?" Ucap renjun menatap jaemin.

"Tentu saja."Ucap jaemin lalu diapun menatap yejun yang ntah kenapa sangat mirip dengannya.

"Dia mirip denganmu tanpa sengaja bukan yang mulia?"

"Hmm." Angguk jaemin setuju dengan renjun.

"Yejun, ayo kita kedalam. Ada yang mau bertemu dengan yejun."

"Beltemu yejun? Siapa Mama?" Ucap yejun bingung.

"Lihat saja nanti. Ayo." Ucap renjun akan menggendong yejun tapi lebih dulu jaemin menggendongnya.

"Pangeran?!"

"Saya akan menggendongnya. Ayo." Ucap jaemin lalu diapun berdiri dengan yejun dalam gendongannya dan menggenggam tangan renjun. Renjun sempat kaget tapi dia hanya membiarkan saja. Lagian sama calon suaminya juga.














Di ruang tengah.

Renjun dapat melihat kakaknya datang bersama suami mereka, dan kelima orang itu termasuk Baekhyun langsung membungkuk pada pangeran negeri itu.

"Yang mulia." Jaemin hanya membalas dengan membungkuk sekilas lalu mereka bertiga duduk.

"Aku tak menyangka calon adik iparku adalah seorang pangeran." Ucap suami winwin, Nakamoto Yuta.

"Aku juga." Ucap suami Doyoung. Moon Taeil.

"Itu adalah yejun, anak yang renjun adopsi. Awalnya dia menyuruh Mama dan baba, tapi kalian taukan diumur segini Mama tidak yakin untuk mengurus bayi." Ucap Baekhyun.

"Tapi, dia sangat mirip dengan pangeran." Ucap winwin.

"Gege benar, aku juga kaget mengetahui fakta itu." Ucap renjun tersenyum.

"Mama? Meleka ciapa?" Bingung yejun.

"Mereka kakak Mama. Ini Doyoung Hyung, itu Paman taeil suaminya, ini winwin,dan itu paman yuta suaminya."

"Yejun." Ucap yejun tersenyum lalu membungkuk sopan saat jaemin menurunkannya. Winwin dan Doyoung langsung menarik keponakan mereka mendekat.

"Kau sangat menggemaskan. Ntah kenapa kalian benar-benar seperti takdir, bahkan yejun tak terlihat seperti anak adopsi kalian." Ucap winwin.

"Aku sangat gemas padanya." Ucap Doyoung tersenyum.

"Imo, berhenti menciumku." Kesal yejun.

"Wah, temperamennya sama dengan renjun." Ucap yuta dan taeil bersamaan.

"Hyung!" Kesal renjun dan kelimanya tertawa sedangkan jaemin hanya tersenyum kecil.

"Oh iya ma, apa baba jadi membawa ryujin noona ke daerah sebelah?" Ucap renjun.

"Kenapa baba membawa ryujin ma?" Bingung Doyoung dan winwin.

"Baba kalian berencana akan menjodohkan ryujin dengan anak bangsawan daerah sebelah."

"Aaa, kurasa memang sudah saatnya juga. Lagian, kalau renjun akan segera menikah dia harus sudah menikah lebih dulu." Ucap Doyoung.

"Apa itu artinya saya harus menunggu?" Ucap jaemin dengan wajah datar.

"Tidak pangeran jaemin. Karena kalian sudah terikat sejak awal. Jadi, pernikahan tetap akan terjadi bahkan sebelum ryujin menikah. Karena dia bukan anakku." Lanjut Baekhyun dalam batinnya.

"Baiklah." Ucap jaemin mengerti.

"Semoga kalian bahagia selalu setelah menikah." Ucap taeil.

"Makasih Hyung." Ucap jaemin walaupun dengan wajah datarnya.

"Tidak perlu memanggil seperti itu pangeran. Kedudukanmu lebih tinggi." Ucap taeil.

"Walaupun begitu, disini saya lebih muda dari kalian. Dan ini bukan istana, jadi saya hanya seorang pria yang akan menjadi ipar kalian. Jangan terlalu sungkan pada saya."

"Baik pangeran. Atau, kami bisa memanggil nama saja?" Ucap yuta sedangkan taeil hanya menggelengkan kepalanya.

"Ne, senyaman kalian saja." Ucap jaemin datar.









Hari sudah sore, dan renjun terlihat mengantar jaemin menuju kereta kudanya, tanpa yejun karena anak mereka tertidur dengan nyenyak mungkin sekitar setengah jam lagi baru akan bangun, jaemin juga melarangnya untuk membangunkan yejun.

"Pangeran. Terimakasih."

"No."

"Ye?"

"Nana."

"Ah, iya Nana. Terimakasih karena sudah berusaha menjadi bagian keluargaku." Ucap renjun.

"Bukankah aku memang harus? Lagian cepat atau lambat aku memang harus menyesuaikan diri. Dan aku juga akan membantumu menyesuaikan diri dengan saudaraku."

"Ne, hati-hati dijalan Nana. Lain kali. Bisakah kita berjalan-jalan dengan kuda. Bersama yejun juga? Dia sangat menginginkannya."

"Hmm, aku akan datang saat tidak terlalu sibuk. Aku pulang dulu." Ucap jaemin sembari mengelus kepala renjun dan renjun hanya mengangguk dengan wajah memerahnya. Saat kereta kuda jaemin pergi, kereta kuda keluarganya datang dan keluarlah ryujin dengan wajah datarnya juga Chanyeol yang langsung tersenyum melihat anaknya itu.

"Perjalanannya lancar kan ba? Noona?"

"Iya sayang." Ucap Chanyeol sedangkan ryujin langsung masuk begitu saja membuat Chanyeol hendak mengejarnya dan mengajarinya tapi renjun menahan tangan ayahnya itu.

"Baba, mungkin noona lelah. Biarkan saja, jangan marahi dia lagi."

"Baiklah." Ucap Chanyeol menuruti keinginan anak bungsunya itu, jika tidak maka dia mungkin akan kehilangan akalnya karena marah. Renjun langsung menggandeng tangan sang ayah dan masuk.

"Mungkin aku akan memutuskan untuk mengikuti kehidupanku saat ini, sampai aku bisa keluar dari tempat ini." Batin renjun.































T.B.C.

Diamond (jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang