11

821 120 4
                                    

Acara pernikahan itu berlangsung dengan sangat hikmat tanpa tau dua orang yang berusaha menahan amarah mereka masing-masing melihat pernikahan itu terjadi. Tapi itu tidak membuat kedua mempelai di depan sana berhenti tersenyum apalagi pangeran jaemin terlihat sangat posesif merangkul pinggang sang istri, renjun saat ini juga anak adopsi mereka yang ada di gendongan jaemin.

"Papa? Apa nanti yejun bisa tidul dengan papa dan Mama?"

"Tentu saja sayang." Ucap jaemin tersenyum kecil dan renjun yang tersenyum sembari mengelus kepala anaknya itu.

"Hole!" Senang anak itu. Dan itu membuat jaemin juga renjun tersenyum, lalu keduanya berjalan untuk menyapa para tamu yang datang baik dari kerajaan lain juga keluarga bangsawan lainnya.













Beberapa jam kemudian, acara telah selesai dan saat ini terlihat jaemin, renjun dan yejun berada di dalam kamar sang pangeran atau saat ini akan menjadi kamarnya.

Renjun duduk di atas kasur sembari menepuk pelan bokong yejun yang telah tidur dengan sangat nyenyak lalu diapun melihat jaemin yang keluar dari toilet dengan baju tidurnya lalu diapun duduk disebelah renjun.

"Maaf yang mulia, kita tak bisa melakukannya malam ini." Ucap renjun karena memang seharusnya ini adalah malam sakral mereka berdua.

"Kenapa kau harus memikirkannya? Lagian aku tak berfikir menikahimu hanya untuk melakukan itu renjun, tapi karena sebuah kehidupan sampai akhir dan kebahagiaan." Ucap jaemin. Dan renjun hanya menatap jaemin dengan tatapan yang sangat kagum.

"Kenapa?"

"Makasih pangeran."

"Hmmm, sekarang ayo kita tidur bersama dengan putera kecil kita." Ucap jaemin dan renjun yang menganggukkan kepalanya sembari tersenyum.




















___________________






Di masa depan...

Haechan benar-benar sangat cemas karena renjun belum kunjung sadar, dia benar-benar merasa sangat bersalah saat ini.

"Njun, maafkan aku. Aku mohon kau harus bangun dan bertahan ne? Aku tak mau kau pergi selamanya." Ucap Haechan sembari memegang tangan sahabatnya yang terbebas dari infusnya.

"Aku tau aku sangat keterlaluan renjun, tapi aku mohon agar kau segera sadar, karena aku tak ingin kehilangan sahabat sepertimu, kau bisa menghukumku saat bangun nanti renjun." Ucap Haechan.

Ceklek.

Haechan lantas melihat kearah pintu dan kaget melihat direktur mereka datang kembali dengan baju casualnya.

"Maaf Presdir? Ada apa? Apa ada yang tertinggal sampai kau kembali kemari?"

"Tidak, kau pulanglah. Saya akan berada disini." Datar jaemin.

"Tidak perlu Presdir Na. Biar saya saja. Anda bisa istirahat."

"Ini perintah. Pergilah."

"Tapi."

"Kau tak perlu cemas dengannya, karena saya akan menjaga tunangan saya dengan baik." Ucap jaemin datar dan Haechan membulatkan matanya lalu menatap renjun yang masih belum sadar juga jaemin secara bergantian.

"Ne?"

"Kau sudah tau bukan? Sekarang pergi, dan jangan sampai siapapun tau kalau kau ingin posisimu aman. Dan jangan sampai dia mendengarnya saat bangun nantinya karena dia belum mengetahuinya." Datar jaemin dan Haechan hanya mengangguk dalam keterkejutannya lalu diapun keluar setelah membungkuk lantas jaeminpun mendekat dan duduk disebelah bangsal renjun itu sembari menatapnya.







Kembali lagi ke masa lalu saat ini, renjun terbangun karena mimpi yang dia terima mengenai seorang pria yang tak jelas dalam pandangannya mengatakan kalau dia adalaj tunangannya pada Haechan dan Haechan yang percaya.

"Siapa orang itu? Kenapa aku tak bisa melihat dengan jelas wajahnya? Dan apa katanya tunanganku?" Batin renjun, sembari menatap jaemin yang masih terlelap begitu pula dengan yejun.

"Kapan aku akan keluar dari sini sebenarnya?" Monolog renjun.



































T.B.C.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Diamond (jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang