Cp.03 Sebuah Alat Untuk Balas Dendam

109 10 0
                                    

" Pak Ini Adalah Daftar Semua Proferti Milik Keluraga Keerati Dan Juga Daftar Perusahaan Yang Menjalin Kerja Sama Dengan Mereka..." Di Kantor Milik Hia Lian, Foei Tampak Memberikan Beberapa Map Coklat Kepada Hia Lian Yang Langsung Diterima Olehnya.

" Apakah Kamu Sudah Menyusunnya Sesuai Perintahku?" Hia Lian Lalu Membuka Salah Satu Map Coklat Itu Dan Bertanya Kepada Foei.

" Ya Pak, Di Sini Tertulis Total Jumlah Kekayaan Yang Dimiliki Oleh Keluarga Keerati..." Foei Mengangguk Dan Menujuk Ke Salah Satu Kertas Yang Dikeluarkan Oleh Hia Lian.

" Baiklah... Kekayaan Keluarga Keerati Ini Memang Sangat Luar Biasa, Pantas Saja Mereka Masih Bisa Bertahan Di Tengah-Tengah Persaingan Bisnis Yang Kini Semakin Ketat, Tapi Untuk Menghancurkan Keluarga Ini Sepenuhnya Tetap Harus Dimulai Dari Akarnya..." Hia Lian Melihat Nominal Yang Tertulis Di Kertas Dan Ia Diam-Diam Kagum Pada Keluarga Keerati Yang Memiliki Kekayaan Luar Biasa.

Keluarga Keerati Sejak Dulu Mewariskan Kekayaan Mereka Secara Turun Temurun, Dan Sekarang Pewaris Semua Kekayaan Itu Adalah Kuea Keerati Karena Mereka Tidak Mempunyai Keturunan Lagi, Oleh Sebab Itu Hia Lian Mengincarnya Untuk Dijadikan Alat Pelampiasan Dendamnya.

" Ya Pak... Tapi Apakah Kamu Bersungguh-Sungguh Dengan Rencana Balas Dendammu Itu?" Disisi Lain Foei Mengangguk Dan Bertanya Dengan Nada Ragu Pada Hia Lian.

" Tentu Saja, Apakah Aku Terlihat Seperti Orang Yang Tidak Menganggap Serius Kata-Kataku Sendiri?" Hian Lian Lalu Mengalihkan Pandangannya Ke Arah Foei Dan Menatapnya Dengan Raut Wajah Dingin Yang Seketika Itu Juga Langsung Membuat Foei Menciut.

" T-tidak Pak, Bukan Itu Maksudku... Hanya Saja Bukankah Lebih Baik Kamu Menyelidikinya Lebih Dalam, Lagipula Hal Itu Hanya Berdasarkan Prefektifmu Sendiri Dan Tidak Ada Yang Tahu Dengan Jelas Apa Yang Sebenarnya Terjadi Pada Saat Itu..." Foei Buru-Buru Membetulkan Kacamatanya Yang Sedikit Bengkok Dan Berkata Dengan Nada Gugup, Bagaimapun Ia Tidak Ingin Menyinggung Bosnya Atau Pun Mencampuri Semua Urusannya, Hanya Saja Sebagai Orang Yang Sudah Mengikutinya Selama Bertahun-Tahun Ia Tidak Ingin Bosnya Itu Berlarut-Larut Dalam Rencana Balas Dendamnya Dan Melupakan Kebahagiaannya Sendiri.

" Aku Sendiri Yang Tahu Dengan Jelas Apa Yang Terjadi Pada Saat Itu, Jadi Keputusanku Sudah Bulat Untuk Membalaskan Dendamku Pada Cucu Yang Paling Disayangi Oleh Orang Itu... Selain Itu, Ibuku Sendiri Yang Mengatakan Padaku Untuk Membalaskan Dendam Pada Orang Yang Pantas Menerimanya, Jadi Aku Tidak Punya Penghalang Apa Pun Sekarang..." Hia Lian Dengan Tegas Mengucapkan Kata-Kata Itu, Dan Tampaknya Keputusannya Itu Memang Sudah Bulat.

" Tapi Pak, Bagaimana Kamu Tahu Bahwa Orang Yang Seharusnya Menjadi Target Balas Dendammu Itu Adalah Keluarga Keerati, Apakah Saat Itu Nyonya Wang Menjelaskannya Padamu?" Meski Hia Lian Sudah Berkata Dengan Tegas, Tapi Tampaknya Foei Tidak Tahu Cara Mengerem Mulutnya Dan Terus Bertanya Padanya.

Saat Hia Lian Mengingat Kembali Apa Yang Terjadi Pada Saat Itu, Rasa Sakit Seperti Jarum Menusuk Jantungnya, Itu Telah Menyebabkannya Menderita Selama Bertahun-Tahun, Tetapi Dia Terus Mengabaikannya Karena Terlalu Fokus Pada Rencana Balas Dendamnya.

Sekelebat Kenangan Ketika Dia Masih Kecil Dan Harus Hidup Dalam Kesederhanaan Bersama Ibunya Melintas Di Kepalanya, Dan Ia Tidak Tahan Ketika Ia Memikirkan Betapa Menderitanya Ibunya Saat Itu Ketika Mereka Harus Kehilangan Orang Yang Paling Mereka Cintai.

Ibunya Berjuang Sendirian Untuk Membiayainya Dan Akhirnya Meninggal Dunia Karena Sudah Tidak Sanggup Lagi Dengan Semua Penderitaan Yang Mereka Alami, Meninggalkannya Sendiri Dengan Perasaan Bingung Dan Ketakutan, Namun Ketika Ia Melihat Keluarga Keerati, Mereka Tampaknya Sangat Bahagia Saat Menyambut Kelahiran Cucu Mereka, Dan Itulah Yang Membuatnya Semakin Ingin Membalaskan Dendamnya.

Kepala Hia Lian Selalu Sakit Ketika Ia Memikirkan Hal-Hal Itu Sehingga Kini Ia Memegangi Kepalanya, Bagaimanapun Perasaan Ketika Ia Kehilangan Kedua Orang Tuanya Di Usinya Yang Masih Sangat Muda Benar-Benar Menyesakkan Dan Itu Cukup Mengganggu Kondisi Psikisnya.

My Sweet Sweet BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang