Ada juga di Shopee lho!
Po cuma 65 ribu❤️---
"Cinta hanyalah bualan semata, hingga akhirnya seseorang yang istimewa datang untuk mengajarkanmu makna cinta."
√√√
"Boleh aku bercerita? Rasanya tidak kuat lagi menahan sesaknya." Ariana berujar pelan, membuat Nicholas terenyuh mendengarnya. Perempuan itu tidak pernah selemah sekarang ini.
"Kau bisa menceritakan semuanya padaku," ujar Nicholas dengan senyum lebar, seakan-akan dirinya tak mempunyai beban hidup.
"Tadi pagi aku bertemu dengannya. Dia sangat pandai bermain peran, kau tahu? Mulutnya sangat manis, hingga semua orang percaya padanya." Ariana bercerita dengan napas tak beraturan. Ia emosi dan juga sedih.
"Alhena maksudmu? Selama ini aku mengira dia itu adik yang baik," balas Nicholas menimpali, tetapi sebenarnya dirinya sudah tahu.
"Di dapur setelah sarapan, dia mencercaku dengan perkataan lembut tapi menyakitkan. Salah diriku jika terlahir dari perselingkuhan? Aku tidak menginginkan itu, semua terjadi bukan kehendakku." Ariana mengusap air matanya. Ia terdiam sejenak. "Tetapi, wajar kalau dia begitu, karena aku memang pantas."
"Tapi samua ini sangat keterlaluan. Kau tahu? Dia membuatmu merasakan semua rasa sakit. Kau tidak pantas menyalahkan diri sendiri." Nicholas tidak suka saat Ariana menyalahkan diri sendiri. "Aku akan tetap di sampingmu, jangan merasa kalau kau itu sendiri."
Nicholas menarik perempuan itu agar bisa dia peluk. "Menangislah, walau itu tidak menyelesaikan masalah, tetapi bisa membuatmu lega," ujar Nicholas dengan pelan.
Ariana diam di dalam pelukan. Hanya lima menit, ya. Tidak lebih dari itu. Ia mendorong tubuh Nicholas menjauh. "Aku membencimu," ujar Ariana sembari mengusap air matanya.
Rahang Nicholas hampir terjatuh mendengar itu. Perempuan ini bercanda atau sedang kerasukan? Tadi saja dia menangis dan mengadu bak anak kecil. Sekarang? Dia mendorong dan mengatakan kalimat benci. Sudahlah, Nicholas tidak akan bisa mengerti hormon perempuan dan ditambah perempuan itu hamil! Lengkap sudah penderitaannya.
"Ya, aku tahu. Aku ini hanya ajudan yang miskin, tidak tampan, menumpang hidup, dan pecundang," ujar Nicholas sengaja. Ia merebahkan dirinya di ranjang. "Kau membenciku, 'kan? Ya sudah, sana pergi. Mana ada orang yang saling membenci malah di atas ranjang yang sama." Nicholas berujar dengan memejamkan mata. Dia ingin mendengar teriakan marah perempuan itu.
Namun, sudah sepuluh menit dia memejamkan mata, suara perempuan itu tidak terdengar. Dengan rasa penasaran dia membuka mata dan langsung saja membuka lebar mata dan mulutnya. "K-kau? Kenapa? Kenapa bisa? Tidak mungkin." Nicholas berbicara terbata dan tidak jelas.
Ariana, perempuan itu memakai kemeja putih milik Nicholas dan itu sangat pendek, hanya menutupi setengah pahanya. Ada apa dengan perempuan itu? "Kau susah gila, My Lady. Cepat keluar dari sini atau aku akan—" Nicholas tak melanjutkan kalimatnya, melainkan menatap tepat pada bibir menggoda sang perempuan.
Ariana melirik sinis. "Gaun tidurku basah karena air yang menetes dari rambutmu. Kau pasti tidak sadar, 'kan? Kenapa dengan matamu? Tidak pernah melihat perempuan cantik sebelumnya?" Ariana berjalan dengan angkuh mendekati cermin rias di samping ranjang.
"Kau? Ariana, kau kenapa? Jika kau ada masalah, baiknya cerita, jangan menjadi gila seperti ini. Merinding aku olehmu." Nicholas berdiri. Ia berusaha memalingkan wajahnya ke sembarangan arah. "Kau tahu kemeja itu sangat tipis? Dan itu membuat ...." Lagi-lagi kalimat Nicholas tergantung. Sungguh, dia sangat salah tingkah.
"Baiklah, aku akan keluar dari kamarmu. Tapi ingat, aku tidak mencintaimu." Ariana kemudian berjalan menuju pintu.
"Sangat percaya diri sekali dia. Dasar perempuan angkuh, banyak sekali karakter dalam dirinya. Inilah, itulah." Nicholas mengoceh setelah pintu ditutup oleh Ariana. Baru saja ingin kembali berbaring, ia teringat sesuatu. Matanya melebar dan langsung melompat turun dari ranjang. "Ya Tuhan, aku tidak ingat kalau ada dua bodyguard yang berjaga di depan kamar Ariana. Bagaimana kalau mereka melihat perempuan itu dengan keadaan seperti itu?"
Nicholas berlari menyusul Ariana. "Ariana!" Tepat saat ia berteriak, Ariana menoleh. Perempuan itu sepertinya hedak menuruni tangga—menuju lantai satu.
"Ada apa? Aku sudah bilang, aku tidak mencintaimu." Ariana memutar bola mata malas ketika melihat pria itu berlari mendekatinya.
"Kau mau kemana? Kenapa tidak langsung masuk kamar? Kamarmu ada di depan kamarku, kau ingat?" Nicholas mencengkram pelan bahu perempuan itu.
Ariana berdecak. "Lepas! Mana mungkin aku lupa, itu adalah hal yang membuatku ingin mengamuk dan mengadukannya pada mommy. Kamarmu sekarang ada di depan kamarku, itu adalah mimpi buruk yang harus aku terima," ujar Ariana panjang lebar.
"Cukup dengan omong kosongnya? Kau harus kembali. Bagaimana bisa kau turun dengan pakaian seperti ini? Mereka bisa saja melihat tubuhmu dan berpikir aku telah melalukan sesuatu padamu." Nicholas menarik tangan Ariana. Dengan cepat ia membawa perempuan itu memasuki kamar. Masa bodoh dengan tatapan dua bodyguard yang sedang berjaga.
"Memangnya kenapa? Mereka tidak akan berani berpikir macam-macam," ujar Ariana setelah sampai di dalam kamar miliknya.
"Kau tidak mengerti, My Lady. Mata lelaki di luar sana sangat menakutkan, kau bisa saja mereka hap!" Tangan Nicholas bergerak untuk menangkup wajah perempuan itu. Kini mereka berdua tertawa lepas.
"Jangan bilang kau cemburu?" ujar Ariana setelah tawanya berhenti. Nicholas langsung memasang wajah datar. Ariana tertawa sinis melihat itu. "Kau tidak berhak akan itu, My Bodyguard. Aku tidak mencintaimu." Ariana berbisik dengan pelan, tetapi dengan nada menggoda.
"Mari kita buktikan. Lihat siapa yang akan mengibarkan bendera putih dan mengumumkan kekalahan. Itu pasti kau, My Lady." Nicholas balas berbisik. "Aku pastikan kau akan kalah."
"Kau percaya diri sekali."
"Tidak salah? Harusnya kalimat itu cocok untukmu, karena kau sangat dengan percaya diri mengatakan 'aku tidak mencintaimu dan jangan berharap' Kau yakin aku mencintaimu, My Lady?"
√√√
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Bodyguard A Fall In Love (Terbit)
Teen FictionDunia serasa hancur, tangan itu mengulurkan bantuan. Memberi kasih sayang, cinta, dan perhatian. Tetapi, percayakah kalian pada kebaikan? Ariana mengira semua di dunia ini hanya tipu muslihat saja. ~~ Mengulurkan tangan dan ditepis dengan kuat. Memb...