2. Apartemen Vidaview

6 1 0
                                    

Kamu gak apa-apa kan" Tanya Rifky sedikit khawatir.


Vhera menggeleng lemah.

Rifky menghela nafas. " Syukurlah." Kata Rifky lalu mendudukkan Vhera di pinggir trotoar. Ia lalu mengamati suasana sekitar sambil sesekali melirik Vhera yang memegangi pergelangan tangannya.


" Ada yang luka nggak?"

Fokusnya tak pernah terlepas dari wajah Vhera yang tampak meringis kesakitan. Namun Vhera kembali menggeleng. Sementara ekspresinya menunjukkan hal berbeda.


Rifky menoleh sebentar ke arah skuter  Vhera yang tergeletak di jalan. Kerusakannya tidak begitu Vhera, sedikit goresan pada kap depan dan kaca spion sebelah kiri juga ikut terlepas. Pikir Rifky.


" Kamu ada obeng?"


Vhera mengangguk pelan.  " Iya. Ada di dalam sadel."


Rifky beranjak menuju motor Vhera, tangannya yang berotot bergerak lincah memperbaiki kendaraan roda dua itu. Tak sampai disitu, laki -laki itu juga merapikan box-box Vhera yang sempat terlepas saat wanita itu terjatuh.


Selama Rifky memperbaiki motornya. Vhera terus memperhatikan wajah tampan yang ditumbuhi bulu-bulu halus di sekitar rahang tegas pria itu. Hidungnya mancung, punya alis tebal, tatapan matanya yang dalam, bisa-bisa menghipnotis setiap lawan bicaranya.

Dari wajah dan perawakan, Vhera yakin bila Rifky itu keturunan Arab.

Masih di posisi tersebut. Rifky menoleh sejenak untuk menatap
Vhera yg berada dibelakangnya. Tepat saat itu, pandangan mata mereka terpaut. Menyadari sedang diperhatikan, jadinya Rifky memberi senyum manis terbaiknya. Vhera menyadari dan buru-buru mengalihkan pandangannya. Sesuatu bergelanyar di dalam dadanya.

Setelah selesai, Rifky kembali menghampiri Vhera. " Udah beres.Kamu masih bisa nyetir kan?"

Vhera mengangguk. " Makasih ya."
Rifky tersenyum tipis, disertai anggukan kepala. Lalu kemudian membantu Vhera berdiri, sekilas matanya melirik pada tangan Vhera yang terkilir. Namun, gadis itu tampak menutupi dengan tas yang masih tergantung di lehernya.


Brumm! Brummmm!


Suara mesin motor dinyalakan. Vhera melaju perlahan meninggalkan Rifky yang belum beranjak dari sana. Sejenak lelaki itu terpaku akan kesempurnaan bahu dan bagian belakang kepala si gadis. Rambutnya yang hitam legam terurai hingga ke bawah tulang bahunya, hidungnya mungil berbingkai bibir tipis, semakin menegaskan kecantikannya.

Helaan nafas panjang terdengar jelas. Rifky yang biasanya memasang wajah dingin dan kaku, kini terlihat lebih rileks. Rifky berbalik. Langkahnya terhenti saat menyadari telah menginjak sesuatu. Ternyata sebuah gelang inisial " V"


" Apa milik perempuan itu?" pikir Rifky.


Gelang itu masuk ke saku celana. Melangkah dengan ringan. Kedua sudut bibir Rifky membentuk lengkungan manis.


***


Pagi. 08.00


Meski kafe buka sejam lagi. Namun Boni, memilih membuka kafe itu lebih awal. Pasalnya, dia tahu jika hari ini si pemilik kafe akan berkunjung. Aneh juga rasanya, setelah sekian purnama barulah pemilik nama Lin Xie Mey itu datang tanpa memberitahu manajernya lebih dulu, yang tak lain adalah Shinta, orang kepercayaan nyonya Lin. Ya, kesannya sich seperti sidak mendadak gitu. Boni sendiri taunya, wanita berdarah tionghoa itu bakal datang, disaat tanpa sengaja dirinya menemukan fax di atas meja Shinta, saat dirinya tengah membersihkan ruangan itu. Dan, sepertinya fax yang berisikan peringatan sidak itu belum pernah terjamah oleh siapapun, selain dirinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 07, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Destiny Is (Not) You )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang