7

430 36 0
                                    


-
-

"Mau ganti di dalem" jawabnya dengan raut bingung, soalnya dia kalo ganti baju olahraga juga di dalem bilik toilet kok.

"Kenapa enggak disini?"

Oh sekarang Elvan paham.

"Enggak ntar lu sange liat badan gue" dia langsung memasuki salah satu bilik dan mengganti seragamnya.

-
-


Normal Pov

Kala berlari ke kelas itu hanya kebohongan belaka. Lihatlah sekarang dia sedang berada di kantin. Anak itu memang tidak bisa dipercaya.

Kala berhenti ditengah kantin untuk melihat dimana sahabatnya itu berada. Matanya memindai semua sisi kantin. Dia menemukan sahabatnya berada di meja pojok kantin.

Langsung saja menghampirinya.

Tapi saat dia mendekat kenapa hanya ada Alvan, dan satu orang lagi yang dia kenal sebagai teman Damian. Kemana perginya Elvan yang sangat cerewet itu.

Dan apa apaan itu, suasana dimeja sangat canggung, sepertinya ada sesuatu hal yang sudah terjadi.

Tapi dia tidak mengetahuinya.

"Al?" panggil Kala.

"Duduk aja" jawab Alvan.

Tentu saja Kala langsung mendudukkan dirinya di sebelah Alvan.

"Ada apaan ni, kok pada diem doang" tanya Kala dengan muka bingungnya.

"Jadi gin-" saat laki-laki itu ingin menjelaskan, tiba tiba dipotong oleh Alvan.

"Dia nyiram es ke Elvan" potongnya.

"Heh jangan nuduh lu" ucap laki-laki itu cepat.

Dia tidak terima.

Tiba tiba saja Elvan dan Valdi sudah berjalan mendekat kearah meja mereka. Terlihat Elvan yang memakai hoodie kebesaran.

Setelah mereka semua duduk disana. Elvan mulai bicara.

"Elu yang nabrak gue tadi! bayarin semua makanan gue pokonya!" ucap Elvan tidak santai sambil menunjuk Raka.

"Biar gue yang bayarin" ucap Valdi santai.

Raka bersyukur karena tidak akan mengeluarkan uangnya sia sia hanya untuk membayar makanan orang lain.

Tapi bukankah Raka pernah memuji kembaran dari Omega yang ditabraknya tadi. Alvan, Omega yang dipuji Raka manis saat Omega itu menamparnya di depan toilet waktu itu.

Tapi sayang sepertinya dia sangat susah untuk didekati.

Selamat berjuang Raka!!

Dan sepertinya kehadiran Kala disini tidak dianggap. Jadi dia memutuskan untuk pergi saja ke kelas. Perdebatan mereka pasti tidak ada habisnya. Apalagi dengan Elvan si cerewet.


___

Kala duduk di bangkunya dan tidur dengan tangan sebagai bantalannya. Apalagi sekarang sedang jam kosong jadi tidak akan ada yang mengganggunya.

Tidak sadar dia sudah tertidur sangat lama. Bahkan jika Alvan tidak membangunkan nya, mungkin saja dia tidak akan sadar jika sekarang sudah jam pulang sekolah.

Sekarang sudah jamnya pulang sekolah. Setelah merenung sebentar, dia memutuskan untuk keluar kelas. Mencari Damian untuk pulang bersama.

Ternyata dia tidak perlu mencarinya, bahkan Damian sekarang sudah ada didepan kelas menunggunya.

Kala terlihat senang.

Dia berlari menghampiri Damian sambil merentangkan tangannya. Tentu saja dia langsung memeluk Damian.

"Pelan pelan Kala" ucap Damian membalas pelukan.

"umm" Kala hanya mengangguk patuh.

Setelah puas berpelukan, Kala melepaskan pelukannya.

Dan Damian yang menggandeng tangan Kala menuju parkiran untuk mengambil motornya.

"Nih pake" Damian menyodorkan jaketnya kepada Kala.

"Kenapa harus make jaket?" tanya Kala dengan muka bingungnya.

"Anginnya kenceng, nanti lu masuk angin" jelas Damian.

Sekarang memang sudah masuk musim hujan, jadi langit selalu terlihat mendung. Dan jangan lupakan angin yang menghembus dingin.

"Terus lo gimana?"

"Gue udah biasa, jadi pake!"

"huh iya iya"

Jaket itu terlihat begitu besar dibadan Kala. Bahkan sekarang dia terlihat seperti anak kecil. Sangat menggemaskan.

"Lucu" gumam Damian, mungkin hanya dia sendiri yang dapat mendengarnya.

"Udah ni, ayo"

"Pake helm dulu" lagi lagi Damian menyodorkan helm kepadanya.

Dia sengaja membawa dua helm.

Kala menerima dan langsung memakainya. Tapi sepertinya dia kesulitan untuk menyatukan pengait helm itu.

"Uh kenapa susah" gerutunya, bahkan bibirnya terlihat mengerucut lucu.

Damian yang melihatnya gemas sendiri. Bibir itu terlihat basah dan menggoda.

"Kala" panggil Damian.

Kala yang dipanggil dengan cepat mendongakkan kepalanya untuk melihat Damian.

Langsung saja Damian mengecup bibir yang menggodanya itu.

Kala hanya terdiam mengedip ngedipkan matanya, kejadian itu terlalu cepat.


Damian Pov

Sial dia manis banget.

Gua yang gemes mulai ngecup bibirnya berkali kali.

"Uhh ian udah" ucapnya sambil dorong wajah gue ngejauh.

Padahal gue masih pengen ngecup bibirnya.

"Iann bantuin pasangin ini"

"Haha iya"

Gue ngedeket ke muka dia dan pasangin helmnya.

"Udah sini naik" ucap gue sambil ngulurin tangan buat bantu dia naik.

Karna gue yakin dia enggak bisa naik sendiri. Motor ini ketinggian buat dia, atau dia yang kependekan?

_

"Rumah lu dimana?" tanya gue di tengah perjalanan.

"Belok kiri, terus belok kanan, terus lurussss, habis itu belok kanan lagi, terus lewat taman, habis itu lewat rumahnya Alvan sama Elvan" cerewetnya.

Ini anak bener bener, gue bahkan bingung dia ngomong apaan.

"Sebutin alamat Kala."

"Oh hehehe, jalan tulip nomer 11" dia ngucapin itu sambil senyum yang ngeliatin gigi rapinya.

Setelah gue tau alamatnya, gue pegang tangan dia yang meluk perut gue buat peluk yang kenceng. Bukannya modus, tapi gue mau ngebut biar cepet sampe.

_

"Bisa turun?" tanya gue yang sekarang udah berada didepan rumahnya.

"Enggak bisa, ketinggian"

Gue turun lebih dulu dan bantuin dia turun. Gue angkat dia buat turun. Badannya bahkan enteng banget.

"Ayoo masuk" dia narik tangan gue buat masuk ke dalem rumahnya.

Huft, harusnya tadi gue langsung pulang. Gue cuma bisa berdoa semoga orang tuanya kaga ada di rumah.

Sikap apa apaan itu, gue kaga boleh gitu. Gue harus gentle. Karena gue bakal jadi Aplha-nya, yang memimpin dia.










___

Vote

hehehe

semoga nilai ujian gue bagus

Type [bl]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang