"Makasih ya, kak." Ucap Ben sambil berjalan bersama Jungkook menjauh dari sekolahan. Ya, pria itu sengaja datang untuk menjemput Ben.
"Sama-sama." Jawab pria itu tersenyum sambil mengusap pucuk kepala Ben.
Anak menggemaskan itu menatap Jungkook berbinar-binar dan tersenyum kearahnya. Ben sangat kagum pada pria itu dan merasa nyaman saat didekatnya.
"Kak Jungkook mau tahu sesuatu nggak?" Tanya Ben.
"Apa sayang?"
"Ben seneng banget bisa ketemu dan sedeket ini sama kakak. Dari dulu Ben cuma deket sama bunda sama tante Lia doang. Eh lupa, sama om Jay juga ding pacarnya tante Lia."
"Serius?"
"Iya. Setiap kali Ben mau deket sama seseorang pasti dilarang sama bunda kalau nggak tante Lia."
"Ben tahu nggak alesannya apa?" Tanya Jungkook penasaran.
"Buat jaga-jaga aja, katanya banyak orang jahat. Tapi nggak semua orang itu jahat kan, kak? Buktinya kakak orang baik dan selalu jagain aku. Bunda sama tante Lia emang suka nakut-nakutin."
"Jangankan denger kalimat itu Ben, denger kamu panggil kakak aja hati papa selalu sakit." Ujarnya dalam hati, batin Jungkook hancur mendengar akan hal itu. Dia pun merasa termasuk orang jahat, terutama terhadap Karina dan juga anak itu.
"Semenjak ketemu kakak, Ben jadi kayak punya hero. Makasih ya kak Jungkook udah hadir dihidup Ben. Pokoknya Ben seneng banget." Imbuh anak itu lagi.
"Ben boleh kok nganggep kak Jungkook sebagai sosok ayah. Justru kakak bakalan happy banget kalau Ben mau."
"Nggak cocok dong, kak. Kakak kan masih muda, kalau dianggep sebagai kakak baru cocok hehe."
"Bunda juga kan masih muda? Asal Ben tahu, dulu kakak sama bunda itu satu sekolahan. Bunda itu adik kelas kak Jungkook."
"Berati bunda sama kak Jungkook saling kenal dong? Tapi kenapa waktu bunda ketemu sama kakak kayak orang nggak kenal ya?"
Jungkook pun panik mendengar itu. Jika dirinya jujur, situasinya tidak memungkinkan. Beruntungnya Jungkook, keduanya pun kini sudah sampai dirumah Ben.
"Udah sampai sayang." Kata pria itu mengabaikan pertanyaan tersebut.
"Makasih ya, kak." Jawab Ben, lupa akan pertanyaan yang baru saja ia berikan pada Jungkook.
Karina pun keluar dari rumah dan melihat keduanya sedang berbincang.
"Karina," Lirih Jungkook cemas, dirinya takut jika perempuan itu marah akan kehadirannya.
"Bun, tolong jangan marahin kak Jungkook." Pinta Ben membujuk bundanya, karena sadar jika bundanya tidak begitu menyukai Jungkook.
"Nggak. Sekarang Ben masuk, bunda mau bicara sama dia." Suruh Karina pada Ben.
"Tapi beneran kan, bun? Bunda nggak bakalan marahin kak Jungkook?" Ben.
Karina mengangguk mengiyakannya. Ben pun manut dan masuk kedalam.
"Makasih," Ucap Jungkook kaku. Bingung harus berbuat apa.
"Kamu sengaja ya deketin anak aku?" Tanya Karina membuat pria itu tersentak.
"Kan aku udah pernah bilang, kamu nggak perlu lagi dateng kesini, ke kehidupan aku dan Ben. Kamu ngerti nggak sih??""Tapi na, Ben juga kan anak aku. Aku sayang sama dia, aku ingin bahagiain dia. Kita punya ikatan batin yang kuat."
"Kalau aja ada yang bisa buat kamu maafin aku, tanpa pikir panjang aku bakalan ngelakuin hal itu. Aku nggak menutup kenyataan kok, aku sadar banget kalau aku yang salah disini, wajar kamu seperti ini."