COUSIN - 05

614 89 1
                                    

Lain kali ajari aku lagi ya, (Name).

━━━━━━
Iwaizumi menjambak rambutnya sendiri dengan frustrasi. Sudah lima kali ia menghitung, tetapi jawabannya tak kunjung ketemu. Ditambah pula masih ada sepuluh soal lagi yang tersisa, membuatnya makin stres saja.

Yah, bagaimanapun ia memang tidak jago dalam hal pelajaran. Walau tidak mau mengakuinya, Oikawa jauh lebih baik dibanding Iwaizumi dalam hal ini.

Menyerah, akhirnya itu jalan yang Iwaizumi pilih. Rasa-rasanya, kalau terus dipaksa, mungkin kepalanya akan meledak.

Benar-benar meledak, tahu. Bukan sekadar perumpamaan.

"Hajime? Kau tidak apa-apa?" Kepala (Name) menyembul dari balik pintu kamar, menatap sang sepupu heran.

"Ah, gak apa-apa kok." Iwaizumi tersenyum, dengan sekejap ia sudah memasang wajah lembut.

"Masa?" (Name) memasang wajah sangsi, "Aku sudah memanggilmu lima kali, lho. Tapi kau tidak datang-datang ke ruang makan."

Refleks, Iwaizumi melirik jam dinding. Setelahnya, ia mengembuskan napas lelah saat melihat jam menunjukkan pukul 18:54, sudah waktunya makan malam. Itu berarti sudah 7 jam Iwaizumi berkutat dengan seluruh soal matematika ini, tetapi ia baru berhasil mengerjakan 4 soal.

(Name) mengernyit melihat gelagat Iwaizumi, beranjak masuk ke dalam kamar. Saat ia duduk di sebelah Iwaizumi, (Name) ber-oh pelan. "Mau kubantu?" tawar (Name).

Oh, (Name) jelas lebih jago dalam hal ini, bahkan lebih jago jika dibandingkan dengan Oikawa.

Iwaizumi langsung mengangguk semangat. Namun, (Name) menarik tangan sang sepupu lantas menyeretnya keluar kamar. "Sebelum itu, ayo makan malam dulu. Bagaimana kau bisa berpikir kalau perutmu kosong?"

Merasa percuma melawan, Iwaizumi hanya terkekeh pelan.

Seusai makan malam, (Name) membantu Iwaizumi mengerjakan tugas matematikanya sesuai kesepakatan. Dengan bantuan (Name), akhirnya tugas itu selesai dalam waktu satu jam.

"Hahh ...." Iwaizumi mengembuskan napas lega, menyandarkan kepalanya di meja, "Akhirnya selesai juga .... Terima kasih, (Name)," ujar Iwaizumi.

(Name) tersenyum lebar. "Sama-sama."

"Dari dulu kau selalu bisa diandalkan soal ini, ya .... Kau memang hebat," puji Iwaizumi.

Pujian Iwaizumi sukses membuat (Name) terpaku beberapa saat, sebelum kembali memasang senyum.

𝗖𝗢𝗨𝗦𝗜𝗡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang