Berryl Ardhiana sedang menghadiri acara pemakaman kedua orangtuanya,kedua orangtuanya meninggal saat berada di Amerika serikat karna kecelakaan lalulintas.Berryl memandang peti mati kedua orangtuanya dengan wajah datar,dia tidak menunjukkan bahwa di sedih atas meninggal orang tuanya
"Lihat deh Dhiana,masa ada ya seorang anak tidak sedih saat orang tuanya meninggal"bisik salah satu seseorang yang menghadiri acara pemakaman orangtuanya
Berryl hanya menatap tajam orang itu,dan langsung memalingkan muka.Dia masih terlihat syok karena orang tuanya telah meninggalkan selamanya.
Dua Tahun kemudian,Berryl sudah memasuki kelas 10 di sekolah SMA Alexandria 2.Yang merupakan sekolah terkenal dan terfavorit,Berryl memasuki lorong sekolah dan mencari kelasnya.
"Kelas 10-A"gumam Berryl
Berryl memasuki kelasnya,dia langsung duduk di kursi paling belakang.
"Hei...lihat Siapa yang memasuki kelas kita"bisik salah satu siswa
Tak lama kemudian,datang lah siswa yang terkenal dia masuki kelas semua siswa 10-A memandangi dia kecuali Berryl.
"Hai...boleh kah aku duduk disini"ucap Vicenzo Regelus tersenyum manis pada Berryl
Berryl mengabaikannya,tanpa basa basi Vicenzo langsung duduk disebelahnya.Berryl terus memainkan handphone sembari mendengarkan musik.
Vicenzo tersenyum tipis "Nama Lo siapa"
Berryl menoleh ke Vicenzo "nama gw Dhiana"ucap singkatnys
"Cueek...banget sih ni cewe"Batin Vicenzo
Jam pelajaran pertama dimulai,Berryl terus fokus melihat guru yang sedang jelaskan di depan.
"Baik semuanya kalian ngerjain tugas ini dengan teman sebangku kalian ya"ucap Bu Ratna yang merupakan guru fisika
"Baik Bu"
Vicenzo melihat Berryl mengerjakan tugasnya,Vicenzo memerhatikan apa yang di jawab Berryl
"Dhiana Lo salah jawab yang nomor ini"ucap Vicenzo sembari menghapus tulisan Dhiana
"Jadi yang bener apa"jawab Dhiana dengan dingin
Vicenzo menjelaskan kepada Dhiana,Dhiana memerhatikan dan memahami apa yang dijelaskan oleh Vicenzo.
"Sampai sini paham"
"Iya"
Bel istirahat berbunyi,siswa kelas 10-A langsung keluar dari kelas.Dhiana masih berada di kelas,dia sangat jarang untuk pergi kekantin.
"Dhiana ke kantin bareng yuk"ajak Vicenzo tersenyum manis
Dhiana hanya menatap tajam ke Vicenzo,dia mengabaikan Vicenzo.Vicenzo langsung pergi ke kantin bersama temannya
"Enzo...Lo berani banget dekat Dhiana,padahal kan orang orang ngejauhi dia gara gara dia selalu memasang wajah datar dan jutek Mulu"ujar Aldo Barreto yang merupakan sahabat lama Enzo
Enzo tersenyum manis "buat apa ngejauhi Dhiana karna alasan sepele itu doang"
"Iya juga sih,lama lama kasian juga gw Ama Dhiana"
Enzo mengantri di tempat jualan nasi uduk "Teh...beli nasi uduknya dua ya pedes ya teh"
"Di tunggu ya den"ucap teteh Marni
"Lo beli dua bungkus buat siapa"Tanya Aldo terheran
Enzo tersenyum simpul "buat Dhiana sepertinya dia blom sarapan,kelihatan banget soalnya pucet mukanya"
Aldo tertawa kecil "Lo tertarik ya sama Dhiana"
"Gak kok"
"Den Enzo ini nasi nya"ucap teteh Marni
"Makasih teh"
Enzo dan Aldo pergi ke kelas,dia melihat Dhiana sedang membaca novel.
"Dhiana ini buat Lo,Lo makan dulu ini"ucap Enzo sembari memberikan bungkus nasi
Dhiana menatap Enzo dengan tatapan dinginnya lagi"Gak usah,gw dah kenyang"
"Ambil ini...boong banget Lo kenyang,Lo pasti blom makan dari pagi kan ini ambil"
Dhiana mengambil bungkusan nasi itu "Makasih..."
Enzo tersenyum sembari mengusap kepala Dhiana "makan yang banyak ya"
"Lo gak makan"
"Masih judes aja Lo Dhiana"cetus Aldo
Enzo tersenyum manis "Udah Aldo,gw dah makan tadi di kantin"
"Makasih E...Enzo"
Enzo tersenyum sembari mengusap kepala Dhiana dengan lembut "Sama sama Dhiana"
"Dhiana Lo mirip seseorang yang aku rindukan"batin Enzo tersenyum manis pada Dhiana
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Pangeranku
Teen FictionBerryl Ardhiana sosok remaja perempuan tidak memiliki perasaan apapun semenjak Orangtuanya meninggal dunia,Berryl menjadi sosok remaja yang wajahnya datar senyuman manisnya sudah hilang.Dia selalu di sebut oleh teman-temannya dengan sebutan "Putri s...