*Flashback saat kematian orangtua Diana
"Cih,liat deh putri sulung dari Benny"Bisik salah satu tamu
"Hmph...begini klo didikkan dari keluarga bermasalah"
Dhiana terus berusaha untuk mengeluarkan air matanya "K...kenapa aku tidak bisa nangis"
Aldo mendekati Dhiana,dia memeluk Dhiana dengan erat. "Dhiana,kamu lebih baik gak usah dengerin kata mereka.Apapun yang terjadi aku bakal dukung kamu"sembari tersenyum manis Aldo membawa pergi Dhiana
....
Mendengar ucapan Aldo,Enzo terdiam dia melirik ke Dhiana "Ka...kalian"
Dhiana mengabaikan Enzo,Aldo tersenyum simpul "Iya,Dhiana ini sepupu gw"
"Bct...udah gw mau ke kantin"ujar Dhiana pergi meninggalkan mereka
Enzo melirik ke arah Aldo "Kenapa Lo sama Dhiana gak akrab"
Aldo tersenyum tipis "gak semua masalah harus di ceritakan"
"T...tapi klo Lo keluarganya Dhiana kenapa selama ini Lo abaikan Dhiana"
"Oh,gpp gw cuma takut Keluarga gw ngelukain Dhiana"ucap Aldo sembari menepuk pundak Enzo
*Sementara itu
Dhiana duduk di kursi taman sembari menyantap roti yang dia beli,Enzo melihat Dhiana sedang sendirian di taman.Enzo langsung duduk disebelah Dhiana,Dhiana hanya melihat sekilas Enzo dan langsung mengabaikannya.
"Hmmm,habis ini Lo kekelas kan.jangan keseringan bolos gak baik juga"Enzo tersenyum manis sembari mengelus kepala Dhiana
Dhiana menatap Enzo dengan tatapan malas "Seterah gw,gw mau kemana aja itu urusan gw.Lagipula klo gw bolos yang rugi gw bukan Lo,jadi Lo pergi aja gw gak pengen ngeliat muka Lo dulu"
Enzo tersenyum manis "iya Lo gak rugi tapi,masa depan Lo yang rugi"
Dhiana langsung berdiri dan pergi meninggalkan Enzo,Enzo menggelengkan kepalanya.
"Cih,liat deh sok akrab banget sama Enzo dan Aldo"ucap Sherry Herlina meniza yang merupakan teman sekelas Aldo dan satu tempat les dengan Enzo
Dhiana hanya menatap sekilas dan mengabaikan Sherry
"Heee,sok dingin banget sih.Padahal hati dah panas ya mbak"Sindir Sherry sembari tersenyum manis
"Heee,basi banget sih Lo segala senyum-senyum kek gitu.Ini Lo yang caper atau gw ya"Jawab Dhiana menatap tajam Sherry
Sherry tertawa "haduh...kasian banget sih Dhiana,Lo itu cuma angin dimata Enzo.Paling dikit lagi Enzo cuekkin Lo,Lo pengen jadi pelacur ya.Terus jual diri Lo ke Enzo makanya Lo godain dia"
"Mulut siapa itu"
Dhiana menoleh ke arah belakang,tidak disangka Enzo sedang memerhatikan mereka yang sedang berdebat.Enzo mendekati mereka berdua,dia langsung berdiri disamping Dhiana dan menatap dingin ke Sherry.
"Ehhh,coba Lo ngomong lagi di depan gw"ucap Enzo sembari tersenyum simpul kepada Sherry
Sherry menunduk menahan malunya "e...maaf ya Enzo tadi aku cuma becanda"
"Hah...hanya becanda,oh ternyata becanda sekarang kayak gini ya"ujar Dhiana menatap malas ke Sherry
Sherry pergi meninggalkan mereka berdua "Awas aja Lo Dhiana" batin Sherry
"Dhiana Lo kenapa gak tampar aja tuh mulut Sherry"ucap Enzo sembari menepuk pundak Dhiana
Dhiana menatap dingin "Gw gak peduli dan gw juga gak ngurus orang kayak gitu,lagipula gw juga sudah biasa"Dhiana meninggalkan Enzo
Enzo menggenggam tangan Dhiana "tunggu dulu,nanti Lo istirahat kedua bareng gw aja"
Dhiana menepis tangan Enzo "Gak"
Dhiana pergi meninggalkan Enzo,Enzo tersenyum manis "Gw bakal dapatkan hati dingin Lo sih Ana"
Dhiana memasuki kelas,dia langsung menuju ke mejanya dan memakai headset dan membaca novelnya.
"Putri salju sudah datang,abis dari mana saja dia"Cetus teman kelas Dhiana
Enzo memasuki kelas dan langsung duduk di kursinya,dia menatap tajam kearah orang orang yang sudah mengatakan buruk ke Dhiana.
"Dhin...guru udah mau masuk"
Dhiana melihat sekilas Enzo "biarin"
Enzo tersenyum manis "Nanti di sita barang barangnya"
"Gw bisa beli lagi"ucap Dhiana sembari membaca novelnya
Guru memasuki kelas,pelajaran matematika di mulai.Dhiana fokus melihat ke papan tulis,dia memerhatikan Bu Ita jelaskan.
"Sampai sini ada yang ditanyakan"
"Tidak ada Bu"serempak siswa siswi
"Baik jika sudah paham silahkan kerjakan soal ini,ibu izin keluar terlebih dahulu karna bakal ada rapat dengan kepala sekolah terimakasih".
Dhiana mengerjakan soal yang diberikan,Dhiana merasa kesusahan dengan soal nomor 13.Dia melirik ke Enzo yang sedang fokus mengerjakan tugasnya.Enzo sadar bahwa dia sedang dilirik oleh Dhiana.
"Hmm,ada apa dhin ada yang susah?"tanya Enzo
"No...nomor 13"Dhiana menjawab dengan gugup
"Oh nomor 13,klo 13 mah ini itu dikali ini dulu terus baru di bagi dengan hasil perkaliannya"Enzo menjelaskan sembari tersenyum manis pada Dhiana
"Itu juga nomor 1,5,9 juga salah"
Dhiana terheran dan membandingkan hasil jawaban dia dengan jawaban Enzo,Enzo tertawa kecil melihat tingkah laku Dhiana.
"Mau aku ajarin?"
Dhiana menganggukkan kepalanya
"Ok,tuan putri perhatikan ya"ucap Enzo sembari tersenyum manis
Dhiana terus fokus,Enzo mengajari Dhiana dengan pelan dan tersenyum manis.
"Ok sudah paham belum tuan putri"
Dhiana menatap Enzo,tetapi tatapannya berbeda dari biasanya "Terimakasih"
Enzo mengelus lembut kepala Dhiana,Dhiana menepis tangan Enzo.Enzo memeluk erat Dhiana,tenaga Dhiana tidak cukup untuk mendorong Enzo.
"Bentar sebentar saja"ucap Enzo sembari mengelus rambut Dhiana
Dhiana terkejut,dia menyadari bahwa ada perasaan yang tidak ingin dia rasakan.Perasaan ini selalu menghantui Dhiana jika berada dekat enzo perasaan yang aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Pangeranku
Teen FictionBerryl Ardhiana sosok remaja perempuan tidak memiliki perasaan apapun semenjak Orangtuanya meninggal dunia,Berryl menjadi sosok remaja yang wajahnya datar senyuman manisnya sudah hilang.Dia selalu di sebut oleh teman-temannya dengan sebutan "Putri s...