Aldo memutuskan keluar dari UKS,dia menyerahkan Dhiana kepada Enzo.Enzo menyelimuti Dhiana yang sedang tertidur
"Andai kamu sering tersenyum,mungkin akan lebih cantik dan manis" bisik Enzo sembari melihat Dhiana
Enzo duduk di kursi,dia membaca buku materi sembari menjaga Dhiana.dua jam sudah berlalu,Dhiana membukakan matanya dia melihat ke sekeliling.Terlihat Enzo sedang tertidur di kursi,Dhiana berdiri dan jalan ke arah Enzo.Dhiana menatap sekilas Enzo,Dhiana menghidar dari Enzo.
"Lo mau kemana"
Dhiana yang sudah berada di depan pintu,melihat kearah belakang Enzo tersenyum manis.Dia mendekati Dhiana.
"Lo masih sakit,dah gak usah kemana mana"ujar Enzo memegang tangan Dhiana
Dhiana menepis tangan Enzo "Gak,gw dah sembuh" Dhiana menatap dingin Enzo dengan wajah datarnya.
Enzo tersenyum kembali "Ok,jadi Lo mau ke kelas?"
"Iya"
"Hmm,ok gw ikut"jawab Enzo
Dhiana dan Enzo keluar dari UKS,mereka berjalan di koridor yang bisa dibilang sepi.hanya terlihat beberapa siswa yang lewat.
"Dhiana"
Enzo melihat ke arah belakang,terlihat Aldo sedang mengejar mereka.
"Gimana keadaan Lo dhin?masih pusing"tanya Aldo khawatir
Dhiana menggelengkan kepalanya,dia langsung pergi meninggalkan mereka.
Enzo tersenyum kemenanganAldo tersenyum sinis "untuk apa Lo senyum kayak gitu"
"Gak,dah gw mau ke kelas dulu"
Enzo mengejar Dhiana yang sudah jauh, sesampai dikelas Dhiana langsung duduk di kursinya.Dia kembali menggunakan Headsetnya dan tidur di atas meja.Enzo mendekati Dhiana dia duduk disebelahnya.
"Kekantin yok na"
"Gak" jawab singkat Dhiana
Enzo mengusap kepala Dhiana "Ayo nanti sakit,kasian badanmu" ucap Enzo dengan nada lirih
Dhiana melihat Enzo,Enzo tersenyum manis "ayo ke kantin"
Dhiana mengangguk,dia berdiri "Ayo,udah mau masuk"
"Oke!!!"
Enzo menggenggam tangan Dhiana,Dhiana risih.Dia melepaskan perlahan tangannya dari Enzo.Enzo menyadari itu juga melepaskan tangannya Dhiana.
"Kamu mau makan apa?"
"Biskuit aja sama susu"ucap Dhiana dengan datar
Enzo tersenyum "Itu aja,ok udah cukup buat ganjel perut"
Dhiana beli biskuit dan susu favoritnya,dia menoleh ke arah Enzo terlihat Enzo sedang beli jus mangga.Enzo berjalan mendekati Dhiana
"Udah,kalo udah ayo ke kelas"
"Iya"
*Sesampai di kelas
Dhiana duduk di kursinya,Enzo duduk di sebelah Dhiana.Dia menyodorkan jus yang dia belikan.
"Minum yang habis,biar sehat"
Dhiana berusaha untuk tersenyum,di hatinya dia tidak tersenyum.
"Terimakasih"
Jam sekolah pun berakhir,Dhiana berjalan menuju gerbang.
"Dor!!!"
Dhiana terkejut,terlihat Aldo sedang tertawa puas.
"Kenapa"
Aldo terkekeh "hah gak,ayo pulang bareng"
"Gak makasih"ujar Dhiana sembari meninggalkannya
Aldo mengejarnya "ayo sekali aja pulang bareng"
"Gak,Lo kalo mau pulang.pulang aja sendiri"
Aldo tersenyum manis "Gak ada mama,mama lagi pergi"
"Ayolah sesekali aja pulang bareng Ama gw"lanjut Aldo
Dhiana mengiyakan,Dhiana dan Aldo memasuki mobil.Aldo melihat Dhiana,Dhiana terus memerhatikan langit dengan tatapan kosong.Aldo menoel pipi Dhiana.
"Lo ngapain bengong"
"Gak"
Aldo hendak mengusap kepala Dhiana,Dhiana menepis tangannya.
"Gak usah pegang"
Aldo tersenyum "iya,Lo gak usah takut kalo mama nyakitin Lo kan ada gw.gw bakal selalu ngelindungi Lo"
"Makasih"
Sesampai di rumah kediaman Barreto,Aldo berusaha meraih tangan Dhiana yang gemetaran.Namun,niatnya dia tunda dia tidak mau Dhiana makin benci padanya.
"Ayo masuk"
Aldo membuka pintu "masuk Dhiana bagaimana pun juga ini rumahmu juga"
"Siapa itu Aldo"
Aldo menoleh kebelakang terlihat Marsha Milania yang merupakan mama Aldo sedang menuruni tangga.
"Oh,rupanya hanya anak keluarga besar buangan saja"Ujar Marsha sembari melipatkan kedua tangannya
Dhiana menunduk kebawah,Aldo melindungi Dhiana.
"E...mama,cukup mah kasihan Dhiana."
"Untuk apa gara gara dia kakak mama mati"ujar Marsha membentak Dhiana
"Kamu keluar.....kamu tidak pantas kembali kesini" Marsha mendorong Dhiana
Aldo memegang bahu Dhiana "mah,udahlah mah yang sudah berlalu biarkan berlalu"
"KAMU INI KENAPA SIH,SINI KAMU JANGAN JADI KAYAK ANNA.DHIANA,KAMU JANGAN DEKAT DEKAT ALDO LAGI."
"CUKUP MAH,KASIAN DHIANA.IA HANYA INGIN MENDAPATKAN PERHATIAN"Ujar Aldo dengan nada tinggi
*Plak
"KURANG AJAR,BERANI KAMU BENTAK MAMA CUMA HANYA INGIN JADI PAHLAWAN UNTUK DHIANA"
Pipi Aldo memerah,ia ditampar oleh Marsha dengan keras.
"Baik Aldo minta maaf,Aldo bakal keluar dari rumah dan akan tinggal dengan Dhiana"Ujar Aldo memegang tangan Dhiana dengan erat
"Bagaimana pun juga Dhiana adalah salah satu keluarga Aldo,biarkan orang lain menganggap Dhiana adalah sosok iblis ataupun apa.Tapi Aldo tetap akan melindungi Dhiana karna dia Keluarga Barreto"Aldo menarik tangan Dhiana keluar dari rumah bersamanya.Dhiana masih menundukkan kepalanya ke bawah
"Keluarga?" Batin Dhiana menahan tangisnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Pangeranku
Teen FictionBerryl Ardhiana sosok remaja perempuan tidak memiliki perasaan apapun semenjak Orangtuanya meninggal dunia,Berryl menjadi sosok remaja yang wajahnya datar senyuman manisnya sudah hilang.Dia selalu di sebut oleh teman-temannya dengan sebutan "Putri s...