Selamat Membaca
"Istri, lari lah bersama anak kita. Lari lah sejauh mungkin," suruh seorang pria paruh baya pada wanita paruh baya yang berada di sampingnya.
Wanita tersebut menggelengkan kepalanya menolak. "Tidak suami! Bagaimana aku bisa meninggalkan mu sendiri di sini? Mari kita pergi bersama-sama," ungkapnya.
"Maafkan aku istriku, tapi aku tidak bisa. Pergilah dari sini, jika dewa mengizinkan kita akan bertemu kembali. Jika dewa tidak mengizinkan, aku harap kau bisa bahagia meski tanpaku. Pergilah! Cepat!" desak pria paruh baya tersebut pada wanita itu untuk segera pergi.
"Baiklah suami, jaga dirimu baik-baik. Aku menantimu," ucapnya dengan sedih yang di jawab anggukan oleh pria paruh baya tersebut.
Kemudian, wanita paruh baya tersebut berlari tergopoh-gopoh dengan menggendong seorang bayi perempuan di pelukannya, meninggalkan pria paruh baya yang merupakan suaminya itu ke dalam hutan.
"Putriku ... bunda mohon bertahanlah. Kita akan segera keluar, pergi jauh dari sini," ucapnya sambil mengeratkan pelukannya pada tubuh putrinya.
Lama wanita paruh baya itu berlari, langkahnya mulai melambat secara perlahan. Ia pun berhenti sejenak di sebuah pohon beringin hanya untuk menstabilkan napasnya yang terengah-engah akibat berlari. Namun, baru sejenak ia bernapas. Tiba-tiba sebuah suara mengagetkannya dari arah belakang.
"PANAH WANITA ITU!!!" teriak sang ketua perampok kepada saudara-saudaranya.
Segera, beberapa anak panah pun berdatangan menembus udara, dengan sigap wanita itu menghindar. Wanita itu lantas menoleh dan melebarkan kedua matanya.
"Ya dewa, tolonglah aku dan putriku. Bantulah kami berdua," ucapnya.
Wanita itu tanpa sengaja melihat sebuah sarang lebah di atas, pohon, segera dia mencari sebuah batu di dekatnya dan melemparkannya ke arah sarang lebah tersebut.
Duk!
Seketika sarang lebah tersebut pecah dan para lebah berbondong-bondong keluar dari sarang mereka. Wanita itu pun segera bersembunyi di balik semak-semak. Para perampok yang mengikuti wanita tersebut belum sadar, bahwa mereka akan di jadikan tumbal wanita itu.
Segerombolan lebah yang melihat sarang mereka pecah, marah dan melihat para perampok dengan dendam. Kemudian, mereka bergegas menyerang ke arah para perampok. Wanita tersebut yang melihat para perampok sedang kesusahan dengan segerombolan lebah segera berlari pergi dari sana, menuju sungai. Sampainya di sungai, wanita itu buru-buru mengumpulkan ranting pohon dan akar tumbuhan yang bisa di jadikan sebuah keranjang.
Wanita itu memandang putrinya yang tertidur pulas dengan penuh air mata. Bayi perempuan yang putih dan gemuk itu tidak merasakan terganggu dengan semua hal yang telah terjadi. Jari tangannya yang gempal, mengepal dengan erat di sisi kanan dan kiri. Pipinya yang gembul terdapat rona merah muda. Hidungnya kecil mungil, begitu pula dengan bibirnya yang mengerucut lucu. Kelopak matanya tertutup rapat, dengan bulu mata yang lentik berkibar seperti kupu-kupu.
Wanita itu membungkuk, bergerak untuk mencium kening putrinya dengan penuh kasih sayang. Kemudian, ia menaruh bayi tersebut ke dalam keranjang dengan lembut dan hati-hati.
"Putriku, bunda berharap hidupmu selalu baik. Putri bunda adalah putri yang kuat dan hebat, terimakasih telah lahir dan menjadi putri bunda dan ayah. Maafkan bunda dan ayah yang tidak bisa merawat mu lagi. Bunda pasti sangat merindukanmu nanti. Semoga kau tumbuh dengan baik dan sehat. Dewa Dewi ... tolong berkati lah putriku ini, semoga dia di temukan oleh seseorang yang mencintainya sebagai putri dan mendapatkan kasih sayang yang tulus, serta keluarga yang harmonis," ucap wanita itu sambil menangis sesenggukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[10] THE MAGIC OF A BOOK
Short Story[Fiksi] - [Kumpulan Cerita Pendek] THE MAGIC OF A BOOK merupakan sebuah koleksi buku yang di mana berisikan sebuah cerita pendek dengan berbagai cerita dan genre yang berbeda. Kamu akan menemukan banyak hal yang berbeda di sini, di antara kesenangan...