"Three... two... one... and action!" teriak sang sutradara yang duduk di depan layar televisi kecil.
Klak! Claper board film dientakkan dengan sangat nyaring, menjadikan suasana ruang shooting film menjadi hening. Sekaligus pertanda bagi Nikolas dan Ayu memulai adegan mereka. Kedua wajah mereka yang sudah berjarak sejengkal sejak tadi, kini makin mendekat hingga berciuman dengan mesra. Bibir mereka bercumbu dengan lembut, kecupan-kecupannya tampak sangat mesra dan penuh cinta, padahal mereka hanya aktor dan aktris yang memainkan film roman biasa saja.
Di sisi lain, sang sutradara mulai tersenyum puas saat menyaksikan bakat hebat kedua pemain film itu. Terlebih lagi, kameramen menjalankan instruksi dengan tepat seperti briefing tadi. Dari layar monitor kecil itu, terlihat gambar tersorot mundur dan menjauh, tapi tak menghilangkan fokus dari adegan dewasa kedua pemain film itu. Bahkan, tujuan sang sutradara pun terpenuhi dengan maksud mendapatkan gambar dari tubuh indah mereka berdua. Khususnya sang wanita karena di situlah nilai jual film yang tertinggi.
"Cut!" teriak sang sutradara. "Bagus! Kita lanjutkan ke adegan selanjutnya."
Nicolas dan Ayu pun langsung menghentikan ciuman pura-pura itu, mereka langsung memalingkan muka dengan canggung. Berapa banyak pun mereka sering melakukan adegan seperti itu dan bahkan adegan yang lebih intim lagi, tetap saja perasaan mereka menjadi sedikit canggung.
"Duh Kak, aku agak gugup," ucap Ayu dengan melirik malu ke arah Nicolas. Harusnya rasa malunya sudah terlambat karena ia sudah duduk tanpa busana di dalam bathtub itu sejak tadi— hanya mengenakan celana dalam putihnya saja. Ayu merupakan aktris pendatang baru, kurang lebih baru setahun sejak debut film pertamanya. Jadi, mau tidak mau untuk mendobrak popularitasnya, ia harus menerima peran apa pun, termasuk menerima beradegan mesra dan bertelanjang dada dengan lawan mainnya.
"Ck... santai saja," balas Nikolas mencoba sedikit santai. Sedangkan Nikolas sendiri, ini sudah menjadi tahun ke delapannya berkecimpung di industri perfilman. Ayu memanglah wanita cantik, tubuhnya putih mulus tanpa berbusana saat ini, dan dada mungilnya sangat indah. Birahi normalnya laki-laki milik Nikolas memang sedikit muncul, tapi masih belum cukup untuk mengubah perasaannya atau pun sikap profesionalnya sebagai aktor.
"Emang gak tegang gitu?" ucap Ayu dengan tersenyum centil ke arah bawah tubuh Nicolas. Kapan lagi ia mendapat kesempatan dan mendapatkan peran dengan salah satu aktor paling terkenal di negeri ini? Bahkan kabar beredar dengan jelas bahwa lawan mainnya itu masih belum memiliki kekasih atau pun pacar. Sungguh kesempatan emas baginya untuk mendapatkan popularitas bahkan bila mungkin sekaligus menjalin hubungan dengan Nicolas.
"Ya teganglah, dikira aku bukan pria normal gitu?"
"Hihihi..." Segera pula Ayu membuang rasa malu dan gugupnya. Ia memberanikan diri melebihi perasaan memberanikan dirinya dalam beradegan ini. Kepalanya mendekat untuk berbisik. "Kalau Kak Nikolas nanti mau lanjut, aku gak keberatan."
Sulit sekali bagi Nikolas mengalihkan pandangan dari dada Ayu yang mendekat, tinggal beberapa senti saja dada itu menempel di wajahnya.
"Lanjut aja sama Pak Bromo!" sahut Nikolas dengan nada sedikit tajam. Dia tidak bodoh dan tidak menyimpang, tapi kata-katanya terucap karena ada keteguhan di dalam hatinya untuk seorang yang paling ia cintai.
"Ihhh... kok Kakak kayak begitu sih," ucap Ayu dengan memundurkan tubuhnya, bahkan ia bertingkah sok kesal dengan melipat tangan dan menyandarkan tubuhnya di ujung bathtub. Sepertinya rencana membuat skandal itu gagal.
"Nanti kita juga main adegan ranjang," balas Nikolas dengan santai. Ia juga menyandarkan tubuhnya mundur ke ujung bathtub, makin membuat air hangat dalam perahu kecil itu berombak dengan hebat dan sebagiannya jatuh ke lantai.
"Kan beda rasanya...!" celetuk Ayu dengan kesal.
"Ck... ukuran punyaku juga gak banyak berubah nantinya, mau di sini atau pun di luar, sama saja."
Tiba-tiba seorang kru film mendekati mereka berdua, ia langsung menggelap tumpahan air itu. Matanya mau tidak mau mencuri-curi pandangan ke arah dada Ayu, tapi aktris itu tidak memedulikannya— toh seluruh orang malah akan menikmati pertunjukkan dadanya nanti di seluruh bioskop. Setelah kru pria itu pergi, mulut Ayu ingin membalas kata-kata Nikolas, ingin sekali dirinya mencoba menggoda pria itu. Namun, kesempatan tidak datang karena lebih banyak kru yang mendekat. Mereka semua mempersiapkan adegan selanjutnya. Meskipun adegannya masih dalam kondisi yang sama, tapi saat briefing sudah diarahkan bahwa mereka harus makin intens dalam beradegan nanti.
Beberapa orang menyiapkan alat yang nantinya dapat menciptakan semacam uap air yang mengindahkan suasana intens mereka. Kru make up aktris mulai menggelap wajah Ayu dengan handuk basah. Mereka semua tanpa sibuk menjalankan tugas mereka, hanya Nikolas saja yang bersandar santai di ujung bathtub. Perasaannya tidak tertarik sedikit pun dengan wanita cantik di hadapannya, tapi tak dapat dipungkiri pula bahwa juniornya sedang mengembang dengan birahi yang muncul dengan sendirinya.
"Semua sudah siap?" tanya Pak Bromo, sang sutradara, dengan suara yang menggelegar.
"Ya Pak. Ya, Pak! Ya!" sahut para kru itu saling bersahutan.
"Nikolas?"
"Siap," sahutnya dengan singkat.
Pak Bromo membalas, "Kita ambil adegan yang banyak saja. Yang bagus nanti kita ambil. Ayu?"
"Iya, Pak," jawab Ayu.
"Ayo segera mulai," ucap Pak Bromo. Seketika pula semua kru langsung mundur dan menempati posisi mereka. Sedangkan Nikolas dan Ayu pun mulai memosisikan tubuh mereka untuk mendekat. Kembali wajah mereka mendekat hingga sejengkal, meski tatapan mereka awalnya sedikit canggung, tapi makin lama mereka saling menatap semakin fokus pula pada tugas mereka.
"Three... two... one, and action!" Klak!
Wajah Nikolas yang mendekat duluan, ia mencumbu bibir Ayu dengan dominasi gerak permainan bibir. Memang begitulah cerita yang sedang diusung. Sang tokoh utama, Nikolas harus bisa merebut hati tokoh yang diperankan Ayu— wanita yang ditinggal mati tunangannya. Namun, tokoh Ayu mengalami dilema, sebenarnya ia mengharapkan pertunangannya itu batal tapi tak mengira dengan cara meninggal dan tak mengira pula harus menjalin kasih dengan sahabat tunangannya— tokoh yang diperankan Nikolas.
Nikolas pun mengerahkan segenap bakatnya dalam berperan, ia menyentuh pipi Ayu dengan lembut, mengajaknya untuk saling bercumbu dengan lembut, tidak seperti si tokoh tunangan Ayu yang penuh nafsu dan semata-mata hanya melampiaskan nafsu prianya dengan menikahi Ayu.
"Kumohon, terimalah cintaku," ucap Nicolas dengan menghayati isi dialognya. Tatapan penuh pengharapan cintanya itu benar-benar susah dibedakan bagi Ayu. Entah itu sekadar dialog atau pun benar-benar ungkapan tulus dari Nicolas, ia tidak bisa membedakkannya. Hati Ayu pun bermekaran oleh perasaan cinta, entah dia yang menghayati tokoh yang di perankan Ayu atau pun hati sesungguhnya.
Mereka pun kembali bercumbu dengan mesara, lidah mereka bertaut dan bergulat dengan lembut. Padahal tidak ada skenario yang menyuruh mereka untuk bercumbu dengan gerak lidah seperti itu. Benar-benar mesra, liar, dan bahkan turut menggugah hasrat setiap kru yang melihatnya.
Pak Bromo dan asistennya kompak saling memandang. Dari tatapan mereka sama-sama bertanya, siapa yang menyuruh bercumbu terlalu vulgar dan penuh nafsu seperti itu? Namun Pak Bromo berbisik lirih,
"Edit saja..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Istriku Menjadi Artis (21+)
RomanceValen lelah menjadi istri yang selalu di sembunyikan oleh aktor terkenal Nikolas. Sebagai seorang pelukis dan berjiwa seni yang tinggi, Valen ingin sekali berkaya bebas dan tanpa ada campur tangan dari suaminya. Pertemuannya dengan teman kampus lama...