BAB III

5 2 0
                                    

Sebenarnya bukan karena aku masih memiliki perasaan atau tidak, aku hanya tidak tahu.

Pertanyaan sederhana yang pria itu lemparkan padaku, seakan menggebuk dadaku.

Rasanya menyakitkan, perlahan.. air mataku menetes. Aku berakhir menangis sesenggukan di hadapannya.

"Aku mengerti. Menangislah sampai kau lega. Setelah itu kau boleh menceritakan masalahmu denganku. Jika kau ingin tentunya." Jelasnya kepadaku.

Ia memelukku dan menepuk bahuku dengan lembut, seolah ia sedang menenangkan seorang bayi kecil.

*pffft* aku tertawa kecil melihat tingkah pria itu.

"Hei mengapa kau tertawa? tidak ada yang lucu!" ucapnya dengan nada kesal.

"Hehe, maaf.. aku hanya terbawa suasana. Oh.. Btw, apakah kamu mempunyai seorang adik? Kamu begitu lucu dengan caramu menghiburku seperti sedang menenangkan bayi kecil." tanyaku dengan sedikit menggodanya.

"Aku tidak punya adik. Aku hanya mengikuti cara pamanku menghiburkan saat diriku masih kecil dulu." Pria itu menjawab dengan nada sedih, ia menundukkan wajahnya.

"Oh lupakan tentang itu. Selesaikan makananmu, lalu mandilah. Aku akan membawakan pakaianmu setelah kau selesai mandi." Sambung pria itu dengan cepat, ia tak ingin suasana canggung diantara kami.

*mengangguk* aku merespon ucapannya, kemudian disaat aku mencoba berdiri. Kakiku masih terasa lemas, Aku pun berakhir terjatuh dalam pelukannya.

Sangat memalukan, bisa-bisanya hal memalukan itu terjadi.

*blush* wajahnya memerah menggantikanku.

Setelah itu, dengan cepat ia meraih tanganku, kemudian menggendongku sampai ke dalam bak mandi yang sudah ia persiapkan untukku.

Mungkin sebelumnya ia mengisi bak tersebut dengan air mendidih. Airnya masih terasa sedikit panas.

"Terimakasih." Ucapku singkat sebelum pria itu meninggalkan kamar mandi.

………

Beberapa menit kemudian..

Aku mulai berdiri dan menuju pintu kamar mandi dengan kedua kakiku yang kini sudah tidak terasa sakit lagi.

Saat ku buka pintu itu, aku melihat pakaianku yang sudah di laundry tergeletak disana. Aku segera mengambil, lalu mengenakannya ditubuhku.

'  '  ' '
"Apakah kamu sudah selesai?" Tanyanya padaku.

Aku hanya mengangguk mengiyakan perkataannya.

"Bagus, ayo cepat kemari dan kuantar sampai di rumahmu, sekalian aku juga ingin pergi ke tempat kuliahku." Tawarnya kepadaku.

"Nggak perlu repot-repot, karena setelah ini aku ga akan pulang ke rumah. Aku akan pergi ke tempat kuliahku.." Tolakku dengan cepat.

"Oh ya? Kalau begitu sekalian kuantar saja. Dimana tempatmu berkuliah?" Sekali lagi dia menawarkanku tumpangan pergi bersama.

"Hm.. di Universitas XXX." Akhirnya aku yang sudah lelah berdebat dengannya pun menyerah, aku menerima tawarannya.

"Ah! Itu sama dengan tempatku berkuliah. Jadi, ayo cepat naik." Katanya.

Segera setelah itu, aku menaiki mobilnya menuju Universitas XXX.

Sebenarnya aku masih khawatir tentang Fini, bagaimana nantinya jika aku bertemu dengannya? Apa yang akan ku katakan? Yah, aku tak tahu lagi. Aku pun menyandarkan kepalaku hingga hampir tertidur pulas.

"Hei bangun, kita sudah hampir sampai." Suaranya membangunkanku.

*hoam* aku menguap. Sangat mengantuk, pinggangku juga masih kram-kebas.

Terpaksa, aku bangun dan ketika aku ingin segera beranjak dari sana…

*grab* memegang tanganku.

"Tunggu, kamu belum memberitahu namamu." Tanyanya.

"Namaku Lia Emilia Clarke. Dan namamu?" Jawabku. Karena rasa penasaran, aku kembali melempari pertanyaan kepadanya, 'siapa namanya?'

"Aku Julio Brian Christopher. Oh, bel sudah berbunyi. Sampai jumpa nanti!" Katanya.

*bye bye* aku melambaikankan tangan.

Kemudian, aku pergi meninggalkan Julio dan menuju kelasku.

Happy Ending Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang