Prolog

268 104 90
                                    

Jakarta, 30 Desember 2001


Aku cantik, dan aku multitalenta.
Sangat bertalenta, hingga membuat tokoh utama kalian tergila-gila.

Seluruh pemuda dipenjuru SMA Gerilya akan berbaris hanya untuk mendapatkan sang Buana Agistara.

Jangan hitung panjang barisannya. Kalian akan lelah.

Aku disini hadir dengan sengaja, dan aku ingin menceritakan tentang Bumantara yang sok, serta sajak bualannya.

Aku hanya Buana yang mengikat tinta pekat, dan menulis surat balasan ketika  dipertemukan dengan secarik kertas.

Kutorehkan sedikit demi sedikit tinta yang tadinya terikat erat, hingga dunia akan mengerti, usaha Buana, dalam menaklukan tokek yang sering hinggap di mana-mana.

Sejujurnya bukan usaha. Tapi, sedikit permainan yang membuat Bumantara merasa gila.

Saat dia gila hingga setia, aku takut dia akan begitu terluka. Sepelenya, itu bukan masalah.

Aku Dunia. Langit bisa kujadikan cerah jika ingin, dan langit-pun bisa kuhancurkan jika marah.

“Buman, sejatinya kamu sudah gila dan kamu akan bertambah gila karna aku yang cantik ini.”

Itu garis kalimat yang ingin kulontarkan pada Bumantara. Sayangnya, sebelum aku ucapkan, Bumantara sudah mengerti bahwa dia tergila-gila.

Demi langit dan buminya, hanya satu hal yang aku inginkan, semoga Bumantara sembuh dari virus kegilaan.

Seperti Amerta yang menceritakan Bumantara. Aku juga akan menceritakan sisi lain Bumantara.


@rnndt_sfyn




_______
Renjana: Keinginan.
Amerta: Abadi.

See you next 💫

SAJAK NABASTALA || END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang