Chp 05

124 19 3
                                    

Ayo di vote dulu dong 🌟

GEPENG JAYA, JAYA, JAYA 🎉
_________________

Tubuh yang terbaring di atas ranjang kingsize itu mulai menunjukkan tanda-tanda akan bangun. Jarinya bergerak-gerak, kelopak matanya pun perlahan terbuka.

Pandangan yang memburam berangsur-angsur jelas. Langit-langit kamar dengan lampu gantung besar berada di atasnya.

"Aku... Dimana?." Lirihnya melirik dari ekor mata tempat yang ia tempati sekarang.

(Name) mencoba bangun dan duduk bersandar di headboard memegang kepalanya yang mendadak sakit.

"Sss..." Ringisnya ngilu. Tapi kemudian tangannya meraba perlahan pada dahinya yang ternyata telah di perban.

"Kenapa aku di-" niat hati mempertanyakan mengapa ia bisa disini, tapi itu semua terhenti saat sepenggal memori melintas di otaknya.

Seketika raut wajahnya suram seperti orang tertekan. Dengan cepat ia menoleh kesana-kemari takut jika Izana berada di sekitarnya.

"Dia tak ada... Tapi ini dimana? Ini bukan kamarku." (Name) merasa asing di tempat ini.

Kamar luas bercat bkack-gold dihiasi pernak-pernik sederhana tetapi elegan di pandang. Interior lengkap beserta wolk in closet di sisi kanan tak jauh darinya. Penerangan dari berbagai arah membuat ruangan itu dapat di lihat secara jelas.

"Aku bersumpah demi Taehoon yang di tuduh gay! Bahwa ini bukan kamarku."

"Ini memang bukan kamarmu." Suara dari arah pintu mengalihkan atensi (name), pandangannya menunduk tak berani menatap si empu yang kini mendekat.

"Kenapa diam? Tiba-tiba bisu?." (Name) bisa merasakan Izana duduk di dekatnya dan itu membuatnya gugup setengah mati. Sungguh! Ini sama saja berhadapan dengan malaikat maut!.

"Apa kepalamu masih sakit?." Pertanyaan itu mendapat gelengan pelan dari si gadis.

"Bicaralah atau tidak kau tak akan bisa bicara selamanya." Ancamnya membuat (name) tambah takut.

"Kau membuat kesalahan karena membuatku marah, bersyukurlah aku tak membunuhmu."

"Maafkan aku... Aku lupa waktu itu." (Name) berbicara tetapi pandangannya masih di tempat lain.

"Itu kecerobohanmu sehingga membuat dirimu sendiri seperti ini," Ucapan Izana terjeda sebelum kembali di lanjutkan. "Belajarlah etika ketika berbicara dengan orang lain. Tatap orang yang berbicara bukan ke tempat lain, tak sopan."

(Name) tertohok oleh kata-kata pedas Izana. Dengan mengumpulkan secuil keberanian, (name) akhirnya menatap wajah Izana walau sesekali memandang ke arah lain.

"Aku akan mengganti perbanmu."

"T-tidak usah, biar aku saja."

"Apa hakmu menolak bantuanku?, Kau seperti ini karena aku yang tak bisa mengendalikan emosiku sendiri." Lanjut Izana dalam hati.

(Name) dibuat terdiam. Gadis itu pasrah saja dari pada harus membuat iblis ini marah lagi.

Izana dengan hati-hati melepas perban di dahi (name) lalu menggantinya dengan yang baru. (Name) menatap teliti wajah serius itu dengan intens.

Benar kata orang jika pria yang serius itu sangat tampan.

Karena (name) juga berpikir demikian.

"Mulai sekarang kau tinggal disini."

"HAH!!." pekik (name) kaget dengan ucapan Izana tadi. Izana bahkan sampai meringis karena telinganya seperti berdengung.

"Beraninya kau berteriak!."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You Are Mine!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang