Chp 03

103 25 0
                                    

Ayoo dong di Vote!!
_______

Izana turun dari motornya melewati gapura bertuliskan YOKOHAMA INTERNASIONAL SCHOOL tanpa memedulikan bisik-bisik dan tatapan di sekitarnya.

Itu Izana kan? Ketua Tenjiku?

Masih tau sekolah ternyata.

Aku kira dia sudah mati.

Tapi geng Tenjiku itu keren lho!!

Aku yakin dia akan berbuat ulah lagi. Berandal kan gitu.

Bisik-bisik dengan mata tak pantas itu Izana mendengarkannya hanya saja tak mau ambil pusing. Toh, hanya pecundang yang akan membicarakan seseorang dari belakang tanpa ada niat menantang.

Jika memang tak suka lebih baik tunjukkan secara terang-terangan. Jangan membicarakan dari belakang, itu tindakan seorang pecundang.

Tapi memangnya siapa yang mau mencari gara-gara dengannya? Kalau pun ada yang berani pasti ingin cari mati.

Seolah tuli, Izana berjalan santai memasuki gedung sekolah. Koridor selalu ramai akan banyaknya siswa-siswi di sini, apalagi dengan Izana yang menjadi topik hangatnya.

Class 12-B. Itu kelas yang saat ini di tempati Izana. Pintu terbuka membuat keadaan mendadak hening. Semua mata terfokus pada Izana yang kini mendudukkan dirinya di kursi paling belakang.

"Jika terus menatapku, aku takut mata itu tak akan bisa lagi melihat." Izana menekan kata terakhirnya. Sontak seisi kelas menatap ke arah lain. Siapa juga yang mau matanya tak bisa melihat?.

Tak memedulikan kebisingan kelas yang kembali, Izana menidurkan kepalanya di atas lipatan tangannya sebagai bantal.

Walau samar-samar ia mendengar namanya dibawa-bawa dalam topik pembahasan.

KRIIING

Bel jam pertama berbunyi. Guru yang mengajar sejarah jepang memasuki ruangan membuat para murid berhambur mencari tempat mereka masing-masing.

Guru cantik itu menatap anak muridnya satu persatu. Senyumnya merekah saat satu sosok tertangkap oleh netranya.

"Izana-kun masuk hari ini. Syukurlah ia tak apa-apa." Batin Kiriko-Sensei. Pasalnya, Izana tak masuk sekolah lebih dari seminggu sehingga membuatnya khawatir.

Melihat anak itu hadir hari ini itu sebuah kemajuan. Minimal 0,2 persen lah kemajuannya. Karena seperti yang mereka tahu, Izana bukanlah tipe orang yang akan melakukan sesuatu yang membosankan. Seperti belajar.

Izana mau menghadiri kelas pun kecuali ia sedang malas menyentuh dunia berandalan.

"Baiklah, Ibu akan absen satu persatu nama kalian."

"IYA BU!."

Kiriko-Sensei mulai mengabsen satu persatu nama muridnya.

"Kurokawa Izana."

Tak ada sahutan dari si empu. Tapi Kiriko-Sensei tetapi menuliskan 'hadir' di namanya.

"Izumi (name)?." Semua orang diam, tak ada satu suarapun yang menyahut.

"Izumi (name) tak masuk lagi?."

Satu murid bernama Hazane Fumiko mengangkat tangannya. "Bu, (name) bilang ia akan datang pada jam kedua pelajaran."

Kiriko-Sensei manggut-manggut mengerti. Ia memaklumi muridnya yang satu itu, seminggu yang lalu kabar duka menyelimuti mereka atas kabar kematian saudaranya.

"Baiklah, buka buku halaman 20, kita lanjut materi kemarin."

"Baik, Bu!."

KRIIING

You Are Mine!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang