Chp 04

119 23 1
                                    

Kalau gak vote ceritanya gak lanjut aja deh!!! 😤
____________

"Hah!... Capek!." Keluh (name) melemparkan tubuhnya di atas ranjang. Tubuhnya benar-benar dibuat melakukan sesuatu yang melelahkan.

Menatap langit-langit kamar dengan diam. Sejenak ia termenung memikirkan percakapannya dan Izana di rooftop sekolah.

"Kau tau? Aku sedang berbaik hati melepaskan mu karena biasanya aku akan melenyapkan siapapun yang berani mengusikku,"

Waktu itu (name) sudah memasrahkan dirinya jika memang ia akan mati di tangan iblis satu ini.

"Hanya saja gadis kecil sepertimu harus di berikan pelajaran, iya kan?."

(Name) awalnya tak tahu hukuman apa yang akan di berikan oleh iblis ini padanya. Masa hanya di tarik saja sudah membuatnya marah, emosional banget!

"B-begini, aku akan menerima semua hukumanmu tapi tolong biarkan aku menikmati masa remajaku dulu."

"Heee~~~ sungguh berani melakukan penawaran. Tapi tak apa, aku akan melepaskan mu tapi ada syaratnya,"

"Aku akan menyetujuinya." Demi apapun! (Name) merutuki mulutnya yang asal bicara sebelum berpikir waktu itu.

"Berikan nomor telfonmu, jika aku sudah memikirkan hukumannya aku akan menghubungimu."

Alhasil (name) benar-benar memberikan nomor ponselnya. Tapi untung saja setelah itu Izana memperbolehkannya untuk pergi.

Karena acara termenungnya selesai, (name) bangun dari rebahannya meraih bingkai foto di atas nakas. Seulas senyum terbit di bibirnya, entah kapan terakhir kali ia merasakan hangatnya sebuah keluarga.

"Aku sudah bisa hidup dengan baik disini, walau kadang aku akan menangis karena merindukan kalian." Lirihnya menatap sedih bingkai foto yang memperlihatkan sebuah keluarga bahagia.

Dia, kakaknya, dan kedua orang tuanya berpose menghadap kamera di taman kota.

Masa-masa dulu begitu menyenangkan.

Tak ada kesedihan.

Hanya ada kebahagiaan.

Tak ada kegelapan.

Hanya ada penerangan.

Namun penerangan itu meredup bersamaan dengan kegelapan yang menghampiri. Dua cahaya telah pergi, kini satu cahaya juga pergi, hidup gadis itu sepenuhnya gelap.

Dimana lagi ia menemukan cahaya lain?

Tak mau terlalu berlarut-larut dalam kesedihan, (name) memutuskan segera membersihkan rumahnya karena hari semakin gelap.

Membutuhkan waktu sepuluh menit untuk membersihkan rumah minimalis itu. Keringat membuatnya tak nyaman, kesan lengket mengharuskannya mandi sekarang.

(Name) berdiri di depan cermin yang memantulkan dirinya di sana.

Memakai baju kaos berlengan panjang hitam di padukan dengan jeans panjang serta sepatu sneakers putihnya yang menjadi pelengkap. Rambutnya di Cepol asal memperlihatkan tengkuknya yang mulus.

Tak perlu memakai make up cukup skincare di sore hari dan sedikit lipbalm di bibirnya sudah membuatnya terlihat cantik.

Bertujuan menghabiskan sepanjang waktu hanya dengan duduk di depan tv sambil menikmati cemilan yang sempat ia beli sepulang sekolah tadi.

Ting...

Notifikasi masuk di ponselnya, mau tidak mau (name) harus melihat siapa yang mengirimkan pesan.

You Are Mine!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang