Barang kali, Ainsley bisa gila jika terus menerus menjadi istri seorang Austin. Nama Ainsley Roxeena Esther juga masih menjadi pencarian terpanas di internet karena perusahaan yang dipegangnya terus melejit di antara perusahaan lain, membuat gerakan Ainsley begitu terbatas, seolah ada rantai tak kasat mata yang membelenggu dirinya.
Ainsley tidak bisa mengumpat di sembarangan tempat, apalagi di media sosial. Jelas, itu akan membuatnya hancur oleh media. Masih untung media masih memberitakan semua sisi positif tentangnya karena Ainsley yang selalu berhati-hati dalam segala hal.
Untuk mempertahankan diri agar kepalanya tidak meledak karena emosi yang sudah mengepul di puncak ubun-ubun, Ainsley memiliki akun fake di salah satu media sosial yang memang berisi akun-akun fake yang mana penggunanya sengaja menyembunyikan identitas masing-masing. Sudah satu tahun Ainsley selalu melempar cuitan berisi curhatan hatinya di sana sehingga membuatnya kenal dengan beberapa akun yang sesekali memberinya nasihat dan semangat.
{@velocity_ Lagi-lagi aku memergokinya berselingkuh. Seharusnya kami berada di selimut yang sama, tetapi lagi-lagi dia mematahkan kepercayaan yang kuberikan padanya. Hal terbodoh dalam hidupku adalah bagaimana hatiku mengkhianati otakku. Aku mencintainya. Bodoh, bukan?}
Ibu jarinya mengetuk layar ponsel. Cuitannya itu sukses terkirim sebagai pembaharuan.
Terdiam sejenak, tiba-tiba Ainsley merasakan sesak yang teramat sangat di dadanya seolah oksigen di sekitarnya menghilang entah ke mana. Apa yang ia ketik di statusnya itu bukan kebohongan. Jauh di lubuk hati terdalamnya, bohong rasanya jika Ainsley tidak jatuh hati pada Austin. Berkali-kali Ainsley membodohi diri sendiri bahwa pria itu akan berubah dan melupakan kekasih jalangnya itu. Namun, satu tahun berlalu dan semua semakin rumit.
Bulir-bulir bening jatuh tanpa bisa dibendung. Ainsley menutup wajahnya dengan bantal, masa bodoh jika bantalnya jadi basah. Dibiarkannya cairan hangat dari pelupuk matanya membasahi kain penutup bantal.
Drt ... drt ....
Ainsley mengalihkan bantal dari wajahnya. Diambilnya ponsel yang bergetar lalu membuka layarnya. Tampaklah balasan dari dua akun di sana. Mata hazel Ainsley bergulir membaca setiap untaian kata di sana.
{@Mr_Lovebird Dia melakukannya lagi? Sungguh keterlaluan! Apakah pria seperti itu masih bisa disebut laki-laki? Potong saja kemaluannya! Benar-benar tidak punya harga diri!}
{@R_O Wow! Apakah kau baik-baik saja Nona? Kau tahu, hubungi saja aku secara pribadi jika memang butuh teman. Aku akan mendengarkan ceritamu. Atau kau butuh bantuan untuk memotong kelamin suamimu?}
Kedua sudut bibir Ainsley terangkat. Rasa hangat menyusup lembut dalam dadanya. Ada sebuah kelegaan ketika ia menyadari ada orang yang mau mendengar ceritanya. Ainsley mematikan layar ponselnya, meletakkan benda itu asal. Begini saja sudah cukup. Kedua matanya terpejam, lelah.
***
"Ainsley! Kuperingatkan kau bahwa aku akan menemukan Arasya dan posisimu sebagai Nyonya Grey akan lenyap!"
Austin segera masuk ke kamarnya dengan sengaja membanting pintu kamar dengan kasar. Melihat kemarahan Austin, sosok wanita berpakaian seksi yang duduk memeluk dirinya yang dalam keadaan nyaris telanjang itu tampak ketakutan. Seolah sudah hafal betul dengan tabiat pria itu sehingga membuatnya was-was.
Tubuh wanita itu menegang ketika mata elang itu jatuh padanya. Kedua alis Austin mengerucut marah. "Apa lagi yang kau lakukan di sini? Pergi!"
"Ba-baik, Tuan-"
Kedua tangan wanita itu tremor ketika hendak memakai bajunya kembali.
"Cepat pergi, bodoh!" bentak Austin kali ini mengambil remot AC lalu melemparkannya dengan keras pada wanita itu hingga mengenai lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Play Dirty Scandal
Romance"Kau menghabiskan ratusan juta untuk wanita murahan itu, sementara ada aku sebagai istrimu ada di rumah ini. Tidakkah ada kelainan di kepalamu?" "Ini tentang prinsip, berapa pun yang kuhabiskan, tidak ada urusannya denganmu. Lagipula, aku juga tidak...