Bab 4. Anak Haram

3.1K 148 17
                                    

"Ini adalah denah dan kunci duplikat yang Anda minta. Hanya saja, ruangan itu terdapat di bawah gedung milik Esther's Group." Arasya memberikan dokumen beserta flashdisk.

Tidak ada kunci duplikat seperti yang ia katakan, membuat pria berjas yang duduk di balik meja kerjanya itu mengernyitkan dahi. Wajah tegas, rahang tirus, dahi lebar dengan tulang hidung tinggi bak paruh elang, proporsi ketampanan yang sempurna. Tak heran jika sang tuan besar selalu memiliki berbagai pengagum, mulai dari wanita secara normal dan sesama pria.

"Apakah dia masih mengejarmu?" tanya pria rupawan dengan suara beratnya.

"Ya, Tuan."

Mata tajam dengan bingkai alis tebal itu terangkat, beradu pandang dengan wanita jelita yang berdiri tegak di depannya.

"Baiklah, karena tugasmu telah selesai, aku akan memberikan tiket pesawat dan rumah baru untukmu. Kau bisa mengatakan apa yang kau inginkan pada Christian setelah ini."

Senyum di wajah Arasya mengembang. Wanita itu segera membungkuk hormat. "Terima kasih, Tuan."

Sosok yang dipanggil Tuan itu tak menghiraukan. Matanya kembali fokus pada tablet yang menunjukkan berbagai laporan. Arasya segera keluar dari ruang kerja sang pria. Begitu menjejakkan kaki keluar, sosok Christian yang dikatakan pria tadi sudah menunggu di luar.

"Silakan ikut dengan saya, Nona Arasya."

"Baik."

***

Hari ini, Ainsley memiliki jadwal penting untuk bertemu dengan beberapa petinggi perusahaan karena ada sedikit masalah dengan gedung Esther's Group. Baru saja menginjakkan kaki di luar pintu kamar, Ainsley harus dibuat berjingkit kaget saat melihat keberadaan Austin telah menunggunya dengan wajah garang. Mirip singa yang sedang mengintai mangsa.

"Apa yang kau lakukan di sini?" sungut Ainsley nyaris berteriak saking kesalnya.

Melihat ekspresi Ainsley, Austin malah menyeringai. Pria itu melipat kedua tangan di depan dada. Dilihat dari setelan jas hitam, celana bahan berwarna senada dan dasi mahal yang tergantung di lehernya menunjukkan bahwa pria itu sedang bersiap untuk berangkat kerja. Sama sepertinya. Namun, tidak biasanya pria itu sudi merusak paginya seperti ini. Maksud Ainsley, apa yang salah dengan otak Austin sehingga membuatnya harus menunjukkan wajah dan merusak moodnya di pagi yang cerah ini?

"Apakah kau puas mempermalukanku semalam?" Austin mencecar Ainsley. "Bukankah kau tidak peduli aku mengencani wanita mana pun? Lalu kenapa semalam kau harus mengaku sebagai istriku? Kau cemburu? Kau tidak rela aku memiliki wanita seseksi itu? Oh, ayolah, Ainsley, hentikan fantasy gilamu agar aku jatuh cinta padamu. Kau terlihat norak, tahu!"

Mulut Ainsley tak tahan untuk tidak menganga. Beberapa detik kemudian hari Ainsley mengumpat kasar atas pernyataan yang kelewatan percaya diri itu. Tak heran, Austin memang tipikal narsistik. Namun, sungguh menyebalkan sekali jika pria itu kumat di pagi hari seperti ini.

"Terserah!"

Pada akhirnya, Ainsley memilih untuk menelan bulat-bulat kekesalannya dan berjalan melewati Austin. Jangan harap pria itu akan menerima jawaban Ainsley begitu saja. Selama langkah menuruni tangga, tak henti-hentinya Austin mengoceh.

Dengan hati dongkol, Ainsley mengambil earphone dan memasukkannya ke lubang telinga. Dua lubang telinga sekaligus.

Rupanya, kejutan tidak berhenti saat Ainsley harus dikejutkan dengan kemunculan Austin yang merusak paginya. Namun, begitu pintu utama dibuka, tampaklah sosok wanita dengan pakaian begitu berani berdiri di tengah pintu. Kain merah mentereng dengan erat menahan kedua buah dadanya yang terjepit seolah menjerit sesak dan ingin melompat keluar. Penampilan yang menunjukkan status jalang abadi.

Let's Play Dirty ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang