Bab 6. Akting

3.5K 164 35
                                    

Kedua mata mertuanya memincing, seolah ingin menguliti Ainsley bulat-bulat. Beruntung, Austin segera mampu membaca situasi gawat darurat ini. Pria itu dengan cepat merangkul Ainsley dengan terkikik geli.

"Astaga, Ma, Pa, kalian menghancurkan surprise yang kami siapkan!" seru Austin mengelus bahu Ainsley sebagai isyarat untuk mulai berakting.

"Ahaha ... benar sekali. Padahal kami ingin memberi kejutan untuk kalian," cicit Ainsley sedikit kebingungan dengan rencana dadakan ini.

Karena tak tahu alur akting mereka ke mana, Ainsley pun tersenyum seraya membalas usapan di lengan kekar Austin.

"Sayang, bukankah kau harus menjelaskannya pada Papa dan Mama?"

"Tentu saja! Tapi, Pa, Ma, bisakah kita duduk terlebih dahulu. Kalian membuat anak kami ketakutan," serobok Austin melepas pelukannya pada Ainsley dan beralih hendak menyentuh Emilio.

Sontak saja, Emilio malah hendak berlari kabur, tetapi dengan gesit Austin langsung menangkap tubuh mungil itu dan mengangkatnya ke dalam gendongan. Emilio tampak begitu ketakutan, wajahnya tampak tertekan. Apalagi saat Austin membisikkan sesuatu yang Ainsley tahu pasti sebuah ancaman sehingga membuat Emilio langsung diam. Namun, tak serta merta membuat Emilio beralih dari tatapan memelas seolah minta diselamatkan.

Tak ingin Emilio semakin ketakutan, akhirnya Ainsley memilih angkat bicara lebih dahulu. Sesuai dengan rencana yang telah ia bahas dengan Austin bahwasanya mereka akan menjadikan Emilio sebagai anak angkat.

"Pa, Ma, kenalkan, ini Emilio. Setelah memikirkan dengan matang, akhirnya kami berinisiatif untuk mengangkat seorang anak. Kami dengar, dengan mengangkat anak bisa jadi motivasi untuk mempercepat mendapatkan momongan."

Hal itu terpaksa Ainsley lakukan karena melihat kedua mertuanya itu seolah siap menelan Ainsley dan Austin bulat-bulat. Ekspresi mereka lebih menyeramkan daripada serial horor yang menampilkan sosok hantu berjubah putih lusuh dengan rambut panjang kusut seperti sapu lidi. Sungguh, semenyerankan itu!

"Anak angkat? Kenapa kalian tidak membicarakan sepenting ini dengan kami?" Selena protes.

"Ma, 'kan aku sudah bilang kami ingin memberi kejutan," elak Austin masih menggendong Emilio, menuntun kedua orang tuanya untuk pergi ke ruang tengah agar bisa membicarakan hal ini lebih leluasa.

Terdengar helaan napas panjang dari Selena. Namun, Sebastian segera merangkul istrinya untuk mengikuti langkah putra mereka. Kini semua orang duduk di ruang tengah dengan beberapa camilan berupa kue kering, potongan buah dan jus jeruk.

Emilio juga sudah beralih di pangkuan Ainsley. Ia memeluk Ainsley seperti koala. Tampak begitu mungil dan menggemaskan. Agaknya, tatapan Sebastian dan Selena mulai melunak.

Sampai detik ini, alasan Ainsley masih bertahan dengan Austin adalah karena pria itu pintar berakting. Ya, jika bukan karena akting mumpuni Austin, mungkin pernikahan palsu mereka sudah lama terendus. Aneh memang ketika orang-orang luar tidak mengetahui sebrengsek apa Austin. Namun, itu bukan masalah besar. Asalkan Ainsley berhasil mendapatkan 30% saham yang diwariskan kakeknya, itu tidak masalah.

Setelah Austin menjelaskan kepada Sebastian dan Selena, tentu saja dengan karangan versinya sendiri, yang akhirnya mampu menarik empati kedua orang tuanya untuk memahami pilihan kami. Pilihan untuk mengangkat seorang anak untuk salah satu program kehamilan.

"Tapi apakah kalian yakin, jika kalian benar-benar sehat? Huft ... aku benar-benar sangat mengharapkan seorang cucu. Entah mengapa kau dan kakakmu membutuhkan waktu yang lama untuk memiliki anak, padahal kami dulu hanya butuh waktu semalam untuk-"

"Bicaralah yang benar!" serobok Sebastian mendengar istrinya mulai meracau tidak jelas.

Baik Austin dan Ainsley saling bertukar pandang antara salah tingkah dan dorongan ingin tertawa. Fakta terbesar di sini adalah Emilio benar-benar anak kandung Austin yang artinya itu memang benar cucu kandung mereka. Hanya saja, mustahil Austin mengatakan sebenarnya.

Meskipun selingkuh sudah membudaya di kalangan orang-orang kaya dan berkuasa, tetap saja para pria akan berusaha menyembunyikan kenyataan itu dari istrinya. Setidaknya, Ainsley tahu gen tukang selingkuh itu memang turunan dari sang ayah, yaitu Sebastian.

Maaf saja, dulu Ainsley pernah memergoki Sebastian selingkuh sehingga salah satu alasan Sebastian merestui pernikahan antara dirinya dan Austin adalah karena ancaman Ainsley. Memang benar, kakeknya dan kakek Austin ingin menjodohkan cucu mereka, tetapi sempat terhalang restu Sebastian yang akhirnya perang restu demi 30% saham Esther's Group warisan sang kakek dimenangkan Ainsley.

Beruntung, Sebastian tidak sampai tahu jika pernikahan mereka benar-benar sekadar lelucon karena yang Sebastian tahu aku begitu tergila-gila dengan Austin. Ha. Ha. Harga diri Ainsley memang jatuh di hadapan mertuanya. Namun, itu bukan masalah besar karena memang harus ada pengorbanan untuk tujuan lebih besar. Dan warisan saham 30% adalah tujuan utamanya.

"Omong-omong, mengapa Papa dan Mama berkunjung tanpa mengabari hari ini?" Austin bertanya seraya mengunyah satu kue kering.

Ainsley juga bertanya-tanya. Pandangannya jatuh pada kedua mertuanya. Sembari mengambil sepotong kue kering yang ia berikan pada Emilio yang lantas diterima dengan ragu. Agaknya anak itu sudah mulai tenang.

Alih-alih menerima jawaban, kedua mata mertuanya langsung memincing tajam ke arah Ainsley.

"Kau tidak mengatakannya pada Austin?" tanya Sebastian mengintimidasi. Lagi.

Ainsley tersentak. Tentang apa?

"Astaga, Ainsley ... kau ini masih muda dan belum punya anak. Tapi bagaimana bisa kau pelupa sekali. Bukankah malam hari ini adalah pelantikan papamu menjadi calon gubernur?"

Seketika itu telapak tangan Ainsley langsung mendarat di kening. "Astaga, Ma, aku benar-benar lupa!"

Bagus! Sekarang mereka mungkin akan langsung mengumumkan Emilio sebagai anak angkat mereka untuk menarik simpati publik kepada papa Ainsley. Rencana yang sempurna! Perlihatkan saja kisah rumah tangga inspiratif untuk menarik simpati orang. Anggap saja Ainsley sedang membantu kampanye gratis.

***

Sosok pria menyisir rambut menyamping, membelah helaian yang tampak berkilau dengan minyak yang menguarkan bau maskulin. Memperhatikan penampilannya di pantulan cermin, senyum merekah tak lekang dari wajah tampak yang begitu terukir sempurna bak malaikat.

Jas hitam yang membungkus tubuhnya dengan sempurna, menunjukkan lekak-lekuk kekar yang tak mampu disembunyikan. Justru dengan penampilan ini membuatnya tampak begitu seksi berwibawa.

"Tuan Reegan, ini sudah saatnya kita berangkat."

Seorang pria berjas hitam datang seraya memberikan ponsel pada pria yang dipanggilnya tuan itu. Reegan beralih, segera mengambil ponsel yang diberikan asistennya lalu berjalan lebih dulu. Sepatu pantofel kulit hitam premium tampak begitu mengkilat, memamerkan aura elegan yang tak mampu disanggah siapa pun.

"Aku tidak sabar bertemu dengannya, Sekertaris Herdyn."

"Kali ini, pasti Anda akan berhasil, Tuan."

"Ya. Kali ini aku tidak akan kalah dari segi mana pun."

"Apakah Anda akan balas dendam?"

Pertanyaan dari sekertarisnya itu membuat Reegan langsung terkekeh. "Aku tidak pernah sekali pun membencinya, Sekertaris Herdyn. Aku masih mencintainya sama seperti cinta monyet kemarin."

***

Yang banyak Reegan siapa, itu di spoiler tiktok 🤣

Next?

See you!

❤️
Luluk Layalie

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Let's Play Dirty ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang