Ghufayra berlari kencang memasuki kamar, bahkan gadis itu tidak mengucapkan salam. Gadis itu menutup pintu dengan cepat. Wajahnya berkeringat, ia menelan saliva nya susah payah. Mengambil napas dalam dalam dan mengembuskannya perlahan. Kelopak matanya terpejam, berusaha mengeyahkan suara Arshaka terngiang-ngiang.
Hati hati, nanti kecebur selokan lagi.
"Astaghfirullah! Lupain, Fayra." Tak henti hentinya, ia menggigit bibir bawahnya.
Ghufayra jalan mendekati cermin kamarnya, ia bercermin dengan wajah yang sedikit diangkat. Matanya menatap dalam bayangan yang ada di cermin. "Gue kok kayak orang trauma gitu, sih? Nggak boleh. Seorang Ghufayra gak boleh phobia sama Arshaka Arshaka itu."
"Tapi, gue gak bisaaa.." Gadis itu mengusap wajahnya gusar. "Kejadian dua tahun yang lalu, bener bener buat gue gak bisa lupain. Ya Allah, kenapa dia harus datang di dalam hidup hamba?"
Mungkin kalian menganggap Ghufayra terlalu lebay, karena kejadian dua tahun yang lalu-kejadian yang dimana Ghufayra tercebur selokan saat banjir di Depok dan ada seseorang yang melihatnya dari lantai dua rumah nya. Ya, itu Arshaka. Tapi, kejadian nya bukan hanya itu saja. Ada lagi suatu kejadian yang dimana ia merasakan malu bahkan ingin menggigit seseorang. Kejadian apa?
Aduh, jangan bahas dulu, ya. Ghufayra masih parno.
Seharusnya Ghufayra cuek saja, karena banyak tingkahnya yang memalukan tidak membuat ia merasakan 'malu'. Tapi kini, hanya melihat wajah teduh nan datar Arshaka, membuatnya terbayang-bayang. Seolah olah, Arshaka tengah meledeknya melalui tatapan lelaki itu. Bahkan Zaid-gebetannya yang sudah tahu tingkah Ghufayra yang sangat petakilan, Ghufayra tidak mempermasalahkan itu.
Tapi, Arshaka?
Sebentar, kenapa ujung ujung nya, Arshaka lagi?
"Rafa," ucapnya tiba tiba. "Gue harus nelpon Rafa!" Matanya menjelajah isi kamar, dan menemukan ponselnya yang berada di atas kasur.
Ghufayra mengambil ponselnya dan mulai mencari kontak Raf—sepupunya. Ia harus memberitahu perihal ini.
Ghufayra berdecak, ketika Rafa tidak menjawab panggilannya. Pantang menyerah, Ghufayra menelpon Rafa lagi. Sudah terhitung, ini panggilan yang ke-lima.
"Halo, Assalamu'alaikum?"
"Rafa! Lo harus tahu berita ini." Ghufayra menegakkan tubuhnya. Ia membuka kerudung instannya dan melemparnya ke samping.
Terdengar suara decakan dari seberang sana.
"Jawab salam dulu, Jubaedah."
"Oh, iya, Wa'alaikumussalam. Hm, maaf kelupaan." Ghufayra berdeham, kemudian teringat bahwa ia lupa mengucapkan salam saat masuk ke dalam rumah. Gadis itu membelalak, ia beranjak dari kasur, membuka sedikit pintu kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSHAKA'S MOON [ On Going ]
RandomBagaimana jadinya jika seorang gadis cantik titisan bidadari memiliki sifat yang sangat petakilan bertemu dengan lelaki alim yang dikenal jarang berbicara? Terlebih lagi, pertemuan awal mereka sangat tidak aesthetic menurut Ghufayra. Gadis itu mengh...