02. Our Sunshine

5 2 0
                                    

Kalian percaya reinkarnasi gak?

Kalo kalian percaya berarti kalian masuk kedalam golongan orang-orang "musrik" dan sama kayak Naren, kata si Bunda mah gitu.

_________________________
_________________________
_________________________

Jika benar adanya kehidupan selanjutnya dan Nala dilahirkan kembali. Ingin rasanya Nala menjadi matahari yang hangatnya bisa sampai ke setiap insan dimuka bumi.

"Kalau dalam Budaya China, Matahari itu dianggap sebagai simbol umur panjang dan identik dengan rasa bahagia. Nggak peduli seberapa kerasnya kehidupan, kamu akan jadi orang yang bisa membagikan kebahagiaan-kebahagiaan itu."

Sebuah kalimat yang Babeh Salim ucapkan kepadanya sore hari itu di gazebo belakang rumah sambil menyirami tanaman bunga mataharinya.

Matahari itu bukan hanya perihal terbit dan tenggelam. Tapi banyak sekali makna yang terkandung didalamnya. Contohnya, perihal ikhlas. Matahari senantiasa ikhlas memberikan sinarnya sepanjang hari kepada semua makhluk yang ada di Bumi, tanpa mengharapkan imbalan apa pun. Ia rela sinarnya selalu dimanfaatkan untuk kepentingan setiap makhluk yang ada di Bumi. Dengan begitu, setiap makhluk yang ada di Bumi dapat tetap bertahan hidup dengan kehangatannya.

"Hidup itu harus bermanfaat, Abang." Babeh bilang begitu sambil menepuk bahu Nala pelan. "Karena sebaik-baiknya hidup ialah yang bermanfaat bagi sesamanya."

Dilanjut dengan datangnya Bunda yang mengantarkan pisang goreng favorit Nala dan juga kopi untuk Babeh. Ditemani kedua orang tua Ayla, Nala larut kedalam kehangatan.

Setelah insiden beberapa tahun ke belakang, Nala tidak pernah merasakan lagi hangatnya sebuah keluarga.

"Kamu tahu tugasmu sebagai abang apa?"

Nala mengangguk pelan. "Jailin adiknya, kan?" dengan percaya diri dia menjawab. Bukannya marah, Babeh dan Bunda malah tertawa.

"Kamu harus jadi contoh yang baik buat adik kamu. Kalau ada yang jahatin, kamu boleh membela adikmu asalkan nggak pakai kekerasan. Dibicarakan tanpa marah-marah, ditanya apanya yang salah dan bagaimana baiknya."

Pandangan Nala tertuju pada sekumpulan ikan koi kesayangan Babeh. Dalam diamnya dia mendengarkan wejangan dari Babeh.

"Kamu nggak harus kelihatan kuat kok, Bang. Kamu juga boleh mengeluh kalau ngerasa capek, karena kamu juga punya Mas Api sama Bang Jeje yang bisa diandalkan. Kita ini sudah seperti keluarga keduamu, Bang. Jadi jangan pernah sungkan ya?" tangan Babeh mengelus lembut puncak kepala Nala dengan tatapan redupnya sambil tersenyum.

"Bagaimana pun juga kamu pasti kangen orang tuamu kan? Berat ya Bang, jauh dari mereka dan menjalani kehidupan sendirian?"

Nala menunduk, dia sangat sensitif dengan pembahasan orang tua. Terlebih masih ada masalah yang belum selesai sebelumnya. Dada nya selalu sesak dan matanya langsung memanas.

"Kamu tahu? Kalau Babeh datang ke rumah orang tuamu dulu, Naya selalu menolak ketika diajak bermain Mas Api. Katanya dia lebih milih main sama kamu, walaupun selalu dijahili. Kalau nggak dimasukin kedalem lemari, pasti kamu ngumpet diatas pohon sampai dia capek nyari." Babeh terkekeh mengingat betapa ramai nya rumah sahabatnya itu meskipun hanya dua anak didalamnya. "Naya bangga punya abang pintar dan bisa diandalkan seperti kamu. Katanya kamu selalu datang ke sekolahannya hanya untuk menemui orang yang pernah membully adikmu, iya kah Bang?" tanya Babeh memastikan.

"Iya! Muka Naya kalau lagi marah-marah itu lucuu, Abang kebiasaan ngejahilin dia deh jadinya ahahaha," senyum Babeh begitu tulus melihat tawa puas Nala. "Dia bakalan ngerengek kalau Mas Api, Bang Jean sama Naren ngajak Abang main keluar. Mana tega Abang ninggalin Naya sendirian, nangis-nangis sambil narik dasternya Mami. Karena Naya itu anugerah yang Allah kasih buat jadi temen baik Abang."

Astrophile | Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang