04

309 34 0
                                    

Author pov



















Deg!

Tiba-tiba dada nadine berdetak dengan cepat seperti waktu pertama kali ia menerima ingatan milik kenzi.

"Bangsat, sakit banget." Ia melenguh dan mendudukkan dirinya dikursi osis sembari meremas dadanya yang terasa sesak itu.

"Nadine"

Ia tersentak.

Semua pencahayaan diruangan ini menghilang.

"Si-siapa lo?" Tanya nadine berusaha menahan rasa pendih didadanya.

Didepannya berdiri seorang pria berjubah hitam yang wajahnya tidak terlihat karena minimnya pencahayaan.

Seketika muncul cahaya dari atas mereka dan nadine tersentak melihat wajah pria itu yang sama persis dengan wajah milik kenzi.

"L-l-lo?"

"Maaf  membuat mu kesakitan."

"Lo kenal gue?! Lo kenzi?!" Teriak nadine dan berdiri.

Sosok yang nadine duga kenzi itu mengangguk. Dua paras rupa seakan telah bertemu.

"Novel itu bukan karya fiksi, tapi itu ramalan masa depan."

"Maksud lo?!"

Keduanya seakan seperti saudara kembar yang beda kepribadian, sosok kenzi dan badan kenzi yang jiwa nadine tempati sangatlah berbeda ekspresi.

"Itu ramalan yang saya tunjukkan ke kamu, ini jiwa ku yang tidak memiliki sebuah badan, dan badan asliku ada padamu."

"Terus! Badan gue mana?!"

"Jadi ini bukan dunia novel?!"

Kenzi mengangguk.

"Tapi sekarang saya harus kembali kebadan ini dan juga kamu harus kembali kebadan asalmu."

Nadine mengeryit tidak mengerti.

"Terus apa tujuan lo buat letakin jiwa gue dibadan lo? Malah gue udah sempat liat titid lo lagi, gede pula."

Kenzi melotot mendengar ucapan nadine yang terlalu frontal.

"Eh. Gue belum mati dong?"

"Badan asli mu sedang dalam keadaan koma. Jika kamu sadar nanti, datanglah kesini dan bantu aku buat menyelesaikan perkara yang akan terjadi dimasa depann."

BRUUUUUUUUUUUUUUUU

Tiba tiba suara gemuruh petir menggelegar ditelinga mereka. Jiwa dibadan itu sudah tertukar.

Ingatan nadine selama dibadan kenzi terlintas di pikiran kenzi yang asli.

Kini rupa asli nadine dalam bentuk arwah tengah berada didepan kenzi. Rupa tembus pandang membuat nadine melihat sekujur tubuhnya.

"Jadi gue gak mati?"

Kenzi yang sudah kembali ketubuhnya mendekat dan mengusap ubun ubun nadine. Perlahan nadine menghilang.

"Nadine, datanglah jika tubuh aslimu sudah pulih."

"Makasih udah beri kesempatan sama gue buat baperin ali. Tenang aja gue bakal datang kok."

Usai mengucapkan kata itu. Nadine menghilang seutuhnya meninggalkan keheningan sejenak.

Cahaya kembali dan kenzi pun pergi keluar dari ruangan osis.

"Hai kak."

Tiba ingin mengunci pintu, ali menyapa kenzi dengan senyum lima jarinya.

Ah, kenzi tau. Nadine selalu memberi perhatian kepada ali dan sekarang sepertinya ali secara terang terangan menyapa dirinya. Padahal dulu ali seperti tidak mengenal kenzi, padahal dibalik itu ali sangat bucin pada kenzi.

Membingungkan.

"Hmm"

"Kak udah makan belum?"

"Sudah."

Ali mengeryit bingung pasalnya sikap kenzi seperti berubah lebih dingin dari sebelumnya.

"O-oh oke."

Kenzi yang buru buru pergi tapi ia mendengar seseorang mengikutinya. Itu ali.

"Kak."

"Iya."

"Mau ini gak?"

Ali menyodorkan susu pisang padanya. Sebenarnya kenzi tidak suka dengan hal hal manis, tapi tak apa.

Ia menerima susu itu dan menyeruputnya.

"Kenapa gak pulang?" Tanya kenzi datar, tapi ali dengernya dag dig dug ser gitu.

"Gak papa kak, mau nunggu angkot soalnya. Biasanya jam segini belum dateng."

"Oo."

"Kak, maaf lancang. Tapi, kakak beneran putusin jiel?" Tanya ali pelan.

Kenzi mengangguk, bukan dia yang mutusin jiel, tapi nadine.

Mereka berdua memilih duduk dihalte depan sekolah.

"Kakak tumbem akhir akhir ini pulang jalan kaki?" Tanya ali.

Ah, itu gara-gara nadine yang membiarkan kereta mahalnya digeret sama polisi. Kasian juga tubuhnya ini pulang jalan kaki selama seminggu kurang.

"Gak papa, sekali sekali jalan kaki."

Btw ni cowok sampai merhatiin kenzi juga ya pulang jalan kaki? Membagongkan.







Tbc.

Kenzali [Bxb]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang