36. PERUSAK SUASANA

2K 223 7
                                    

"Gas, minta tolong nanti saya bungkuskan kripik tempe sama talasnya ya. Masing-masing 20 bungkus. Sama seladanya  dua kotak"

"Enggih pak siap"

"Yasudah kalau gitu kembali bekerja saya disni dulu"

"Yang tadi siapa sih mas?" Kanaya bertanya ketika dia dan Dimas kembali hanya berdua. Ia masih di rumah produksi. Tapi tidak berada di kebun lagi. Melainkan di dalam ruang santai yang tersedia dalam asrama milik Dimas.

"Yang mana?"

"Yang awal kita datang tadi"

"Rendi?"

"Iya itudeh"

"Dia pekerja yang ikut saya dari awal dalam ikut membangun rumah produksi ini"

"Dia udah nikah ya?"

"Sudah. Istrinya baru aja melahirkan"

"Ooh"

"Kenapa memangnya?"

"Nggak papa. Nay penasaran aja. Terus kenapa harus ada asrama? Mereka bukan dari warga sini?"

"Yang warga sini hanya Rendi dan Bagas. Yang lainnya dari luar kota semua. Maka dari itu saya sediakan Asrama disini"

Naya mengangguk pelan, "Terus ini kenapa--"

"Mas Arda?!"

Kalimat Naya tergantung begitu saja. Mengambang ketika suara sedikit nyaring itu merasuk Indra pendengarannya. Kepalanya tergerak untuk menoleh ke asal sumber suara. Begitu pula dengan Dimas. Disana, di ujung pintu sosok gadis dengan rambut panjang terurai tengah berjalan mendekat kearah mereka berdua.

"Re?"

"Masya Allah datang kok nggak bilang-bilang. Tahu begitu saya masak banyak hari ini"

Satu kata yang mendefinisikan gadis itu saat ini. Badan sintal berisi atas bawah dan yang tentunya cantik. Satu kata yang mewakili dirinya. Naya tiba-tiba menjadi insecure sendiri. Padahal Kanaya adalah tipe gadis yang luar biasa dengan tingkat kepercayaan diri yang dimiliki.

"Udah lama datengnya mas?"

"Baru beberapa jam yang lalu"

"Sendirian atau -- oh hallo mbak. Pasti temannya mas Dimas ya?"

Dan barulah gadis itu berhenti nyerocos ketika ekor matanya menangkap sosok Kanaya yang duduk tepat dihadapan Dimas. Entahlah, gadis itu baru menyadari keberadaan dirinya atau memang sedari tadi sengaja mengabaikannya.

"Hallo"  Akhirnya Kanaya bersuara pelan menanggapi gadis itu.

"Aku siapkan makan ya mas. Mas tunggu disini dulu sama mbak nya"

"Tidak perlu repot-repot Re"

"Aaah kayak sama siapa aja sih mas. Tunggu ya aku kembali 15 menit lagi"

Kemudian gadis itu mengacir pergi meninggalkan Kanaya dan Dimas kembali berdua. Pandangan memicing curiga seketika Naya berikan pada laki-laki didepannya.

"Who the hell was that girl"

"Rere?"

"I don't care about the name. She's keeps me alert"

"Dia mahasiswa yang sedang penelitian disini. Adiknya Bagas"

"Mas kenal udah lama"

"Eumm ... Mungkin. Kenapa?"

Naya memutar bola matanya malas lalu ia mendengus dan bersidekap dada menatap Dimas lamat-lamat, "Mas dekat dengan dia?"

"Enggak juga. Dia sering bantu para pekerja disini"

I LOVE YOU BUURMAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang