5. NANGIS

3.1K 335 4
                                    

JANGAN LUPA TEKAN BINTANGNYA
HAPPY READING 💙💙
.
.
.
.

Akibat aku menangisi laki-laki sialan kayak mas Dimas, mataku jadi bengkak pagi ini. Dan aku dengan terpaksa harus memakai kacamata baca milikku. Aku nggak mau dituntut banyak pertanyaan oleh orang-orang dimeja makan nanti. Males banget!

Keningku berkerut ketika menatap meja makan yang hanya terisi mama dan ayah. Tumben banget.

"Pagi ma. Pagi Yah"

"Pagi sayang"

"Kok tumbenan pakek kacamata Nay?"

Nah, kan belum juga apa-apa. Suara mama sudah menginterupsi ku. Seolah tidak terjadi apa-apa, aku mengangkat bahu tidak perduli. Menunjukkan reaksi biasa-biasa saja adalah pilihan yang tepat saat ini "Lagi pengen aja ma"

"Tumbenan"

"Mbak Laras udah berangkat?"

"Sudah. Mungkin dia masih didepan sama Dimas"

Aku mendengus lalu mencomot apel dan mengigitnya. Mataku berpendar kearah jam dinding. Pukul 6 pagi. Yaampun masih pagi banget ternyata. Tapi mau bagaimana lagi. Tadi mas Ibra kirim pesan kalau ia bakal jemput aku jam 6 tepat. Jadi mau nggak mau ya aku harus bangun pagi banget.

"Bawa bekal Nay?"

"Nggak usah deh Ma. Nanti Nay izin nggak pulang cepat. Soalnya ada yang harus Nay kerjain"

Dosa! Dosa banget kamu Nay bohongi mama. Heheh ya habis mau gimana lagi. Nggak mungkin kan aku bilang kalau mau keluar sama mas Ibra. Suasana bakal akward banget nanti.

"Kemana nduk?"

"Deket sini aja kok Yah"

"Jangan kemalaman ya pulangnya. Sekarang cuaca kan gak tentu. Kamu juga harus belajar besok masih ujian kan?"

Aku tersenyum. Mengangguk kecil, aku berdiri. Mencium pipi mama dan ayah bergantian. Pesan dari mas Ibra yang bilang kalau ia sudah didepan membuatku buru-buru untuk keluar. Setelah berpamitan dengan mama dan ayah, kakiku melangkah lebar.

Tapi baru saja sampai di halaman rumah, langkahku memelan ketika ekor mataku mendapati mbak Laras dan mas Dimas yang masih berdiri di luar mobilnya. Keduanya menatapku.

"Berangkat sama siapa dek?" Suara mbak Laras menginterupsi ku.

"Sama mas Ibra" Halah! Basa-basi busuk mbak! Mbak Laras pastinya udah tahu dari mas Dimas. Pakek sok-sokan tanya segala. Kemarin laki-laki brengsek itu kan denger obrolanku sama mas Ibra.

"Oo-oh. Yaudah. Hati-hati ya"

Aku mengangguk singkat lalu kembali melanjutkan langkahku. Hal pertama kali yang aku dapati ketika membuka pagar adalah senyuman kecil dari mas Ibra.

"Pagi dek"

"Pagi" Keningku berkerut ketika mendapati baju mas Ibra yang tampak sama seperti kemarin. Hell, laki-laki ini nggak pulang? "Kok bajunya sama kayak kemarin mas?" Tanyaku akhirnya. Aku tuh orangnya kepoan.

"Heheh iya. Aku kemarin nggak pulang. Nginep di asrama temen"

Oh pantes aja.

"Tapi kamu nggak usah khawatir dek. Masih wangi kok kalau kamu takut aku bau"

Tawaku lepas seketika. Sumpah bukan itu yang aku pikirkan. Aku cuma penasaran aja Kenapa bajunya sama seperti yang kemarin. Itu aja. Nggak ada pikiran dia bau atau apa "Nggak gitu. Kan aku heran aja"

"Yaudah ayo naik! Malah bahas bajuku sih"

"Eh tunggu dulu deh!"

"Kenapa? Ada yang ketinggalan?"

I LOVE YOU BUURMAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang