yang tersisa di antara kita [KaiShin]

78 2 0
                                    

Kaito menatap sendu Shinichi yang tertidur lelap di atas kasur besar mereka. Menatap laki-laki yang ia cintai namun tidak bisa ia miliki. Bahkan pada sesi bercinta mereka, Shinichi memilih memejamkan mata dan mengalihkan pandangan darinya.

"Sayang," panggil Kaito ketika mereka bercinta.

Shinichi menggelengkan kepala dengan mata terpejam.

"Kumohon, lihat aku?" Kaito memohon.

Shinichi tetap menggeleng.

Kaito menatap Shinichi dengan pandangan putus asa. Sekalipun Kaito bisa melihat rona berahi di wajah Shinichi, Shinichi memilih menggertakan giginya agar desahan tidak keluar dari mulutnya.

Kaito mendorong pinggul dengan gerakan konstan. Rasa nikmat dan pedih yang ia rasakan sekaligus membuat ia semakin putus asa. Kaito menunduk untuk membagi ciuman dengan Shinichi yang hanya dibalas dengan diam Shinichi.

Desir pedih menguasai Kaito. Maka Kaito buru-buru menyelesaikan persetubuhan mereka.

"Hhh," Kaito mendesah lelah. Ia membawa tubuhnya untuk ikut berbaring di sisi Shinichi. Ia merengkuh tubuh Shinichi dalam pelukannya, menarik selimut, lalu mencium lama kening Shinichi.

"Shinichi," suara Kaito serak. "Aku cinta kamu."

***

Ketika pagi tiba, Kaito terbangun dengan rasa terkejut karena menyadari Shinichi tidak ada dalam pelukannya. Ia, tanpa memakai kembali bajunya, menarik selimut lalu mengitari apartemen mereka.

"Shinichi," panggil Kaito dengan ketergesaan.

Tiap ruang ia cari. Ruang tamu. Kamar tamu. Toilet. Kamar mandi. Area laundry. Dapur.

"Shinichi!" histeris Kaito di ruang tamu karena ia tidak bisa menemukan Shinichi di sudut apartemen mereka.

Pintu utama terbuka. Shinichi berdiri di ambang pintu dengan tangan menenteng kresek belanjaan. Kaito segera beranjak mendekat, menarik lengan Shinichi agar ia masuk ke dalam apartemen mereka lalu memeluknya erat.

Shinichi dengan pelan mendorong pintu agar tertutup.

"Kamu dari mana, Sayang?" suara Kaito bergetar oleh rasa takut yang tak mampu ia kontrol. "Kenapa kamu tidak ada saat aku bangun?"

Shinichi tersenyum kecil. Satu tangannya yang kosong menepuk punggung Kaito dengan pelan.

"Aku pergi beli sarapan untuk kita. Ini udah mau jam sembilan, masa kita enggak sarapan?" Shinichi berujar terlampau lembut. Perlahan ia melepaskan pelukan mereka. Wajah Kaito terlihat berantakan. Shinichi tetap tersenyum dan satu tangannya menyentuh pipi Kaito.

"Kenapa wajahmu sekusut itu, hm?"

"Aku kira kamu pergi," Kaito menjawab dengan muram.

Shinichi terkekeh kecil. "Iya, aku pergi beli sarapan," tangan Shinichi turun dari pipi untuk menarik tangan Kaito. "Ayo kita sarapan."

Shinichi membawa mereka ke dapur. Mendudukan Kaito yang hanya berbalutkan selimut, lalu ia menyiapkan makanan yang ia beli dan membawanya ke meja makan.

"Ayo makan. Habis ini kita akan makan keik stroberi," Shinichi memberikan sendok ke tangan Kaito.

Kaito tersenyum dengan perlakuan Shinichi. Ia perlahan menyendokan omurice ke mulutnya.

"Enak?" tanya Shinichi.

Kaito mengangguk lucu. Shinichi mengulas senyum.

"Habiskan, oke? Setelah ini kita akan menonton Detektif Merah kesukaanmu sambil makan keik stroberi, oke?"

Sekumpulan Cerita Absurd FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang