Prolog

33 10 6
                                    


Hi.. happy reading guys..


Abrizan, bocah laki-laki yang masih berumur 6 tahun itu berjalan menghampiri mamanya yang tengah terbaring lemah di atas brankar rumah sakit dengan bayi yang sudah bersih dan rapih, tidur di sampingnya.

"Kenapa mama punya anak lagi, Abrizan udah pernah bilang kan, Abrizan gak mau punya adik" ujar Abrizan ketika tiba di samping mamanya,Airin.

Airin menatap anak sulungnya lemas, ia memilih untuk tidak menjawab perkataan anaknya.

"Kamu gak boleh seperti itu Abrizan. Ini sudah menjadi takdir, takdir dari tuhan bahwa mama kamu harus punya anak lagi" kata nenek yang duduk di sofa. Wanita bermata 4 itu berjalan menghampiri cucunya.
"Bagaimanapun dia ini adik kamu, kamu harus sayang sama dia" ucapnya sambil mengusap kepala Abrizan.

"Tapi Abrizan gak mau nek!" Bentaknya keras kepala. Setelah itu dia pergi meninggalkan ruangan.

"Udah biarin mah, dia emang keras kepala, aku cape ngurusin dia" ucap Airin tak peduli.

"Kamu juga Rin, Abrizan itu masih kecil, dia masih butuh banyak perhatian dari kamu sama Raka"

"Udahlah mah, aku nggak mau Abrizan jadi anak manja" jawab Airin tuntas.

***

Setelah tiga hari keluarga kecil itu berdiam di rumah sakit karena sang mama melahirkan, kini mereka kembali pulang ke rumah.

"Abrizan, untuk dua Minggu ke depan
Kamu jangan main dulu keluar. Kamu diam di rumah bantuin mama." tutur seorang laki-laki tegas yang merupakan ayah Abrizan.

Abrizan menatap ayahnya kesal, ingin sekali ia menantang laki-laki dihadapannya, namun..apalah daya? ayahnya lebih berkuasa.

"Biarin aja Abrizan main keluar, kan masih ada nenek sama bi Ati yang jagain Airin" ujar nenek membela sang cucu.

"Iya nek, aku tau, tapi Abrizan juga harus ikut bantu, kalo nggak, nanti dia malah lupa waktu karena Airin sibuk ngurusin adiknya" balas Raka

"Tapi kan, Abriz_"
"Iya, iya, Abrizan gak main, Abrizan disini bantuin mama" potong Abrizan. Rasanya ingin sekali dia pergi jauh-jauh dari rumah ini. Lagipula apa pernah mamanya peduli ketika Abrizan terus terusan main keluar hingga lupa waktu? Sibuk nggak sibuk aja mamanya tidak pernah peduli kepadanya.

Disini ia merasa tak di anggap oleh siapapun kecuali neneknya,Ruma. Itu juga hanya kebetulan Dia sedang ada di rumahnya.

Ruma menghela nafas panjang "Ya udah sekarang Abrizan makan dulu yah, dari pagi kan kamu belum makan"

Abrizan menatap Ruma tanpa minat

"Abrizan gak laper" jawab Abrizan ketus, lalu dia pun melenggang pergi menaiki tangga untuk menuju kamarnya.

Brakk

"Kenapa sih, Abrizan harus punya adik lagi? Nggak ada adik aja Abrizan kaya nggak di anggap, apalagi ada adik, Abrizan makin nggak di sayang!!"

Rasanya ini tidak adil bagi anak seusia Abrizan, di umurnya yang masih kecil Abrizan sangat sulit mendapatkan kasih sayang dari ayah dan mamanya. Di tambah lagi sekarang dia sudah mempunyai adik yang mungkin, kasih sayang dari orang tua yang masih sulit ia dapatkan sudah harus terbagi dengan kehadiran adiknya.

"Ya Allah... Abrizan pengen cepet Gedeeeee" teriak Abrizan.

"Abrizan pengen punya rumah sendiri" teriaknya lagi, berharap tuhan segera mengabulkannya.

TBC

📍BACA CERITA DI AKUN chaneehnlee JUGA YOK

votmen nya Jan lupa, share and follow!!





ABRIZAN (On going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang