"Untuk 6 orang yang tadi dipilih bisa maju ke depan, yang ga dipilih bisa duduk dulu ya" 6 orang dari masing-masing tim maju ke depan.
"Baris lurus" ucap andra seraya menghitung lembaran kertas.
"Lo bagiin yang di sini, gue bagiin yang sana" andra membagi kertas bersama luna, lalu keduanya mulai berkeliling untuk membagikan kertas.
"Pensilnya mana? " tanya karin pada luna yang sedang membagikan kertas, pemuda cantik itu langsung tersenyum dan memberikan setumpuk kertasnya pada karin.
"Tolong bagiin dulu ya, kar, gue yang bagiin pensilnya nanti" luna berlari ke arah clair yang duduk di depan properti.
"Bantuin gue, bagiin ini" luna memberikan tumpukan pensil pada clair.
Setelah masing-masing mendapatkan kertas dan pensil, "tulis idola kalian, lagu yang paling kalian suka dan mbti kalian, tulis berurutan dari atas ke bawah"
Tiba-tiba pintu terbuka, ada seorang pemuda dengan rambut terikat ke belakang dan napas yang tersengal-sengal.
Ia menghampiri aldo yang tampak bingung, "lo lain kali kalo masuk, ngetok dulu, ga sopan tau ga? " bisik aldo.
"Sorry, beneran sorry, gue ke sini mau manggil reve" ucapnya pelan.
"Ra, tolong panggilin reve ke sini" hirata mengangguk lalu berjalan cepat lewat belakang yang kosong.
"Kenapa? "
"Papanya reve"
"Lo mau bawa dia pulang? "
"Terpaksa, gue ga mau temen gue berakhir kaya dulu lagi"
"Emang lo berdua udah bener-bener sehati sih" ya, itu evera, sahabat 8 tahun reve.
"Pelajaran lo, jadinya lo ikut pulang? "
"Gue cuman nganterin, nanti gue balik sekolah lagi kok" ucap evera dibalas anggukan oleh aldo.
"Kenapa clas? " sahabat berbeda bukan? Reve biasa memanggil evera dengan 'clas' dan evera biasa memanggil reve dengan 'sena'.
"Bokap lo dateng anjing, gue takut dia udah nyampe sini"
"Kok lo tau? " tanya reve dengan wajah bingung dan tak paham.
"Ntar dulu, sekarang kita cabut dulu"
"Thanks kalian berdua" ucap evera lalu segera pergi dari sana.
"Gue iri banget sama persahabatan mereka" ucap aldo pelan tapi masih bisa terdengar oleh hirata.
"Lo pernah begitu sama andra, gue yang sampe kesel karna andra gamau lepas dari lo"
"Itu udah bertahun-tahun yang lalu, dan lo masih inget? "
"Inget, banget malahan. Itu masa-masa gue lagi deket sama andra dan lo dateng, gue ga punya temen main di rumah"
"Maaf"
"It's okay, gue masih cifon yang setiap minggu main ke rumah"
"Btw reve kenapa? "
"Lo tau papanya revekan? " Hirata hanya menatap aldo dengan tatapan tidak tahu, mana mungkin hirata bisa menghafal wajah orang tua semua orang.
"Lo inget om-om yang waktu itu dateng ke sekolah terus nonjok pak erwin? " hirata berpikir sejenak lalu mengangguk.
"Itu papanya reve" hirata membulatkan matanya sambil menutup mulutnya agar tidak berbicara dengan keras.
Kaget, siapa yang tak akan kaget? Reve yang pendiam sedangkan ayahnya adalah orang yang berani menonjok wajah pak erwin, kepala sekolah mereka dan mengacak-acak setengah perpustakaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Camaraderie
FanfictionKehidupan sekolah apa yang diharapkan di SMP Aksedia? Hanya hari-hari biasa. Berangkat, membuka buku, makan siang, dan pulang. Tapi kehidupan Luna dan kawan-kawannya sangatlah berwarna.