| Part 2 : Tak Seperti Rumah |

9 8 24
                                    

Terkadang rumah tak selamanya berbentuk bangunan. 

~Rusak2022~

Hai temen-temen.. selamat datang kembali dan selamat menikmati ceritanya..

jangan lupa vote and komennya ya..

Follow akun ku juga donk... Biar tau apa aja yang mungkin mau aku sampein disana

****************************

Obat tidak selamanya berbentuk seperti obat. Bukan sebuah pil, sirup pait, dan lain sebagainya. Tapi berubah seutas senyum, atau sebuah suara tawa dari orang tersayang. Sehingga dapat memulihkan kembali energi yang semula hilang. Rasa putus asa akan hidup yang semula hilang, lantas terisi kembali.

Sama hal nya seperti obat, ada hal lain yang dapat dideskripsikan sama seperti sebuah obat. Hal itu adalah rumah. Tempat kita berteduh, mendapatkan kehangatan dan mendapatkan sebuah perlindungan. Akan tetapi, rumah tak selamanya berbentuk sebuah bangunan.  Tapi, rumah ternyaman  jatuh pada sebuah punggung tempat bersandar. Tempat dimana kita bisa mencurahkan segala apa yang kita rasa. Membuat apa yang semula menjadi beban berat yang begitu membelenggu, bisa sedikit berkurang.

Tak semua orang memiliki rumah, apalagi obat. Hal itulah yang membuat manusia terkadang merasa sedikit kesepian dalam menjalani hidup.

"KARNA KAMU EMANG GAK PERNAH BERTANGGUNG JAWAB SAMA KELUARGA, MAS!!"  wanita dengan pakaian kerja yang masih melekat ditubuhnya itu nampak begitu kacau.

Rambutnya yang semula tergulung rapi, kini nampak acak-acakkan seperti habis ditarik dengan kasar. Terdapat luka goresan kecil yang menghiasi wajahnya. Kancing baju bagian atas dari wanita itu telah lepas. Sepertinya, seorang pria yang kini duduk santai di sofa ruang tengah itulah yang telah membuat wanita itu menjadi kacau.

"Cih, dasar jalang tak tahu malu" maki pria itu sambil meludah kearah kaki dari wanita yang berdiri dihadapannya.

"Bilang apa? Bilang apa kau?" dengan berani dan penuh rasa amarah, wanita itu mencengkram dagu pria itu. Namun, dengan kasar sang pria menepisnya, dan langsung mendorong wanita itu, hingga sang wanita tersungkur kelantai.

"INGAT APA YANG SUDAH AKU LAKUKAN UNTUK MEMBAYAR HUTANG HUTANG KELUARGAMU DULU, DANIA! DASAR TIDAK TAHU MALU!!" Pria itu bangkit dari duduknya. Melangkah dengan penuh amarah, mendekati wanita itu yang masih tersungkur dan menangis sesungukan.

Bukannya berhenti untuk melaakukan kekerasan, pria itu malah dengan tega menginjak pergelangan kaki wanita itu. Menginjaknya dengan keras, hingga wanita itu menjerit kesakitan.

"Kamu tidak tahu malu, Dania!" ucap pria itu sambil terus menginjak pergelangan kaki wanita yang berstatus sebagai istrinya.

Ups! Istri?

Ya! Itu hanya status Dania. Pernikahan yang dulu ia dambakan akan menjadi pernikahan yang indah. Dimana ia akan hidup bersama dengan sang suami. Namun sayangnya, semua itu hangus dibakar oleh api kenyataan. Nyatanya, Ardian tidaklah mencintai Dania. Perjodohan antara Ardian dan Dania tidaklah diterima baik oleh Ardian. Itu sebabnya, Ardian tidak pernah memberikan Dania nafkah. Baik rohani maupun jasmani.

Jika kalian bertanya, apakah orang tua Dania tidak tahu perilaku Ardian?

Jawabannya, orang tua Dania sudah meninggal dunia. Dihari dimana Dania dan Ardian menikah. Seluruh hutang dari keluarga Dania, dilunasi oleh keluarga Ardian. Perjodohan itu hanya semata dilakukan karena ayah dari Ardian adalah sahabat baik dari Ayah Dania.

RusakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang