|Part 4 : Tak secerah lampu itu |

2 1 0
                                    

Bahkan sepertinya, sebuah lampu megah tak mampu merubah kehidupan yang suram.

~Rusak2022~

Hallo temen-temen
Mengingatkan untuk...
Yok klik ikon bintang dipojok kiri yuhuu...
Jangan lupa ramein komen yaa..

************

Rumah itu nampak begitu megah. Cukup indah jika dibandingkan dengan rumah disekitarnya. Lampu besar yang diletakkan dilangit-langitnya nampak begitu mencolok, dan mampu menerangi seluruh isi rumah itu. Rumah dengan nuansa putih dan emas yang saling beradu itu sudah menjadi tempat tinggalnya.

Dia, gadis cantik yang baru saja turun dari mobil hitamnya, dan mulai melangkah memasuki rumah.

Jihan Fakhira Adam. Putri termuda dari keluarga Adam itu memasuki rumahnya sambil mengendap-endap. Entah apa yang ia takuti sampai ia memasuki kediamannya sendiri, sampai berperilaku seperti maling.

"Jihan," 

Panggilan itu seketika membuat Jihan tercekat. Gadis itu terdiam ditempat, matanya membelalak takut kala diujung tangga menuju lantai tiga rumahnya, berdiri sosok wanita yang tengah melipat kedua tangannya didepan dada, sambil menatap Jihan dengan tatapan tajam.

"Kamu berbohong pada mama?" tanya wanita itu.

Jihan tetap diam. Perlahan, tangan gadis itu semakin gemetaran. Ia menelan ludahnya dengan kasar. Lantas kemudian, Jihan menggeleng.

Hellen, selaku mama dari Jihan itu hanya tersenyum miring. Wanita itu berdecih, seolah meremehkan putrinya. Dengan langkah pelan, wanita itu menuruni tangga, sampai akhirnya ia berdiri tepat dianak tangga yang sama dengan putri bungsunya.

"Naza selalu jadi lebih baik dari kamu, Jihan. Kamu bilang, kemarin dia keluar dari kelas tambahan itu. TAPI NYATANYA APA?!" 

Tubuh Jihan seketika menegang. Gadis itu menunduk takut. Namun, dengan kasar Hellen mencengkram dagu Jihan, memaksa putrinya itu untuk menatap matanya balik. "Mama mau, kamu jadi nomor satu, Jihan!"

Sambil gemetaran, Jihan terpaksa mengangguk. Tatapan marah dan tajam dari sang mama adalah hal paling mengerikan bagi Jihan. Dalam rumah itu, memang sang papa lah yang paling sering memarahi Jihan, termasuk jika nilai Jihan turun dan lagi-lagi kalah dari Naza. Akan tetapi, sang mama tetaplah menjadi yang paling menyeramkan.

"Semester ini, mama mau, kamu yang jadi nomor satu. Bagaimanapun caranya" ucap Hellen dengan penuh penekanan, dan tanpa melepaskan cengkraman tangannya dari dagu Jihan.

******************** 

Dimalam yang sama, namun di tempat yang berbeda. Ada seorang gadis yang baru saja membuka gerbang rumahnya. Dibelakang gadis itu, berdiri seorang remaja laki-laki, memakai seragam yang sama, namun berbalut hoodie hitam dengan lambang tengkorak disertai sayap di dada sebelah kirinya.

Sudah bisa menebak bukan, dia siapa?

Ya! Dia Sena. 

"Thanks, Sen" ucap Naza, setelah berhasil membuka kunci gerbang rumahnya.

Sena mengangguk. "Yoi," setelah mengucapkan kata itu, Sena tidak kunjung beranjak menaiki motornya. Remaja laki-laki itu masih saja berdiri disana. Hal itu membuat Naza mengeryit bingung. Gadis itu mengeryitkan dahi, dan menatap Sena dengan tatapan penuh tanda tanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RusakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang