Semilir angin malam berhembus dengan sangat pelan, menggoyangkan dedaunan pohon yang ada di sekitar. Seorang pria yang baru saja pulang dari kantor, terlihat sedang duduk bersantai di balkon kamarnya yang didominasi oleh warna monokrom. Gurat lelah dan kantuk, jelas tergambar di wajah tampan seorang pria yang tak lain dan tak bukan adalah Rafael McConnor.
Kemeja putih yang digulung hingga sebatas lengan dengan rambut cokelat yang berantakan, seakan sudah cukup menggambarkan bagaimana lelahnya Rafael untuk melewati hari ini. Sidang perceraiannya dengan Alexis tadi siang dan rapat panjang yang baru berhasil ia selesaikan setelah makan malam, nyatanya berhasil membuat energinya terkuras habis.
Sedang berada di fase suntuk, Rafael pun mengambil sebatang rokok dari balik saku jasnya dan membakar ujung nikotin itu dengan korek api. Perlahan, pria itu mulai menghisap cerutunya dengan tenang. Rafael bukan perokok aktif—tapi di saat seperti ini, rasanya hanya rokok yang bisa menenangkan pikirannya.
"Apa kau pikir kau pernah mendapatkan hatinya? Ah, jangankan hatinya, apa kau pikir kau pernah menggantikan posisiku sebagai pria yang dicintainya? Bagi kami, kau hanya tumbal Rafael. Kau tak lebih dari seorang pria yang aku beri ijin untuk menikahi Alexis!"
Shit!
Suara bajingan itu!
Rafael secara refleks menghisap kencang lintingan tembakau yang ada di tangannya saat ucapan Philip tadi siang kembali terlintas di dalam kepala tanpa ia kehendaki.
Rasa kesal menjalar hingga ke sudut hatinya saat ia menyadari bahwa ucapan Philip adalah sebuah fakta yang tidak bisa dibantah. Dia dan Alexis memang tidak pernah menjalin sebuah hubungan yang melibatkan perasaan.
Perjodohan konyol dan pernikahan mereka seakan menjadi angin lalu yang tidak berarti.
Semua terjadi begitu saja.
Tak ada "kisah romantis" yang bisa dikenang di dalam pernikahan mereka. Semuanya nampak sangat datar dan abu-abu. Alexis dengan segala sifat apatisnya dan dia dengan segala kebebasannya.
Mereka tidak pernah benar-benar terhubung kecuali untuk urusan ranjang.
Untuk hal yang satu itu mereka memang telah sepakat bahwa sex akan menjadi satu-satunya penghubung di dalam pernikahan ini.
Dan jika boleh jujur, Rafael sebenarnya menikmati pernikahan ini.
Dia tidak ingin bercerai—jika kalian ingin tahu.
Ya, meski ia tidak mengharapkan pernikahan ini bertahan lama, tapi ia juga tidak pernah menyangka jika Alexis yang biasa tenang dan hanya menggunakan kata "cerai" untuk menggertaknya, benar-benar mewujudkan kata itu.
Rafael hanya tidak rela!
Dan dia tidak tahu apa yang membuatnya tidak rela!
Selain karena warisan dan harta yang dijanjikan, sikap Alexis yang tidak pernah mencampuri urusannya menjadi salah satu alasan terkuat mengapa seorang Rafael McConnor yang terkenal playboy mampu bertahan selama tiga tahun di sebuah ikatan pernikahan. Bagi Rafael, Alexis Reagan adalah definisi yang tepat dari seorang wanita berkelas yang anggun.
KAMU SEDANG MEMBACA
JANDA SANG TAIPAN (JILID 3)
RomanceSinopsis : Kehamilan tak terduga yang dialami oleh Alexis Reagan sehari setelah perceraiannya dengan Rafael McConnor, nyatanya berhasil membuat wanita itu berada di dalam kebimbangan yang tak berujung. Pergolakkan batin antara mempertahankan atau...