Malam itu hujan turun dengan derasnya, di dalam sebuah hutan nan lebat terlihat beberapa orang tengah berlarian bersama dengan menyorakan kata-kata penyemangat. Langkah kaki mereka menggema bersamaan di bawah derasnya hujan di langit Chiang Rai.
"Kalian boleh istirahat, kita akan lanjutkan usai hujan reda." Ucap seseorang dengan tubuh besar yang berdiri di depan yang lainnya.
"Siap ketua" Sahut yang lainnya serempak.
Barisan itu berhenti di sebuah rumah atau lebih tepatnya posko untuk beristirahat, bangunan kayu berlantai dua itu terasa nyaman.
Barisan itu pun membubarkan diri mereka, ada yang memilih untuk berbaring di atas gazebo berbahan bambu dan kayu hutan alami, ada juga yang memilih untuk bersantai sambil menyeruput kopi yang tersedia di sana.
"Mew!" Panggil seseorang pada seorang pria bertubuh tegap yang tengah memandang lurus ke dalam hutan sana.
"Ada apa ketua?" Tanya pria bernama Mew itu kala berbalik dan mendapati ketuanya berdiri di belakangnya.
"Bisa ikut saya ke atas." Ujarnya lalu berjalan terlebih dahulu.
Mew hanya mengangguk patuh dan mengekor di belakang sang ketua naik ke lantai dua tempat tersebut.
Krek!
"Ada apa ketua?"
"Kau duduklah dulu, dan jangan lupa menutup pintu kembali." Titah sang ketua.
"Baik ketua." Mew pun duduk di kursi di depan meja ketuanya.
"Hari ini adalah hari pertama kau menjalankan tugas untuk menjaga hutan, aku ingin menguji kekuatan mu."
"Siap ketua."
"Sekarang lepaskan semua pakaian mu sekarang."
"Siap ketua."
Mew pun melucuti semua pakaiannya hingga ia bertelanjang bulat di depan sang ketua, badan berototnya terlihat menggoda, kulit kecoklatan itu sangat mengkilap karena basah, daging tak bertulang berukuran sedang terlihat menggantung gagah dengan kepala kemerahan, tubuh tinggi itu amat sempurna, hingga membuat siapa saja yang melihatnya pasti akan jatuh cinta pada Mew, seperti para pembaca yang sedang menghayalkan tubuh Mew saat ini.
"Sekarang diam dan jangan membatah."
"Siap ketua."
Sang ketua pun mendekat ke arah Mew dan bersimpuh di hadapan Mew, wajahnya tepat berada di depan penis Mew yang menggoda itu, diusapnya kepala penis kemerahan milik Mew dengan lidah panjangnya, dijilatnya dengan ujung lidahnya kepala penis itu, hingga penis itu mulai bangun dan tenggelam di dalam mulutnya, kepala tersebut bergerak maju dan mundur, menikmati aroma khas tubuh Mew yang menyeruak dari kejantanan Mew yang kini memenuhi mulutnya.
