ZOOM [17+]

6K 170 5
                                    

Marriage life¦Drama¦Songlit¦Futa
±1.580 words

(BGM= Zoom by Red Velvet)

    Dia datang. Seharusnya dia sudah menginjakan kaki sejak dua jam yang lalu, tapi ada sesuatu yang harus ia lakukan di kantor. Itu yang ia ucapkan saat di telepon tadi.

"Ahh aku lelah sekali. Punggungku..astaga sepertinya akan retak."

Mendengar erangannya setiap dia pulang dari bekerja bukanlah hanya sekali saja, Seulgi sangat berisik beberapa hari ini.

"Hyun, apa kau hanya akan diam berdiri disitu saja? Setidaknya ambilkan minum untukku. Apa kau tidak mengerti betapa lelahnya pasanganmu ini?"

Aku mendengus. Melangkahkan kaki dengan malas menuju dapur untuk mengambil segelas air putih dan menyerahkannya pada manusia berwajah beruang itu.

"Kenapa kau selalu lembur? Apa tidak ada karyawan lain yang membantumu? Atau mengambil alih pekerjaanmu?" tanya ku kesal.

Terhitung sudah tujuh hari Seulgi lembur dan pulang lebih telat dari biasanya. Ya,  seminggu dan itu membuatku sebagai istrinya kesal menunggunya setiap malam. Aku tidak bisa tidur.

Apalagi Seulgi selalu mengeluh dan mengerang setiap pulang. Aku ingin sekali mengatakan padanya 'Behentilah bekerja!' tapi itu tidak pernah terjadi. Aku yang sebagai istri rumah tangga ini bisa apa?

"Aku terlalu berlian, perusahaan sangat membutuhkanku." ucapnya lalu bangkit dari sofa dan menyerahkan jas dan juga tasnya padaku.

Wanita spesial yang lebih muda dari ku ini lama-lama menyebalkan juga ya.

Kami sudah berpacaran dua tahun, lalu menikah selama satu tahun, apa dia mulai bosan denganku?

Seulgi pergi ke kamar mandi sedangkan aku menggantungkan jasnya dan menyadari sesuatu.

Bau parfum yang bukan miliknya.

Indra penciuman ku cukup sensitif, jadi aku bisa langsung mengetahui bahwa ini bukan aroma parfum milik Seulgi atau pun milikku. Aromanya sangat feminim seperti lavender bercampur dengan vanila, aku tidak begitu yakin.

Aku menyerah, tidak satupun orang yang bisa aku ingat dengan aroma itu, jadi ku taruh jas itu begitu saja di gantungan baju.

Mematikan lampu lalu rangkak menuju ranjang. Ah.. Kasur ini sangat nyaman.

Aku sudah bergulung dengan selimut saat Seulgi keluar dari kamar mandi. Dia mengenakan setelan piyama bermotif beruangnya lalu ikut berbaring di sampingku.

Dia dengan manis memberikan kecupan singkatnya dikeningku tapi raut wajahnya membuatku bertanya-tanya. Dia tidak senang saat melakukannya?

"Apa ada masalah di kantor?" tanyaku.

"Tidak ada." ucapnya lalu membalik badan jadi tengkurap. "Punggungku pegal."

Aku mengerti, meskipun tidak terlalu niat akhirnya ku pijat juga punggung lebar itu.

Sial. Apakah ia tidak tahu kalau tubuhnya sangat besar dan ototnya sangat keras? Tanganku terlalu kecil untuknya.

"Apa yang sebenarnya kau lakukan di kantor? Selalu saja mengerang seperti ini. Apa kau berubah menjadi kuli bangunan?" kesal ku dengan sengaja menekan lebih kuat dengan seluruh tenagaku.

"Aghh.. Pelan-pelan. Kau bisa mematahkan tulang rusukku."

"You're so loud, Kang Seulgi." ucapku geram. Sudah dari kemarin aku ingin mengucapkannya.

SEULRENE || ONE SHOOT COLLECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang