Prologue

8 2 0
                                    

Malam itu semuanya terasa sangat mencekam. Sinar bulan purnama yang perlahan tertutup awan hitam seolah ikut berduka dengan kejadian malam ini.  Suara dentingan pedang yang saling beradu memecah heningnya malam. Suara tangisan serta teriakan kesakitan terdengar sangat memilukan bagi siapapun yang berada di rumah besar itu.

Duchess Liliana, berlari tergopoh-gopoh bersama dengan pelayannya. Duchess memeluk erat bayi yang masih berusia satu tahun yang kini tengah tertidur.

Pelayan itu dengan sigap membuka pintu dan menguncinya dengan rapat setelah sang nyonya besar masuk.

“Bagunkan Elzatta!” Perintah Duchess Liliana seraya merapat selimut yang membungkus bayi kecilnya.

Gadis kecil yang masih berusia enam tahun itu mengerjapkan matanya. Melenguh pelan karena merasa tidurnya terganggu.

“Nona, bangunlah!” Pelayan itu menggoyang-goyangkan bahu Elzatta pelan.

“Ada ap-”

“LILIANA DIMANA KAU?!” Teriakan keras membuat Gadis kecil segara duduk dari tidurnya.

Melihat wajah Duchess Liliana yang tidak seperti biasanya, dan bagaimana sekarang pelayan ibunya itu dengan panik menahan pintu  masuk.

“Bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan, Sayang.” Duchess Liliana mengusap Surai panjang putrinya.

Liliana mendorong tubuh putrinya untuk masuk ke dalam sebuah lemari pakaian, ia juga meletakkan bayi kecilnya dipangkuan putrinya, “Ibu tau kau bisa menjaga adikmu, benar begitu?” Elzatta mengangguk samar.

“Dengarkan Ibu, apapun yang terjadi nanti, jangan pernah membuka lemari ini sampai kau mendengar suara kakakmu, mengerti?”

Elzatta menahan tangan ibunya yang hendak menutup pintu lemari, “Lalu bagaimana dengan Ibu dan Ayah?”

“Nyonya-” Panggil pelayan.

Duchess Liliana tersenyum hangat, senyum menenangkan yang selalu membuat suasana hati Elzatta membaik, “Kami akan selalu bersama kalian,” ucapnya terakhir kali seraya mencium kening putri kecilnya.

Pintu dibuka dengan paksa dari luar membuat pelayan itu terpental dan jatuh membentur lantai. Liliana bergerak untuk membantu pelayan setianya.

“Kenapa bersembunyi Lili? Apa kau merasa takut padaku?”

Sepuluh pasukan masuk dan mulai menodongkan pedang ke arah Duchess Liliana dan pelayannya, “Aku tidak menyangka kau bisa melakukan hal sekeji ini pada saudaramu sendiri.”

“Benar. Aku pun tidak menyangka bahwa tiba saatnya aku akan membunuh kalian berdua. Bagaimana? Apakah kau merasa terkejut?”

“Suatu saat kau akan menerima semua balasan atas kejahatanmu.”

“Dengan senang hati aku akan menunggunya, Yang Mulia Duchess Liliana Atreya.” Suara pedang yang ditarik dari sarungnya dan suara teriakan pelayan itu menjadi akhir dari perbincangan ibunya.

“Bagaimana dengan anak-anak mereka, Tuan?” Ucap seorang prajurit.

Suara tawa sarat akan kepuasan itu terdengar menggema di kamar, “Tidak perlu dipikirkan, tidak ada yang bisa dilakukan oleh anak-anak lemah seperti Benedict dan Ellyas.”

Tidak ada lagi suara yang terdengar di ruangan itu, hanya suara lemah langkah kaki yang terdengar semakin jauh.

Elzatta mengepalkan tangannya kuat-kuat. Meski ia masih kecil, ia cukup tau apa yang tengah terjadi di rumahnya saat ini.

“Kalian melupakanku. Putri keluarga Aldridge,” Sorot mata gadis itu menajam seiring dengan rahangnya yang mengeras, “Akan ku balaskan semua rasa sakit Ayah dan Ibuku.”

Gadis kecil itu menunduk, menatap Adik laki-lakinya yang bergerak tak nyaman, “Stt ... tenanglah, Kakak bersamamu,”

🐣Win

DESTRUCTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang