chap-15

523 38 13
                                    

Sebelum Tsukasa datang, dengan cepat Rui membersihkan kamarnya. Menyembunyikan beberapa alat tajam dan senjata lainnya, dan yang paling pokok adalah menyembunyikan foto Tsukasa. Apa yang akan Tsukasa pikirkan apabila Tsukasa menemukan hal itu? Rui tidak mau!

Tepat pada jam lima sore, Tsukasa sudah ada di depan kamar Rui.

"Tsukasa kun... ya... uhm.. selamat datang..." sambut Rui masih agak canggung dan takut.

Tsukasa menaruh beberapa bawaanya untuk menginap lalu berbalik ke Rui.

"Bagaimana apa kau sudah makan? Minum antibiotik mu? Lalu penambah darah da vitamin juga?" Tanya Tsukasa.

"Sudah dong..." jawab Rui.

"Gimana makanannya enak ngak?"

"Enak banget... makasih..."

"Huf... untunglah... aku tambah ekstrak sayur sedikit..."

"Apa?!"

"Bukan apa-apa..."

Rui menghelakan nafas.

Setelah mereka melakukan percakapan kecil, mereka berdua duduk di sofa.

"Kenapa kau mau menginap di sini? Maksudku... rumahku kecil seperti ini..." tanya Rui.

Tsukasa memegang tangan Rui.

"Takut kamu kenapa-napa... ini juga kan hari pertama kamu pulang dari rumah sakit... jadi aku ada niatan rawat dulu kamu sehari ini..." Tsukasa menjelaskan niatnya.

Rui memeluk Tsukasa.

"Tsukasa... sekhawatir ini sama aku?" Tanya Rui.

Tsukasa balas meneluk Rui lalu menyamankan dirinya sendiri.

"Gimana aku ngak khawatir... jam sebelas malam saat aku tidur tiba-tiba di telepon kamu masuk UGD. Aku juga takut keluar selarut itu... untung papa mau temenin keluar. Datang ke sana aku denger kamu hampir kehabisan darah kalau ngak ada yang nelepon ambulans... terus tiba-tiba aku kena tanya badan penyelidik karna ada mayat Airi deket kamu... bayangin Rui perasaan aku malam itu gimana?!" Tsukasa gemetar saat ia menceritakan tentang kejadian malam itu.

Agar dirinya tenang tangannya dengan lemah meremas Rui.

"Jangan tinggalkan aku seperti itu Rui..." lirih Tsukasa kecil.

Rui menepuk kepala Tsukasa lalu mencium dahinya

"Maaf kamu jadi khawatir gini..." jawab Rui.

Tsukasa mengangguk.

"Untung ada yang nelepon loh jam 11 malam kalau ngak, entah apa kabar..." kekeh Tsukasa.

Rui mengelus rambut Tsukasa.

"Kamu udah bilang makasih ke orangnya sayang? Kalau sudah kenalin aku ke dia ya... supaya aku juga bisa bilang makasih..." lirih Rui.

Tsukasa menggeleng

"Aku ngak tahu orangnya... kalau tahu pasti aku udah berterimakasih pada dia. Pihak Rumah Sakit menemukanmu tergeletak gitu saja tanpa ada orang di dekatmu..." lirih Tsukasa kecewa.

Rui mulai berpikir.

"Siapa dia? Kenapa dia menyelamatkanku? Padahal aku jelas yang salah... dan... siletnya... belum di temukan... apa dia..." Rui berpikir keras.

Agar Rui dapat buyar dari pemikirannya, Tsukasa menepuk pipi Rui halus.

"Kamu mikirin apa?" Tanya Tsukasa khawatir.

"Ah... ngak... aku penasaran ada orang sebaik apa yang mau nolongin aku..." jawab Rui.

Tsukasa terkekeh.

Posesive (Ruikasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang