Ding dong
"...?"
Ding dong
"Sebentar.."
Ding dong ding dong
"Ughh iya iya, [Name] datang!"
[Name] yang tadinya sedang bersantai di sofa sambil main PS terpaksa beranjak dan ogah-ogahan berjalan ke arah pintu. Lagi pula siapa yang bertamu malam-malam begini?
"Pasti Jungoo ya? Hei sudah [Name] bilang jangan– aah! Kalian, kalian pulang kenapa tidak bilang?!"
Seorang wanita dewasa berdiri di depan pintu menaikkan dagunya sambil lengannya yang dilipat di depan dada.
"Anak ini! Bukannya membukakan pintu malah berteriak."
[Name] tertawa kecil dan mengangkat bahu. "Masuk.. ngomong-ngomong paman, tidak masuk?"
Pria yang sekiranya berusia 32 tahun itu berteriak dari arah garasi. "Kalian masuk saja dulu."
"Oke."
Saat gadis itu masuk ke dalam rumah menuju ruang tamu, wanita tadi yang sempat disuruhnya masuk kini menatap garang.
Wanita itu berdecak sebal. "Apa ini keadaan rumah yang ditinggali seorang gadis?" Ujarnya menggelengkan kepala.
Ruang tamu yang dipenuhi jajanan berserakan, wastafel penuh alat memasak yang belum dicuci, dapur kacau.
"Kau buat apa? Kenapa dapur bisa begini? Astaga kau ini!"
Gadis itu terlihat antusias. "[Name] mencoba masak! Bibi mau coba? Ini [Name] dapat dari resep d*bm."
Sebuah hidangan yang disajikan tampak campur aduk sehingga terlihat aneh. Terlihat jelas itu tidak layak dimakan.
"[Name], ya ampun. Kalau kau bukan keponakan kesayanganku maka sudah dari dulu aku melemparmu ke Sungai Han!"
"Bibi, ini sudah malam loh, tidak baik teriak-teriak." Tanpa peduli, [Name] kembali melanjutkan gamenya di tv.
Sang bibi hanya bisa menghela napas.
"[Name]."
"Hm?"
Bibi mendudukkan dirinya di sebelah ponakan kesayangan nya itu. "Kau punya pacar ya?"
"Tidak."
"Bohong."
Mata [Name] memicing. "Nggak ada kok."
"Oh ya? Lalu siapa Jungoo? kau mengajak laki-laki ke sini?" Tanyanya beruntun.
[Name] terdiam. Dia hanya tertawa tidak jelas tanpa mengalihkan fokusnya dari televisi.
"Ehh... Benar ya." Sang bibi pun terkekeh. "Awas terjadi aneh-aneh."
"Bibi pikir [Name] apaan?"
"Banyak di usiamu yang sudah memiliki pacar, kalau begitu nikmatilah masa itu dan mulailah mencari pacar. [Name], kau dengar kan?!"
"Ah iya iya terserah." Jawab [Name] acuh dan tetap fokus bermain.
Bibi menghela napas (lagi). "Anak ini."
Ting
[Name] menatap handphone nya yang menyala sekilas, detik kemudian matanya melebar.
"Eh–!"
⊱༻❃༺⊰
Hari ini [Name] sampai di sekolah dengan penampilan baru. Kacamata hitam bertengger di hidungnya. Ia sudah tidak lagi memakai penutup mata yang biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗢𝗥𝗣𝗛𝗜𝗖 -【ʟᴏᴏᴋɪꜱᴍ x ʀᴇᴀᴅᴇʀ】
Action❝𝙬𝙝𝙮 𝙖𝙧𝙚 𝙮𝙤𝙪 𝙩𝙖𝙡𝙠𝙞𝙣𝙜 𝙡𝙞𝙠𝙚 𝙮𝙤𝙪 𝙠𝙣𝙤𝙬 𝙢𝙚?❞ 𝐒𝐔𝐌𝐌𝐀𝐑𝐘•°. *࿐ ╰┈➤ 𝘨𝘪𝘳𝘭 𝘣𝘦𝘺𝘰𝘯𝘥 𝘰𝘳𝘥𝘪𝘯𝘢𝘳𝘺 𝘶𝘯𝘥𝘦𝘳𝘴𝘵𝘢𝘯𝘥𝘪𝘯𝘨 𝘶𝘯𝘪𝘲𝘶𝘦 𝘢𝘯𝘥 𝘮𝘺𝘴𝘵𝘦𝘳𝘪𝘰𝘶𝘴. 【𝙵𝚎𝚖!𝚁𝚎𝚊𝚍𝚎𝚛】꒰⚘...