BAB 1

3.4K 312 5
                                    

°°°°

Jam sudah menunjukan pukul 2 dini hari dan dengan perlahan jeongwoo memasuki rumahnya, berjalan mengendap-endap bak maling dirumahnya sendiri. Kaki jenjangnya menginjak satu persatu anak tangga, keadaan yang sunyi serta lampu yang sudah padam membuat dirinya berjalan dengan hati-hati.

Saat sudah dilantai dua, tepat dimana kamarnya berada. Jeongwoo meraba pintu kamarnya, memastikan jika dirinya tak salah dan saat memutar knop pintu, pintu itu terkunci.

"Ini benar kamarku kan?" gumamnya pelan, bertanya kepada diri sendiri.

Sekali lagi jeongwoo menggerakan tangannya di pegangan pintu, dan hasilnya nihil.

Secara tiba-tiba, suara yang sangat jeongwoo kenal memasuki indra pendengarannya.

"Gak bisa dibuka pintunya?"

Dengan perlahan jeongwoo membalikan badannya, dan saat melihat orang didepannya ia tersenyum kikuk.

"Hehe, malam ma."

Rose melotot mendengar sapaan tak ada beban dari anak tunggalnya itu.

"Kemari kau anak nakal, liat ini sudah jam berapa park jeongwoo!" ucap rose lalu mengejar anaknya itu, jeongwoo dengan sigap mencari perlindungan dari sang papa yang memang sedari tadi memperhatikan istri dan anaknya.

"Berikan anakmu june, atau kau yang aku pukul." ucap rose.

"Papa, tolong aku dari monster dihadapan kita."

Ucapan jeongwoo hanya membuat api emosi rose semakin membara.

"Apa tadi? Monster?!"

"Rose sudahlah, biarkan jeongwoo istirahat." bujuk june.

Rose mendengus, "Kau ini, selalu saja membela. Sesekali jeongwoo harus dikerasin!" serunya.

"Ayo-ayo, kita lanjutkan besok pagi. Ini terlalu dini hari." June menatap ke arah jeongwoo, "Bersihkan diri lalu langsung tidur ya." lanjutnya.

"Siap, pa." ucap jeongwoo lalu langsung masuk ke dalam kamarnya saat june bilang kamarnya sudah bisa dibuka.

Jeongwoo menghela nafas lega karena akhirnya bisa terlepas dari amukan mamanya. Tanpa aba-aba jeongwoo langsung merebahkan dirinya ke kasur dan terlelap dalam hitungan detik. Ia lelah akan kegiatan yang dilakukan nya tadi diluar.

••••

Keesokan paginya, seluruh keluarga park sedang menikmati sarapan mereka. Sampai akhirnya rose yang mengingat kejadian semalam mengungkit kembali.

"Enak ya pa makan bersama kayak gini, biasanya kan enggak."

June hanya menggelengkan kepalanya, sudah terbiasa akan sifat istrinya ini.

"Kalau keluarga lain kan kadang orang tua nya yang susah untuk ikut makan bareng, kalau dikeluarga kita si anaknya."

Jeongwoo mendengus, memilih melanjutkan sarapannya.

"Pura-pura tidak dengar." ucap rose lagi.

"Aku berangkat." pamit jeongwoo, malas mendengar sindiran mamanya itu.

••••

Jeongwoo itu bukan berandal, dirinya hanya nakal. Seperti saat ini, saat baru sampai di sekolah bisa jeongwoo lihat beberapa teman seangkatannya membully adik kelas yang jeongwoo tau tak ada alasan menentu, hanya kesenangan tersendiri yang dirasakan si pembully.

"WOI, ADA GURU!" teriak jeongwoo yang membuat mereka kelimpungan meninggalkan tempat kejadian.

Saat melihat semuanya sudah pergi, jeongwoo dengan cepat menghampiri adik kelasnya.

"Lo gapapa?" jeongwoo itu pintar tapi entah kenapa pertanyaan bodoh bisa ia lontarkan disaat dirinya bisa melihat darah segar mengalir dari kaki kanan pemuda itu.

"Gapapa, makasih kak jeongwoo." ucapnya dengan terbata, dirinya takut malah jadi sasaran bully jeongwoo.

"Loh, lo tau gua?" tanyanya yang mendapatkan anggukan dari pemuda tadi.

"Wah gua terkenal dong, btw nama lo siapa?"

"So Junghwan, kak."

Jeongwoo mengangguk, lalu berjongkok membelakangi junghwan.

"Ayo naik, kaki lo parah kayaknya."

Junghwan menggeleng panik, "Gak usah kak, aku gapapa kok."

"Lo takut ya sama gua? Rumor yang bilang gua tukang bully itu bohong, mereka gitu karena ngeliat gua nakal jadi ya di cap gitu deh. Udah sini naik, daripada lo ngesot ke uks." ucap jeongwoo, setelahnya junghwan dengan perlahan melingkarkan tangannya dileher yang lebih tua.

Jeongwoo berdiri dan menyiapkan tangannya sebentar, takut-takut jika junghwan terjatuh dari punggungnya.

"Berat ya kak? Turunin aja gapapa deh, aku gak enak." ucap junghwan.

"Emang lo berat tapi gua gak selemah itu, lo makan apa bisa sampe bengkak banget badannya?" tanya jeongwoo.

"Yah kak, turunin aja deh. Serius gapapa." junghwan baper denger ucapan kakak kelasnya itu.

"Bercanda doang elah, baperan amat."

Baru saja junghwan ingin membuka mulut lagi, jeongwoo sudah memotongnya. "Diem atau gua turunin di kolam depan." ucapan jeongwoo berhasil buat junghwan mingkem.

Lucu, batin jeongwoo.

TBC

Di eps kali ini kita buat threesome masih dengan jeongwoo sebagai pihak bawah👏👏

kembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang