4. Pergi

6 0 0
                                    


Mungkin hari ini, hari esok, atau nanti
Tak lagi saling menyapa
Meski ku masih harapkanmu

●○○○●
















Hari kelulusan.
Setiap tahun pasti akan diadakan acara meriah kelulusan siswa, Kaluna mendapatkan bagian membaca puisi. Luna sangat bersemangat, cantik, memakai kebaya warna biru tua, rambut disanggul seperti kartini muda.

Dengan suara lantang dan percaya diri membacakan puisi, hari itu pun sudah berkali-kali naik podium mendapat banyak penghargaan.

Tapi,

Kamu dimana, dip?














●○○○●

"Hari itu, kau menghilang tanpa mengucap salam perpisahan,
Maaf."

●○○○●














.
.
.

"Berikan tepuk tangan yang meriah untuk anak-anak berprestasi kita, peraih juara paralel satu, dua, dan tiga. Semoga hadiahnya bermanfaat dan sukses terus kedepannya" suara pembawa acara memberikan selamat kepada kami.

Dita, Raja dan Kaluna, sedang tersenyum diatas podium sambil memegang piala masing-masing, mendekat untuk sesi foto bersama.

Rasanya bangga, pasti. Hari itu kami berbahagia, satu kata,

LULUS.

Akan melanjutkan jenjang berikutnya.
Tanpa menyadari, setiap kata lulus selalu disertai perpisahan.

Sudah tidak begitu memperhatikan teman-teman, kami fokus pada keluarga dan penampilan masing-masing. Masih bocah ya.

Tapi, ada satu yang selalu Luna cari.

Dia tidak datang.

Nakula Adipta.

Aku tidak ingat selain kamu tidak datang, aku hanya menyesal dan ingin berucap maaf, dip. Maaf karena aku lagi-lagi menolak mu hari itu.

Kembali dihari-hari sebelum kelulusan.
Runa. Salah satu teman kelas Luna, menghampiri Luna dan Nakula yang sedang mengobrol. Tidak sepenuhnya mengobrol karena ada keributan kecil disana. Biasa, Nakula yang terus menggoda.

"Nakula suka sama Luna ya?" Tanya Runa tiba-tiba.

Tidak ada jawaban selama 10 detik, Nakula hanya diam. Tidak mengalihkan, tidak ada ucapan apapun, hening. Runa masih menunggu.

Sejujurnya Luna juga penasaran apakah benar jika Nakula menyukainya, karena selama ini hanya Alfan atau Arkan yang bicara.

"Cie Luna disukain Nakul" karena tidak ada jawaban Runa menyimpulkan sendiri. Namun, nada nya itu loh meledek sekali, membuat kesal.

"Apaan sih nggak ih"

Ya, itu jawabanku. Aku yang tak bisa dihitung sudah berapa kali menolaknya. Bahkan di depan Runa -yang tidak begitu dekat.

Tak seperti biasa, bukannya tertawa, Nakula pergi. Ia keluar tanpa mengucap apapun.

Aku munafik, dip. Aku suka kamu menyukaiku. Tapi kenapa kamu pun sulit untuk mengatakannya? Kamu bisa ajari aku seperti kamu ajari game mu itu. Aku mau jika belajar dari mu.

.
.
.











●○○○●

Agustus 2014. Aku rindu.

●○○○●











.
.
.

Luna berhenti menatap bangunan sekolah SMP nya, sehabis mengambil ijazah di sekolah lama tadi. Lagi-lagi Nakula tidak hadir. Mungkin terlalu sibuk, atau malas.

Luna sendirian, teman dekatnya berpisah semua, tanpa terkecuali.

Dita, ina, Alfan, Arkan, Yeriko, berlanjut ke boarding school yang berbeda. Jina ke SMP yang lebih jauh, Nakula yang sempat tidak ada kabar ternyata masuk sekolah Agama.

Untung masih ada Runa, jadi tidak terlalu sepi. Ada Putra juga hanya saat itu sudah tidak tegur sapa, malu mungkin karena sudah remaja.

Terkadang Luna merindukan mereka, terlebih pada Nakula yang tidak pernah terlihat lagi.

Saat itu Luna hanya bisa berdoa, semoga Nakula selalu bahagia.

Sebenarnya Luna pun tidak mengerti perasaan apa yang sedang ia alami. Luna selalu bertanya pada Tuhannya, apakah boleh jika menyukai hambanya yang satu itu?

Kaluna bingung, setelah menyukai lalu apa yang bisa dilakukan?

Setiap hari, Kaluna selalu mencari, apa maksud dari semuanya.

Sampai akhirnya, Luna berhenti.

.
.
.

"Tuhan, aku tidak tahu maksud perasaan ini untuk apa, jika memang untuk berpasangan seperti mama dan papa aku mau, tapi jika tidak pun tidak apa, tapi biarkan aku bahagia dengan perasaan ini"  -Kaluna, 2014.

Kamu harus tahu bagian ini, dip. Aku selalu berdoa yang tidak jelas pada Tuhanku. Aku pikir ini hanya cinta monyet yang akan hilang seiring kamu menghilang.

Selamat, Nakula Adipta. Kamu berhasil membuat Kaluna Agninata menggalau untuk pertama kalinya.

.
.
.

Lee Haechan
as
Nakula Adipta

Lee HaechanasNakula Adipta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.

-A. Kaluna. 2022

Nakula Adipta || LHC Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang