19

40 6 29
                                    

Suara tendangan terdengar sampai luar ruangan mereka berlatih. Siapa lagi kalau bukan Raya. Sedangkan Travis, sedari tadi ia hanya memegang samsak untuk targetan tendangan Raya.

Setelah mendapatkan surat dispen dari guru, mereka pergi berlatih di tempat yang sudah disediakan oleh pihak sekolah yang memang untuk digunakan para atlet karate berlatih.

Mereka berdua harus mengejar target untuk kejuaraan nasional yang akan dilaksanakan sebulan lagi.

Sengaja Travis mengajak Raya latihan agar emosi yang ada didalam tubuh gadis itu keluar dengan cara melampiaskan emosinya lewat latihan.

"Huhh."

Deru nafas Raya tidak beraturan. Bahkan kuncir rambut miliknya sudah terjatuh membuat rambut panjang miliknya tergerai bebas.

Travis mendekat ke arah Raya yang tengah berdiri. "Keluarin semua emosi lo. Kalau lo capek, nangis aja gak papa." ucapnya seraya memeluk tubuh Raya yang sudah bergetar.

Hangat dan nyaman. Itu yang Raya rasakan ketika Travis memeluk tubuhnya. Saat ini yang ia butuhkan adalah pelukan untuk menenangkan diri.

"Gue takut, gue lemah." lirih Raya tepat disebelah telinga kiri Travis.

"Lo kuat Ray. Ada gue disini. Jangan takut dan jangan pernah lo nyalahin diri sendiri terus."

"Lo bisa Raya."

Ucapan Travis barusan membuat Raya sedikit tenang. Di saat keadaannya tengah emosi seperti ini, biasanya Mahesa yang memeluk dan mendengarkan keluh kesahnya.

Travis melepaskan pelukannya lalu memegang kedua bahu Raya.

"Sekarang lo fokus latihan, fokus buat kejuaraan nasional nanti oke?"

"Gue yakin kita bisa merebut medali emas." ucap Travis meyakinkan Raya.

Mereka berdua melanjutkan latihan dan mungkin sampai sore.

Waktu berjalan begitu cepat. Jam dinding di aula khusus latihan sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB. Travis dan Raya membereskan peralatan yang mereka pakai tadi latihan.

"Gue anter pulang." ucap Travis memegang lengan kanan Raya.

"Gue bisa mesen gojek." balas Raya.

"Lo lupa sama dare dari Arsen?" tanya Travis.

"Iya inget. Gak usah kelamaan. Buruan."

Setelah itu, Raya keluar lebih dulu kemudian disusul oleh Travis.

Sesampainya di kediaman rumah Raya, Travis mematikan motornya tanpa melepaskan helm full face nya.

"Udah sana pulang." usir Raya.

"Bukannya bilang makasih malah ngusir." sindir Travis.

"Makasih."

"Gak ikhlas banget bilangnya."

"Lama-lama ngeselin banget lo."

"Iya tau, love you too." balas Travis melenceng sangat jauh melampaui batas.

"Pulang gak? Apa mau gue tendang dulu hm?" ancam Raya yang sudah siap menendang pemuda berperawakan tinggi di depannya.

Belum sempat melancarkan aksinya, Raya menoleh ke belakang karena ada seseorang yang membuka pintu rumahnya.

"Ada apa sih ini, berantemnya kedengeran sampai dalem loh." ucap Mama Santi yang berdiri di samping anak gadisnya.

"Aku mau ditendang sama Raya nih ma. Jahat banget." adu Travis membuat Raya mendelik kesal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TRAVISRAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang