5

3.2K 277 6
                                    

Pulang

Tempat dirindu

.................

Yang ternyaman untuk dirindukan. Hanya sebuah bangunan mewah bercat putih dengan gaya American classic, dengan taman yang ditumbuhi berbagai jenis tumbuhan yang memberikan kesan teduh walaupun ada di komplek perkotaan.

Jaemin menatap langit-langit kamarnya yang bernuansa teduh dengan cat white blue yang di padukan, ditambah beberapa figura foto dirinya serta keluarga besarnya.

Ia tersenyum kecil mengingat bahwa sekarang ia menyandang marga Choi. Siapa yang tak kenal dengan keluarga Choi, keluarga yang sangat di hormati karena memiliki bisnis yang sudah tersebar di berbagai belahan dunia.

Dulu ia hanya terbiasa tidur di kasur tipis, bawaan tempat kos yang ia tinggali. Kos yang bahkan harganya sangat murah, namun mengingat Jaemin yang harus membagi gajinya untuk keperluan sekolah dan biaya hidup semua terasa sulit tatkala waktu telah menunjukkan akhir bulan.

Ia bahkan tak pernah terbayang bisa merasakan tidur di kasur king size dengan AC yang bisa ia kontrol sesuka hati.

Tanpa sadar, air matanya terjatuh. Hidup yang ia bayangkan akan berakhir setelah keputusan bodoh yang ia pilih untuk mengakhiri hidupnya, ternyata berbalik dengan segala hal yang mengejutkan.

Ia melirik jam dinding yang masih menunjukkan pukul 13.45. Setelah pagi tadi ia dinyatakan sudah boleh pulang, ayah serta ketiga kakaknya dengan semangat mengemasi barangnya. Tentu saja dengan Jaemin yang hanya duduk manis memperhatikan.

Setelah pulang ia terus di suruh istirahat dan berakhir tertidur. Tapi saat ia membuka mata rasanya sepi, ahhh memang waktu sangat mendukung untuk overthinking.

Cklek

Jaemin menoleh tatkala pintu kamarnya terbuka menampilkan sosok Jeno dengan senyum sabitnya.

"Abang kira adek masih tidur, soalnya abang ketuk pintunya nggak nyaut". Jeno mengambil tempat di pinggir kasur dan ikut merebahkan dirinya di samping Jaemin.

Jaemin melingkarkan tangannya pada Jeno."Abang.... Adek laper".

Jeno tersenyum lalu mengusap surai yang lebih muda.

"Yuk turun nanti Abang masakin, apa mau makan di kamar aja? Nanti Abang bawain ke sini".

Jaemin menggeleng."Adek pengen sekalian jalan, tadi aja turun dari mobil di gendong sama mas".

"Lah baru aja mau Abang gendong".

"Nooooo adek mau jalan, adek udah sehat Abang, kalok dari kamar ke dapur aja harus di gendong ntar nggak jalan-jalan".

"Iya dehh, yukk". Jeno mengalah.

..........

Sembari menunggu sang Abang yang dengan riang memasak, Jaemin memperhatikan sekelilingnya hingga ke sudut. Terasa sangat mewah, namun sangat sepi.

Jaemin tahu bahwa ketiga kakaknya itu sudah menempuh pendidikan di perguruan tinggi, dan mungkin ia akan terbiasa akan hal ini. Mengingat Jaemin belum pernah menginjakkan kaki di sekolah negeri pada umumnya.

Asik menyelami rasa penasarannya, Jaemin tidak sadar bahwa Jeno bahkan sudah menyajikan makanan yang ia masak untuknya.

Sederhana namun saat Jaemin tersadar dari lamunannya ia tersenyum, hatinya menghangat.

"Mas nggak ikut makan?". Jaemin bertanya pasalnya hanya ada piring di hadapannya dan Jeno yang lebih memilih untuk memperhatikan saat ia makan.

"Udah tadi dek, pas kamu tidur kita udah makan, mau dibangunin nggak tega pules banget soalnya. Udah sekarang adek makan, minum obat, terus istirahat lagi".

ADEK || 00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang