Chapter 22

485 32 247
                                    

Gedung Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Republik Indonesia.

Menteri luar negeri Salwa terlihat bingung saat melihat Putri Lumies dari Altaras ada dihadapannya, entah apa alasannya kemari... Salwa punya beberapa teori sih.

"Jadi, tuan putri... Ada apa tujuan anda kemari?" Tanya Salwa sambil mengambil secangkir kopi.

"Tujuan saya kemari adalah untuk menyerahkan ini, surat permintaan maaf kami yang sedalam-dalamnya tentang tenggelamnya keempat kapal kalian di wilayah kami... Itu adalah ulah Partisan yang sangat tidak suka dengan Parpaldia." Ujar Lumies sambil meringis.

"Lah, gak suka sama Parpaldia kenapa sampai menyerang kami yang tidak ada memprovokasi mereka?" Tanya Salwa keheranan.

"Karena hubungan dekat Indonesia dengan Parpaldia yang mengakibatkan mereka memandang kalian sama saja dengan mereka... Ayah saya juga sudah mencoba bernegosiasi ke mereka, tapi malah diserang, untung saja Royal Guard Altaras dapat menyelamatkan Ayahanda saya." Ujar Lumies.

"Kacau sekali, huh... Jadi kamu kemari hanya untuk memberi permintaan maaf dan informasi mengenai partisan?" Lumies menggeleng dan memberi sebuah folder berisi foto yang berwarna... Nampaknya diambil dari kamera DSLR yang dijual Indonesia.

"Ksatria Naga kami melihat Armada kapal perang yang berlayar melewati Altaras dan mengarah ke Philades... Jadi ada baiknya jika ini kami serahkan ke anda." Salwa mengambil salah satu foto dan melihatnya secara intens.

Salwa melebarkan matanya... Ini mah kapal Perang kelas Kongou sama Nagato, gimana mereka ada disini- Oh iya... Salwa baru ingat ada negara yang memiliki level teknologi yang sama dengan Perang Dunia kedua... Gra Valkas.

"Begitu... Soalnya Armada Mu sudah mengikuti mereka dari beberapa hari lalu, entah apa tujuan mereka sampai berlayar sejauh ini... Terimakasih atas semuanya, Tuan Putri." Salwa berdiri diikuti Lumies.

"Sama-sama, Nyonya Menteri." Setelah berjabat tangan, Lumies pun keluar dari ruangan Salwa.

Salwa pun merenung sebentar dan langsung cepat-cepat menghubungi Presiden Wijaya.

Kamp sementara Raja Iblis, Benua Grameus.
2 Agustus 1639.

Nosgorath menghela nafas sekian kalinya dalam sejam... Dia tidak habis pikir, bagaimana caranya manusia dapat mengalahkan pasukannya?! Kalau dulu dia paham karena Utusan dari Dewa Bulan menghajarnya dekat senjata yang sungguh mengerikan, tapi sekarang nampaknya manusia semakin berkembang terlalu pesat...

Dia sekarang saat ini sedang memikirkan rencana baru untuk mendobrak tembok sialan itu tanpa mengalami kekalahan lagi, nampaknya dia harus menggunakan beberapa perlengkapan Master nya untuk menang di Pertempuran berikutnya. Nosgorath pun berencana mengambil suatu pusaka yang ditinggalkan oleh penciptanya dahulu, Kekaisaran Ravernal.

Dia membawa pasukan yang cukup besar untuk mengawalnya ke kuil penyimpanan pusaka tersebut, setelah mendapatkannya, dia tidak akan terkalahkan! Atau itu yang dia pikirkan... Tanpa dia sadari, semua kegiatannya dipantau dari jauh oleh sosok raksasa hitam.

Nosgorath bergerak dengan pasukannya dengan dilindungi gelapnya malam dan dengan pelan akhirnya mereka sampai disebuah Kuil tempat Pencipta nya menyimpan alat perang yang super hebat. Nosgorath tersenyum lebar dan mulai menggali kuil tersebut menggunakan sihir dan diikuti anak buah monsternya yang lain, sedangkan monster yang kecil kayak Goblin disuruh membuat perimeter pertahanan.

Beberapa saat menggali, Nosgorath akhirnya menemukan pintu besar yang dapat dia masuki, dengan usaha yang cukup, pintu pun terbuka dan Nosgorath pun berjalan masuk dan pintunya dijaga oleh Blue Ogre dan Red Ogre.

Summoning GarudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang