BAB 4 💮

3 2 0
                                    

Pada jam istirahat seperti ini pasti semua murid berkumpul di kantin sekolah untuk mengisi perut mereka yang sudah di demo oleh cacing cacing di perut, tak lain halnya dengan Serena, Adara, Aska, Barra tetapi Arvin tak terlihat batang hidungnya se...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pada jam istirahat seperti ini pasti semua murid berkumpul di kantin sekolah untuk mengisi perut mereka yang sudah di demo oleh cacing cacing di perut, tak lain halnya dengan Serena, Adara, Aska, Barra tetapi Arvin tak terlihat batang hidungnya sedari tadi.

Keempat anak manusia itu dengan hidmat menyantap makanan yang ada di depannya dengan sesekali diselingi guyonan.

"Nah itu dia si kunyuk akhirnya muncul juga" celutuk aska yang melihat Arvin datang dengan Ciara yang ada digandengannya.

Arvin seperti biasa duduk di sebelah Serena dan Ciara di sebelahnya juga, jadi posisi Arvin diapit oleh kedua gadis cantik.

"Lo ngapain sih bawa dia kemari bikin sepet mata aja" protes Adara yang berada tepat di depan Arvin.

"Kalau ngomong jangan suka bener dong" timpal Aska.

"Udah deh kalian berdua tuh apaan sih, Ciara temen kita juga" jawab Seren sembari menatap tajam Aska dan Adara yang dibalas dengusan oleh keduanya.

Aska dan Adara memang tidak menyukai Ciara padahal Ciara tidak pernah berbuat jahat kepada mereka, tapi kata Aska dan Adara, Ciara itu merusak suasana karena dia menempeli Arvin terus padahal Arvin sedang berkumpul dengan temannya, bukannya apa tetapi mereka juga ingin seperti dulu yang lebih leluasa membahas ini itu sebelum hadirnya Ciara di tengah-tengah mereka.

"Kamu mau pesen apa?" Suara Arvin mengintrupsi ketegangan mereka.

"Samain aja" jawab Ciara tersenyum manis.

Seperginya Arvin untuk memesan makanan mereka semua melanjutkan makanan dengan tenang tanpa suara. Tak berselang lama Arvin datang dengan dua nampan di tangannya.

"Nih habisin"

"Pasti dong ay"

Berasa dunia milik berdua, Arvin dan Ciara saling suap menyuap tanpa memperdulikan keempat temannya.

"Gua udah selesai, duluan ya" ucap Serena segera pergi dari bangkunya. Sungguh dia muak tapi apa yang bisa dilakukan oleh Serena, dia siapa? Dia tidak ada hak untuk cemburu. Perasaannya adalah tanggung jawab Serena bukan Arvin. Kepergian Serena menghentikan kegiatan mereka dan memfokuskan kepada gadis cantik itu, tak terkecuali Arvin Adhitama.

Serena menampakkan kaki jenjangnya menyusuri lorong sekolah dan berakhirlah langakahnya ke toilet wanita, Serena masuk dan mengunci pintu dari dalam. Dia melihat siluet dirinya yang tengah berdiri di depan cermin toilet, entah dari kapan air matanya meluncur bebas.

"Vin, gua cape! Gua cape sama perasaan gua sendiri!" Pada akhirnya semua tumpah ruah, perasaan yang sedari tadi di tahannya kini sudah melebur.

Serena mengusap kasar matanya lalu mencuci wajah agar tak terlihat kalau habis menangis, dia harus mulai lagi bersandiwara. Setelahnya Serena membuka pintu toilet wanita, dia terkejut akan ke hadiran Aska.

"Lo ngapain di depan pintu toilet cewek?"

"Nungguin lo"

"Gila lo ya !"

"Seren kalau lo sayang sama orang jangan di pendam sendiri tapi berjuang"

"Ngaco ! Siapa yang suka sama siapa coba"

"Tadi gua denger adek kelas gibah katanya kalau suka sama orang jangan di pendam ntar jadi bom waktu"

" Ya ya terserah lu dah" setelah mengucapkan itu Serena melangkahkan kakinya meninggalkan Aska yang aneh menurutnya.

"Tungguin dong! Gitu aja ngambek lo"

Kringgggggggggg.......

Bel pulang sekolah telah berbunyi semua murid meninggalkan sekolah mereka tercinta ini, kelima sahabat itupun juga beriringan menuju parkiran sekolah.

"Lo bareng sama gua" ucap Arvin tak terbantahkan.

"Maksa amat pak" jawab Serena menahan senyumnya.

"Kalau ga mau ya udah"

"Dih gitu aja ngambek" Akhirnya Serena naik di motor kesayangan Arvin.

"Gua duluan" pamit Arvin kepada teman-temannya.

"Yoi bro" jawab mereka serempak.

Motor kesayangan Arvin pun melaju meninggalkan kawasan sekolah dan membelah jalanan dengan kecepatan sedang.

"Pegangan lo ntar jatuh gua diamuk mak bapak lo"

"Cari kesempatan dalam kesempitan ya lo"

"Enak aja, udah dibarengin nglunjak lo"

"Gua ga minta lo yang maksa!"

"Tapi lo mau"

"Pegangan cepet!" Arvin menarik tangan Serena untuk melingkar di perutnya. Tentu saja hal ini membuat jantung Serena serasa ingin copot.

15 menit mereka menempuh perjalanan dari sekolah menuju rumah Serena. Setelah gerbang dibukakan oleh Pak Hari satpam rumah Serena, arvinpun langsung masuk ke halaman rumah.

"Trimakasih" ucap Serena melepas helm dan memberikan kepada Arvin.

"Yoi, ga di suruh masuk nih?"

"Ooh iya lupa, yuk masuk vin"

"Ga usah deh kapan kapan aja gua mau jalan sama Ciara ntar"

"Gitu ya" Serena langsung menundukkan kepalanya agar Arvin tidak bisa melihat raut wajahnya yang berubah.

"Ya udah gua pamit" Arvin pun meninggalkan halaman rumah Serena. Serena masih diam di tempat menatap punggung arvin yang makin menghilang, tetapi Arvin lupa membawa hatinya yang tertinggal di dalam diri Serena.

"Vin gua suka sama lo"

"Lo indah tapi sayang keindahan lo ga bisa gua gapai" ucap Serena lirih dan tersenyum manis merutuki hatinya yang kurang ajar sudah melewati batas.

"Lo indah tapi sayang keindahan lo ga bisa gua gapai" ucap Serena lirih dan tersenyum manis merutuki hatinya yang kurang ajar sudah melewati batas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Hai hai kembali lagi nih sama Serena dan Arvin.

Maaf ya lama soalnya selesain UAS, sering di php dosen. Sakit mana nih di php Arvin apa di php dosen??🤫

SHADOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang