Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Arvin memasuki kawasan rumah yang bisa dibilang besar itu, dia memarkirkan motornya di garasi sebelah rumah. Dilihatnya sudah ada beberapa motor disini yang pasti itu milik kedua temannya. Arvin melangkahkan kaki jenjangnya menuju pintu utama dan mengetok pintu, dia langsung disambut oleh asisten rumah tangga yang ada di rumah itu. Setelah dipersilahkan Arvin segera masuk ke dalam dan menuju ruang tamu tempat temannya berkumpul.
"Mana Seren?" Serobot Arvin langsung duduk di sofa sebelah Barra.
"Vin kalau masuk rumah orang tuh assalamualaikum dulu kek bukan langsung nyrobot masuk aja" jawab Aska melirik Arvin tapi hanya diacuhkan oleh Arvin.
"Dia ada dikamar ganti baju" suara itu bersumber dari Barra yang ada disebelahnya.
"Loh udah sampai? Pacar lo mana?" Seren bertanya pada Arvin sembari menuruni anak tangga, kamar Seren terletak pada lantai dua.
"Pulang"
"Sewot amat jawabnya" Seren mendudukkan diri di sebelah Arvin, sofa yang digunakan mereka bertiga memang cukup besar oleh karena itu mereka bisa duduk bersama.
"Ren lo kan cantik dan baik hati, ini kita ga dikasih makan apa gimana?" Tanya Adara.
"Iya nih Ren laper nih cacing di perut gua pada demo" ucap Aska dengan mengelus perutnya menampilkan ekspresi sok cute.
"Dari pada cium pantat panci mending cium lo deh Dar" Dara langsung melayangkan bantal yang ada di sebelahnya pada Aska.
"Hadeh kalian ga bosen apa berantem mulu?"
"Kalau dia ga ngeselin ga mungkin gua kaya gini sama si kunyuk Vin!"
"Terserah lo pada udah"
"Kalian berdua diam dan tunggu disini gua panggilin mbak buat nyiapan makan" Seren beranjak pergi menuju dapur untuk memberitahu mbak agar menyiapkan makan bagi teman-temannya.
Beberapa menit kemudian makanan telah siap, mereka semua berjalan menuju dapur milik keluarga Seren. Arvin duduk di sebelah kanan Seren, sedangkan Aska, Adara dan Barra duduk di depan mereka. Seren mengambil piring Arvin lalu mengisinya dengan nasi.
"Mau lauk apa?"
"Ayam sama sambal goreng tempe aja"
"Ga makan sayur?"
"Lo tau gua ga suka sayur"
"Lo harus makan sayur Vin, mau lo sembelit?"
Seren mengambil sayuran di piring Arvin dan memberikannya setelah terisi penuh. Interaksi keduanya tanpa mereka sadari mengalihkan atensi ketiga temannya, mereka hanya melihat bagaimana Seren melayani Arvin bagaikan suami istri. Andai Arvin bisa melihat ketulusan Seren tapi nyatanya hati Arvin beku untuk Seren, Arvin memanglah seperti itu selalu baik ke semua orang terutama perempuan, yang harus kalian tau hanyalah Seren yang diperlakukan spesial selain pacarnya tentu saja.
"Lo berdua mending nikah aja dah" celutuk Aska.
"Dia sahabat gua Ka, ga mungkin" deg, hati Seren seperti teriris pisau tajam "ga mungkin" kata Arvin itu sukses melukai hati seorang Serena. Serena hanya bisa menunduk diam, dia memainkan sendoknya dan mati-matian menahan air matanya untuk tidak jatuh.
Barra yang menyadari itu mengalihkan pembicaraan "mending lanjut makan ga usah berisik" dia melirik raut muka Seren yang ada didepannya. Mereka melanjutkan acara makan dengan tenang dan sesekali bercanda.
Mereka kemudian menonton film di ruang tengah sehabis makan, posisi duduk mereka tetap sama seperti tadi sebelum makan. Tak terasa hari sudah menunjukkan pukul 20.00, Adara tadi sudah berpamitan kepada orang tuanya kalau mau main ke rumah Serena, orang tua Adara selalu mengizinkan jika dia kesana karena mereka yakin anaknya itu tidak akan macam macam disana, terkadang orang tua Adara menyuruh tidur disana saja kalau pulang kemalaman.
"Sinian" Arvin sedikit menarik lengan Serena.
"Lo takut?" Tanya Serena menoleh ke Arvin dan menggeser tubuhnya mendekat.
"Engga, ngaco!", Tetapi omongan memang tidak selalu selaras dengan tindakan. Nyatanya sekarang Arvin malah memeluk erat Serena sembari menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Serena.
Dua jam setengah mereka menikmati film horor, awalnya semua orang semangat untuk menonton tapi ketika hantu sudah bermunculan mereka segera menutup mata dan menyembunyikan wajahnya, bahkan Aska tak hentinya berteriak sampai film itu berakhir. Aska yang biasanya banyak celoteh tapi ini malah ketakutan dan hampir menangis, sungguh lucu sekali sahabat Seren yang satu ini.
"Udah jam 10, pulang yuk besok sekolah kita" ajak Barra kepada Aska dan Arvin, sedangkan Dara memutuskan untuk menginap.
"Ayo dah" jawab Aska
"Kita pamit Ren, Dar" pamit Barra kepada kedua temannya.
"Iya hati hati dijalan"
"Kaya lagu dong Ren". Guyon Aska menyahuti. Ketiga temannya itu melangkah keluar dari rumah Serena dengan diantar oleh Seren dan Dara.
"Iya hati hati jangan ngebut" jawab Serena sambil tersenyum manis dan dibalas anggukan oleh Arvin.
Serena menatap Arvin yang sudah pergi dari rumahnya, sungguh hati Serena ingin sekali merasakan bagaimana menjadi kekasih seorang Arvin Adhitama tetapi semesta mungkin tidak mengizinkan Serena untuk memiliki hati Arvin, kata Arvin ketika sedang makan tadi membekas dipikiran Serena, Seren tau memiliki rasa kepada Arvin hanya menyakiti dirinya tetapi mau bagaimana lagi kita tidak bisa memaksa dimana hati kita berlabuh.
Setelah semua teman Serena dan Adara pergi, mereka berdua masuk kedalam rumah tak lupa menutup pintu depan. Serena dan Adara menaiki tangga menuju kamar Serena, mungkin mereka berdua akan maraton drama sampai subuh, begitulah kedua sahabat ini jika menginap satu kamar, dan itu pilihan terbaik Serena untuk sejenak melupakan rasa sakit hatinya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hai Serena dan Arvin balik lagi nih !
Jangan lupa votenya, trimakasih sudah mempir ke ceritaku 🙏