CHAPTER 3

3 2 1
                                    

Jeon ini adalah seorang mantan narapidana, Jeon pun sudah mengatakan kepada Pak Purna bahwa dia mantan napi, dia di beri hukuman' penjara selama lima tahun karena di tuduh melenyapkan nyawa teman kelasnya saat usia 20 tahun.

Meski Jeon menyangkal hal itu, bukti di hari persidangan sangat kuat hingga membuat dia di penjara, setelah lima tahun berada di jeruji besi, keluarga korban mencabut tuntutannya, karena alasan tertentu. Jeon pun bebas, meski begitu dia selalu berharap, tinggal lebih lama di penjara dari pada harus bertemu dengan keluarganya.

Ayah Jeon yang seorang pengacara pun tak mampu untuk membela anaknya di pengadilan, mulai saat itu Jeon membenci ayahnya.

Pria dengam tatto di tangan kanannya itu melangkah menuju kamar yang di tunjukkan oleh Pak Purna tadi sembari menarik koper berwarna putih. Bersih dan terawat, kamar itu layak untuk di huni, tak sia-sia Jeon mengeluarkan banyak uang untuk menyewa kamar di sini.

Jeon menata pakaian pada lemari yang memang sudah di sediakan. Meski pakaiannya hanya beberapa pasang, Jeon akan tetap menggunakan fasilitas itu, untuk apa di bayar jika tidak di gunakan.

Setelah selesai dengan beberpa aktivitasnya, tubuhnya dia regangkan di atas kasur. Tak lama, ia pun tertidur.

...

Seperti biasa, Suga akan keluar dari kamarnya saat pukul delapan malam. Dengan wajah datarny, dia menatap Joon yang tenga duduk didepan tv di ruangan tengah.

"Sinis banget bang," ujar Joon saat Suga melewatinya.

"Mau kemana lu! Pulang cepet yah! Awas aja! Huh!!" Lanjut Joon mendumal. Meski umurnya sudah terbilang dewasa, Joon masih tetap seperti seorang pemuda seumuran suga dan lainnya, bukannya kekanak-kanakan, dia hanya ingin menyesuaikan diri dengan para penghuni kost dan tidak terlalu banyak menekan orang-orang yang ada di rumah itu.

"Makan malam siap!" Sebuah pekikan dari arah dapur membuat Empat pemuda yang tenga duduk bersantai sembari menonton TV dan bermain ponsel, berdiri serempak menuju dapur.

"Makan apa nih?" tanya Vee tak sabaran.

"Lah? Inikan masakan tadi siang? Lo masak atau nggak sih?" Jhope mendumal dengan tatapan heran pada  Kim

"Gue panggil Pak Purna dulu yah!" Seakan tau Jhope akan adu mulut dengan Kim, Vee bergegas meninggalkan mereka.

Jika Jhope dan Jimin sedang adu mulut, tunggu saja hingga pagi baru mereka akan selesai, mereka persis seperti seorang gadis yang memperebutkan Pria.

"Makan yang ada aja, bawel banget!" Ketus Jimin lalu duduk.

"Lo juga, katanya nyokab lo mau dateng, mana? Kok nggak dateng-dateng," gerutu Kim ikut duduk.

"Kok nyalahin nyokab gue sih? Kalau males masak bilang aja malas, malah...,"

"Sssttt udah! Nggak baik kayak gitu di depan makanan," potong Joon.

Joon, Kim, Jhope, dan Jimin kini duduk menunggu Pak Purna ikut makan. Setelah menunggu sekitar tiga menit, Pak Supra bersama dengan Vee tiba di dapur dan langsung duduk.

"Loh? Jeon mana? Kalian nggak aja dia makan?" Tanya Pak Purna saat menyadari bahwa Jeon tidak ikut duduk.

"Jeon siapa Pak?" Tanya Vee.

"Oh... Namanya Jeon...," Bisik Kim pada Jimin.

"Di kamar 7 tuh, coba di panggil," ujar Pak Purna lagi.

Vee bangkit dari duduknya, lalu berjalan ke ujung menuju kamar dengan tulisan nomor 7 di depan pintu. Dengan perasaan canggung, Vee mengetuk pelan kamar yang setau Vee sudah setahun kosong katanya.

Tok... Tok... Tok...

Vee mundur sedikit saat merasa pintu itu akan terbuka, ia melirik siapa yang akan keluar. Jeon melihat sedikit dari balik pintu, melihat siapa yang telah menganggu tidurnya.

Vee menelan salivanya kala melihat wajah sangar Pria itu, Jeon mengenakan baju tanpa lengan dan otomatis tangan bertatonya terekspos.

"Apa?" Tanya Jeon dengan wajah yang hampir ingin marah.

Vee meremas celana pendeknya, "ma-makan malam, he he," ucapnya gugup dengan sumringah yang terlihat terpaksa.

Jeon menghela nafas lalu kembali menutup pintu kamarnya. Vee pun menghela nafas panjang, lalu mengendik ngeri dengan ekspresi Jeon tadi.

Jeon lebih menyeramkan dari pada hantu. Vee yang masih merasa ngeri akhirnya kembali ke dapur setelah tidak ada urusan lagi.


   

kos-an pelarian | on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang