CHAPTER 2

7 2 3
                                    

"Traktir dong!" Seorang pemuda yang mengenakan seragam SMA dan seumuran dengan Vee terlihat sedang memeras pemuda berwajah imut itu.

"Gue... Nggak bawa uang jajan," jawab Vee dengan suara yang sedikit bergetar.

"Bohong aja lo. Tas lo gue periksa yah?" Ucap pemuda itu lalu terkekeh kecil.

Vee sekarang ini berada pada koridor sekolah, meski banyak yang melihatnya sedang di peras, tak ada yang peduli dengannya.

Pemuda dengan name tag Tian itu terus saja memaksa Vee agar mau memberikannya uang untuk makan siang. Vee selalu saja seperti itu, di peras karena ia tidak pernah melawan jika dalam posisi seperti ini. Tapi, sekarang Vee akan memberanikan diri untuk melawan, agar tidak di peras lagi oleh teman sekelasnya itu.

Ransel milik Vee di rampas oleh Tian, saat hendak membuka ransel milik Vee, Vee mengatakan,  "Gue bilang nggak ada!" Ucapnya dengan lantang lalu menarik ranselnya kembali.

Lalu apa yang akan terjadi? Apa kalian mengharapkan Vee akan memukuli berandalan yang sering memerasnya itu? Atau mungkin Vee tiba-tiba menjadi pria keren dengan aksi tinjauannya? Tidak, itu tidak akan pernah terjadi.

PLAK

Kepala Vee di getok mengunakan sebuah buku yang sudah di putar-putar layaknya sebuah hotdog. Vee memegangi kepalanya sembari meringis.

"Kalau ngomong sama gue, suaranya di kecilin! Nggak ada sopan santunnya nih bocah!"

Vee masih memegangi kepalanya, dia terdiam tidak melawan. Kalian tahu 'kan? Vee akan mendapatkan apa jika dia menolak memberikan uang? Resiko menjadi anak orang kaya dan hanya bisa diam itu sangatlah berat. Anak manja yang hanya tau meminta uang, itulah Vee. Jadi, jangan heran bila dia mati kutu sekarang.

Orang bilang, yang kaya bisa melakukan apa saja dengan uang, itu benar. Karena sekarang ini Vee sedang mengeluarkan dompet kulit miliknya dari saku, lalu mengeluarkan dua lembar uang seratus untuk menyelamatkan wajah tampannya.

"Kurang nih," ucap pemuda itu kala menerima uang dari Vee.

Karena takut pukulan di kepalanya bertambah, Vee mengeluarkan satu lembar uang berwarna merah lagi, lalu di sodorkan pada pemuda itu.

"Nah, pinter, makasih yah?" Pemuda dengan seragam acak-acakan itu akhirnya meninggalkan Vee.

Vee bisa bernafas lega sekarang, tapi sayangnya dia kehilangan uang tiga ratus ribu hari ini. Tidak apa, Karena Vee akan minta lagi. Seperti biasa, Vee hanya akan menelepon sang ibu atau ayah, untuk uang bulanan. Pasti akan di kirimkan tapi Vee harus melewati tahap pengomelan dulu.

Vee menyelempang ranselnya lalu berjalan kembali menuju kelasnya, entah kenapa Vee malah tidak mendapat dukungan di lingkungan sekolahnya, semuanya bungkam, padahal Vee itu baik dan tidak pernah melakukan kesalahan.

...

"Kita putus!" Seorang gadis dengan seragam SMA menghempas tangan Pria yang lebih tinggi darinya, gadis dengan name tag Viola Putriana itu mengakhiri hubungannya dengan Jimin untuk yang ke lima kalinya selama setahun mereka pacaran.

"T-tapi Vi!? Aku...,"

"Nggak! Aku udah bosan, byee!"

Gadis itu berlenggak lenggok seperti seorang model kala meninggalkan Jimin, yah... Pria yang sudah kuliah semester 3 ini kembali putus  dengan kekasihnya.

Jimin bangkit dari duduknya, suara riuh cafe membuatnya semakin frustasi, apa sebenarnya yang di inginkan gadis itu? Kenapa selalu saja mempermainkan seorang pemuda seperti Jimin yang sangat mencintainya, boleh di kata Jimin ini sangat bucin kepada Viola.

"Heh, bro!" Seorang Pria menyapa Jimin, suaranya tidak asing di telinga Jimin. Pria 22 tahun itu menoleh, "Kim? Wawancara lo udah kelar?" Tanya Jimin.

"Gue boleh duduk?" Tanya Kim sembari membawa sebuah minuman dingin perisa capuccino dengan sebuah gambar hijau pada kemasan minuman itu.

Jimin mengangguk.

"Wawancara lo udah?" Tanya Jimin sekali lagi.

"Udah," jawab Kim lesuh.

"Lolos?"

Kim menggeleng lesuh. Artinya, dia lagi-lagi tidak lolos. Minuman pada genggamannya dia isap.

"Trus, lo? Tadi disini sama siapa?"

Jimin menyeruput minumannya juga, lalu berkata, "Biasa..."

Seakan tahu arti dari kata 'biasa' itu, Kim sontak clingak clinguk, "Mana?" Tanya Pria itu kala tidak mendapati sesuatu yang di cari.

"Pulang dia."

"Ada masalah lagi yah?" Tebak Kim, Jimin hanya mengendikkan bahunya tak acuh.

"Tenang aja, besok pasti bakal balikan lagi," ujar Kim dengan yakin.

Yah begitulah, Jimin selalu di permainkan oleh Viola, dan pastinya teman kostnya tahu semua itu.

"Balik yuk... Nyokab Jhope mau dateng, pasti bakal masak." Ujar Kim lalu bangkit dari duduknya.

Akhirnya mereka berdua keluar dari cafe itu. Mereka berdua berjalan menuju parkiran, lalu menaiki motor mereka masing-masing.

Setibanya mereka di depan kostan, terlihat sebuah mobil mewah terparkir didepan. Benar saja yang dikatakan Kim tadi, ibu dari Jhope sudah tiba, melihat mobil mewah yang sepertinya milik ibu Jhope, membuat Kim dan Jimin tau kalau ibu Jhope sudah tiba.

Keduanya masuk membawa motor mereka masing-masing, tidak lupa di parkirkan dengan baik dan rapi.

Saat melangkah kedalam, ia melihat Pak Purna (pemilik kostan) tenga duduk bersama dengan seorang Pria yang terlihat... Sedikit berantakan.

Kedua masuk dengan ragu, pria yang teng duduk berhadapan dengan Pak Purna terlihat seperti seorang ketua gang, tangan bertato serta hidung bertindik, membuat aura Pria itu menusuk.

"Siang, pak?" Sapa Jimin lalu berjalan cepat tak ingin menguping pembicaraan orang lain.

Saat sudah berada sedikit jauh dari ruang tamu, mereka masuk kedalam ruangan tengah, ruangan dengan tujuh pintu, tiga di sebelah kanan dan empat di sebelah kiri. "Siapa tuh?" Kim bertanya kepada Jimin.

"Mana gue tau, gue aja baru liat." Ketus Jimin lalu masuk kedalam kamarnya.

Kim menggaruk kepalanya lalu mengernyit, seperti pernah melihat pria itu, tapi lupa di mana. Setelah di pikir-pikir, malah kepikiran Kim akhirnya masuk kedalam kamarnya.

Di ruangan tamu, seorang pria dengan tato pada lengan kanannya tampak berbincang dengan Pak Purna.

"Jadi, nak Jeon rencananya kapan mau tinggal di sini?"

"Hari ini, udah bisa 'kan pak?" Jawab Jeon.

Mari kita perkenalkan pria satu ini. Namanya Jeon (Jeon Jungkook) usianya 25 tahun, soalnya keluarga atau yang lainnya, belum di ketahui tentunya.

"Saya Bayar sekarang yah pak?" Ucap Jeon mengeluarkan benda pipih dengan logo apel di belakangnya.

"Boleh spill nomor rekeningnya pak?"

Pak Purna akhirnya menyebutkan beberapa angka, tak lama kemudian, sebuah notifikasi masuk kedalam ponsel Pria 50 tahun itu.

"Ini kuncinya," ujar Pak Purna menyodorkan sebuah kunci kamar untuk Jeon.

Jeon akan tinggal disini untuk sementara waktu, memulai kembali semua yang pernah ia tinggalkan sebelumnya.

Jeon ini adalah seorang mantan narapidana, Jeon pun sudah mengatakan kepada Pak Purna bahwa dia mantan napi, dia di beri hukuman' penjara selama lima tahun karena di tuduh melenyapkan nyawa teman kelasnya saat usia 20 tahun.

   

kos-an pelarian | on goingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang